Densitas Kamba dan Bobot Jenis Jagung Konduktivitas Panas Biji Jagung

3. Densitas Kamba dan Bobot Jenis Jagung

Densitas kamba merupakan sifat fisik bahan yang dipengaruhi oleh ukuran bahan dan kadar air. Densitas kamba akan menurun dengan menurunnya massa bahan. Pengetahuan tentang densitas kamba diperlukan terutama dalam hal kebutuhan ruang, baik dalam hal penyimpanan maupun pengangkutan. Semakin besar densitas kamba, biaya transportasi akan semakin murah karena memerlukan ruang yang lebih kecil dalam pengangkutan. Hasil analisa densitas kamba biji jagung dari berbagai varietas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Densitas kamba dan bobot jenis berbagai varietas biji jagung Varietas Densitas Kamba gcm 3 Bobot Jenis gcm 3 Arjuna 0,83 1,33 Bisma 0,82 1,33 Lamuru 0,83 1,31 Sukmaraga 0,83 1,32 Srikandi Kuning 0,83 1,29 Srikandi Putih 0,81 1,28 Densitas kamba dari setiap varietas jagung menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda yaitu diantara 0,81–0,83 gcm 3 . Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyimpanan maupun pengangkutan jagung lebih ekonomis karena tidak memerlukan ruang yang besar. Hasil analisa bobot jenis jagung dapat dilihat pada Tabel 7. Dari hasil analisa dapat dilihat bahwa bobot jenis jagung adalah 1,28–1,33 gcm 3 dengan varietas Arjuna dan Bisma memiliki bobot jenis terbesar yaitu 1,33 gcm 3 , sedangkan varietas Srikandi Putih memiliki bobot jenis terendah yaitu 1,28 gcm 3 . Bila dibandingkan dengan densitas kamba, bobot jenis biji jagung lebih besar. Hal ini disebabkan pada pengukuran densitas kamba masih ada rongga yang kosong, sehingga nilai densitas kamba suatu bahan akan lebih rendah dari pada bobot jenisnya.

4. Konduktivitas Panas Biji Jagung

Konduktivitas panas didefinisikan sebagai jumlah panas yang mengalir secara konduksi dalam suatu unit waktu melalui luas penampang tertentu yang diakibatkan oleh adanya perbedaan suhu. Konduktivitas panas tumpukan bahan yang berbentuk butiran dipengaruhi oleh suhu, kadar air dan massa jenis yang merupakan karakteristik fisik dari ukuran partikel dan volume rongga yang terdapat di antara partikel. Dengan semakin besarnya volume rongga dalam tumpukan bahan menyebabkan massa jenisnya menurun sehingga konduktivitas panasnya juga akan turun atau sebaliknya. Hasil analisa konduktivitas panas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Konduktivitas panas berbagai varietas biji jagung Varietas Konduktivitas Panas Tebal mm Arjuna 0,1726 Wm.K pada suhu 38 o C 4,36± 0,92 Bisma 0,1919 Wm.K pada suhu 40 o C 4,53±1,01 Lamuru 0,1864 Wm.K pada suhu 37,5 o C 6,15±1,79 Sukmaraga 0,1742 Wm.K pada suhu 40 o C 4,80±0,94 Srikandi Kuning 0,1784 Wm.K pada suhu 37 o C 0,31±0,04 Srikandi Putih 0,1422 Wm.K pada suhu 37 o C 4,62± 0,86 Dari hasil analisa dapat dilihat bahwa suhu untuk pengukuran konduktivitas panas berbeda-beda. Hal ini disebabkan kondisi bahan pada saat pengukuran yang berbeda sehingga nilai yang terbaca pada alat disesuaikan dengan suhu dan kondisi bahan pada saat pengukuran. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai konduktivitas panas berhubungan dengan ketebalan dari biji jagung. Semakin tebal biji jagung maka nilai konduktivitas panasnya semakin kecil. Varietas Lamuru yang memiliki tebal terbesar yaitu 6,15±1,79 mm memiliki nilai konduktivitas panas sebesar 0,1864 Wm.K. Pengukuran nilai konduktivitas panas ini diperlukan untuk menentukan suhu dan waktu pengeringan yang diperlukan biji jagung pada pengolahan pasca panen.

B. Produksi Tepung Jagung