1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Belajar berarti mencari makna berdasarkan apa yang dilihat, didengar, dirasa, dan dialami siswa. Makna yang sudah ada kemudian dikonstruksi sebagai
proses terus-menerus dan mengembangkan pemikiran untuk menemukan pengertian yang baru. Hasil belajar tergantung pada apa yang telah diketahui si
subyek belajar, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Menurut R. Soedjadi 2000: 13 sebagaimana yang dikutip oleh Suyitno 2004: 52, matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki ciri objek kajian
abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir deduktif serta konsisten. Ciri kajian abstrak itulah yang menjadikan adanya anggapan bahwa matematika
tersebut sulit. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika, kurang menghayati dan memahami matematika.
Sedangkan beberapa tujuan mempelajari matematika menurut Depdiknas 2006 dalam Shadiq 2009: 2 adalah memahami konsep dan menghargai mata pelajaran
matematika salah satunya ditunjukkan dengan minat siswa terhadap matematika. Setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami tentang
konsep matematika, dari banyak definisi penggunaan simbol yang bervariasi dan rumus yang beraneka macam, menuntut siswa untuk lebih memusatkan pikiran
agar dapat menguasai konsep dalam matematika. Untuk mencapai pemahaman
konsep yang baik diperlukan suasana belajar yang tepat, agar siswa senantiasa meningkatkan aktivitas dan semangat belajarnya. Aktivitas dan semangat siswa
dalam belajar dapat dipengaruhi oleh minat yang dimiliki siswa. Menurut Hamdani 2010: 141, minat memiliki pengaruh yang besar terhadap
pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban.
Dari hasil wawancara dengan seorang guru matematika SMP Negeri 3 Pangkalpinang bahwa saat ini pelajaran matematika masih dianggap suatu hal
yang sulit dan tidak menarik oleh siswa SMP Negeri 3 Pangkalpinang dari masalah konsep, rumus-rumus maupun penerapannya, hal ini dibuktikan dengan
persentase siswa yang memperoleh nilai minimal 70 pada ujian semester ganjil hanya mencapai 29,41 dari kriteria ketuntasan individual minimal 70 dan
kriteria ketuntasan klasikal minimal 75. Adapun hasil wawancara dengan seorang siswa kelas XI yang sudah mendapatkan materi Bangun Ruang Sisi Datar,
masih merasa cukup sulit untuk mengerjakan soal-soal ketika bentuknya sudah divariasikan. Bahkan laporan hasil daya serap Ujian Nasional 20112012 SMP
Negeri 3 Pangkalpinang terhadap materi Bangun Ruang Sisi Datar hanya 43,21 di tingkat sekolah dan 45,97 di tingkat Kota Kabupaten.
Hal ini memperlihatkan kurangnya keefektifan dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya hal
tersebut. Diantaranya adalah rendahnya kualitas input siswa dan proses pembelajaran yang dilakukan belum maksimal. Pembelajaran yang diterapkan
oleh Bapak Ismail, S. PdI pada dasarnya sudah cukup bagus, yaitu menggunakan
model ekspositori. Observasi yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dilakukan, disimpulkan bahwa model ekspositori ini memiliki kelebihan antara
lain guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan
pelajaran yang disampaikan. Namun selain kelebihan juga terdapat kelemahan pada model ini antara lain model ini hanya bisa diterima oleh beberapa siswa yang
aktif dan antusias dalam aktivitas belajar saja. Pembelajaran dengan model ekspositori yang telah dilaksanakan ternyata
sedikit demi sedikit menimbulkan kejenuhan bagi siswa. Hal ini terlihat dari sikap siswa selama observasi. Siswa terlihat tidak terlalu antusias dalam mengikuti
pembelajaran walaupun guru tersebut sudah menggunakan pertanyaan untuk memicu keaktifan siswa. Oleh karena itu diperlukan situasi belajar yang berbeda
untuk mendapatkan perhatian dan rasa ketertarikan yang lebih dari siswa sehingga minat dan kemampuan pemahaman siswa lebih baik.
Untuk meningkatkan keefektifan belajar dalam rangka mencapai ketuntasan belajar dengan diawali minat dan pemahaman konsep, seorang guru
harus pandai memilih metode atau model pembelajaran yang harus digunakan. Mengawali minat berarti terlebih dahulu harus memunculkan rasa senang dalam
belajar. Rasa senang dalam belajar dapat muncul karena sesuatu yang menarik, antara lain dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Menurut
Suyatno 2009: 6, model pembelajaran yang inovatif adalah model pembelajaran yang menggunakan teknik-teknik baru yang mampu memfasilitasi siswa untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hal ini dapat diterapkan melalui model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining yang merupakan salah satu model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining ini menuntut siswa untuk menjadi fasilitator bagi dirinya sendiri dan siswa yang lain sehingga siswa harus berpikir kreatif untuk bertukar pikiran
kepada sesama siswa terkait materi yang dipelajari mislanya dengan bagan atau peta konsep dan dalam penelitian ini dengan menggunakan ringkasan materi.
Aktivitas seperti ini akan menjadi menarik serta menimbulkan rasa percaya diri siswa untuk menghasilkan karya yang diperlihatkan kepada teman-temannya.
Ketika siswa sudah memiliki rasa ketertarikan terhadap proses pembelajaran seperti ini, maka minat siswa akan muncul dengan sendirinya sehingga akan
mempengaruhi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, adanya teknologi juga dapat membuat suasana pembelajaran di
kelas menjadi lebih menarik dan menyenangkan serta dapat membantu dalam meningkatkan aktivitas siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bitter
Hatfield 1993, Hambree Deasart 1986, Kulik Kulik 1987, Liao1992, Niemiec Walberg 1992, dan Ryan 1991 dalam Suherman
2003: 283, menemukan bukti yang kuat bahwa pemberdayaan teknologi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu
pemberdayaan teknologi dalam pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Hal ini juga diutarakan oleh Arsyad 2006:
16 bahwa media pembelajaran dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman dalam pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat menarik minat
siswa dan pemahaman siswa adalah CD interaktif.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud mengambil judul “KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND
EXPLAINING BERBANTUAN CD INTERAKTIF TERHADAP MINAT DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA” pada materi Luas Permukaan Bangun Ruang
Sisi Datar kelas VIII SMP Negeri 3 Pangkalpinang.
1.2. Rumusan Masalah