berikatan kembali satu sama lain melalui ikatan hidrogen diantara gugus hidroksilnya. Salah satu efek dari pada retrogradasi adalah terjadinya sineresis
yaitu keluarnya air dari pasta tepung Leach, 1965 di dalam Wurzburg, 1965. Pada penyimpanan suhu beku ini, air dalam larutan pasta akan berubah
bentuk menjadi kristal–kristal es. Fenomena ini tentu akan merubah kelarutan air dalam struktur pasta. Nilai
freeze- thaw stability yang dinyatakan dalam Sineresis dapat diartikan sebagai persentase jumlah air yang terpisah setelah
larutan pasta diberi perlakuan penyimpanan pada satu siklus freeze-thaw pada suhu -15
o
C. Semakin tinggi persentase jumlah air yang terpisah menunjukkan bahwa tepung tersebut semakin tidak stabil terhadap penyimpanan suhu beku.
Dari tabel 11 dan 12 dapat dilihat bahwa nilai freeze-thaw stability pada dry milling adalah 97,33–98,47 dan pada alkali cooked milling adalah 95,20–
97,33 dengan kestabilan tertinggi adalah pada varietas Srikandi Putih pada teknik pembuatan secara dry milling dan Srikandi Kuning pada teknik alkali
cooked milling. Dari hasil ini secara keseluruhan dapat dilihat bahwa pasta tepung belum stabil pada suhu beku karena Sineresis pada pasta tepung masih cukup
tinggi. Hal ini dapat disebabkan tingkat retrogradasi pada pasta tepung masih cukup tinggi sehingga kecenderungan air untuk keluar dari pasta masih cukup
tinggi.
d. Kejernihan Pasta 1
Kejernihan pasta merupakan salah satu parameter penting dalam menentukan kualitas pasta tepung disamping viskositas pasta, terutama
berdasarkan penampakan visual terkait pada sifat jernih atau buram dari pasta yang dihasilkan. Pada sebagian jenis makanan, pasta diharapkan berwujud jernih
seperti untuk bahan pengisi kue. Namun ada pula makanan yang menghendaki pasta pati berwujud buram opaque seperti pada salad dressing Pomeranz,
1991. Kejernihan pasta terkait dengan sifat dispersi dan retrogradasi. Kejernihan
pasta juga memiliki hubungan dengan sifat kelarutan dimana semakin tinggi kelarutan maka akan semakin tinggi juga tingkat kejernihan pasta yang dihasilkan.
Pengujian terhadap tingkat kejernihan pasta tepung dapat dilakukan dengan
mengukur nilai transmisi cahaya yang dilewatkan melalui sampel pasta tepung. Persentase transmisi dihubungkan dengan tingkat konsenterasi pasta yang dibuat.
Dari Tabel 12 dan 13 dapat dilihat bahwa kejernihan pasta pada dry milling adalah 24,73-43,30T sedangkan untuk alkali cooked milling adalah
28,60–47,07T. Pengolahahan tepung jagung secara alkali cooked milling secara umum meningkatkan kejernihan pasta. Hal ini dapat disebabkan tingkat
retrogradasi pada tepung alkali cooked milling lebih rendah dari pada dry milling. Balagopalan
et al. 1988 menyatakan bahwa tepung yang memiliki kecenderungan retrogradasinya rendah memiliki kejernihan pasta yang lebih
tinggi.
e. Sifat Amilografi
Suhu gelatinisasi tepung diperoleh dengan menggunakan Visco
Amylographer Brabender. Prinsip kerja Visco Amylographer Brabender adalah menaikkan suhu suspensi tepung 1,5
o
C tiap menit dan mencatat perubahan viskositas yang terjadi pada suspensi tepung tersebut. Viskositas maksimum
adalah viskositas tertinggi dimana granula sudah mulai pecah. Breakdown viscosity adalah selisih antara viskositas balik dan viskositas maksimum. Suhu
gelatinisasi awal adalah suhu dimana viskositas mulai naik dan suhu gelatinisasi akhir adalah suhu dimana viskositas mencapai titik tertinggi. Setback viscosity
adalah selisih antara viskositas skhir dengan viskositas balik dimana telah terjadi retrogradasi. Grafik hasil amilografi dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14. Untuk
tepung dry milling memiliki viskositas yang lebih tinggi dari pada tepung alkali cooked milling. Hal ini disebabkan pada pembuatan tepung secara alkali cooked
milling, dilakukan dengan cara perebusan sehingga telah terjadi gelatinisasi pada biji jagung sehingga mempengaruhi viskositas dan sifat amilografi pada tepung
yang dihasilkan. Untuk tepung yang dibuat secara dry milling memiliki suhu gelatinisasi
awal sebesar 90–93
o
C sedangkan untuk tepung jagung yang dibuat dengan alkali cooked milling memiliki suhu gelatinisasi awal sebesar 81–93
o
C.
Keterangan : A : Suhu awal gelatinisasi D : Setback viscosity
B : Viskositas maksimum E : Viskositas akhir C : Breakdown viscosity
Gambar 14. Grafik amilografi tepung jagung A Dry Milling dan B Alkali Cooked milling
Dari Tabel 14 dan 15 dapat dilihat bahwa viskositas maksimum pada tepung secara dry milling adalah 30–40 BU sedangkan untuk alkali cooked
milling adalah 10–15 BU. Viskositas akhir untuk dry milling adalah 90–160 BU sedangkan untuk alkali cooked milling adalah 10–45 BU. Breakdown viscosity
pada dry milling adalah -50 sampai -10 BU sedangkan untuk alkali cooked milling adalah -20 sampai 5 BU. Setback viscosity pada dry milling adalah 40–110 BU
sedangkan pada alkali cooked milling adalah 3–15 BU. Secara umum sifat amilografi tepung jagung alkali cooked milling lebih rendah dibandingkan dengan
dry milling. Hal ini disebabkan pada pembuatan tepung secara alkali cooked
20 40
60 80
100 120
140 160
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 Waktu menit
Vi s
k os
itas B
U
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Suhu C
Arjuna Bisma
Lamuru Sukmaraga
Srikandi Kuning Srikandi Putih
Suhu
A
B C
E D
B
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
220 240
260 280
300
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 Waktu menit
Vi s
k o
s itas
BU
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Su hu
C Arjuna
Bisma Lamuru
Sukmaraga Srikandi Kuning
Srikandi Putih Suhu
A
B C
E D
A
milling, jagung telah mengalami perebusan sehingga telah terjadi gelatinisasi pada biji jagung sehingga mempengaruhi viskositas dan sifat amilografi pada tepung
yang dihasilkan Johnson, 1991. Tabel 14. Sifat amilografi tepung dengan teknik dry milling
Sifat Amilografi
Arjuna Bisma Lamuru
Sukmaraga Srikandi
Kuning Srikandi
Putih Suhu awal
gelatinisasi
o
C 91.5
91.5 93 90 91.5 90
Viskositas maksimum
BU 40
30 40 40 40 40
Viskositas akhir
BU 140 110 90 160
115 110 Breakdown
viscosity BU
-30 -50
-10 -10 -10 -10 Setback
viscosity BU
70 60 40 110 65 60
Tabel 15. Sifat amilografi tepung dengan teknik alkali cooked milling Sifat
Amilografi Arjuna
Bisma Lamuru Sukmaraga
Srikandi Kuning
Srikandi Putih
Suhu awal gelatinisasi
o
C 93 93 81
93 93 93
Viskositas maksimum
BU 10 10 10
15 10 10
Viskositas akhir
BU 20 45 10 25
10 20 Breakdown
viscosity BU
-5 -20 5 -5
-3 -4
Setback viscosity
BU 5 15 5
5 3
7
f. Apparent Viscosity