baik maupun kurang baik bagi dirinya maupun lingkungannya, terutama lingkungan kerjanya Ie, 2004.
2.2.2. Sumber dan Konsekuensi Stres
Davis dan John 1996, mengatakan bahwa kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressor. Meskipun stres
dapat diakibatkan oleh hanya satu stressor, biasanya seseorang mengalami stres karena kombinasi dari beberapa stressors. Suatu
telaah yang dilakukan oleh National Institute of Mental Health, melaporkan bahwa sumber utama dari stres karyawan dibagi antara
faktor-faktor yang bersifat organisasi dan lingkungan non pekerjaan. Sementara itu beberapa kondisi kerja yang dapat menyebabkan stres
kerja adalah : 1. Beban kerja yang berlebihan.
2. Tekanan atau desakan waktu. 3. Kualitas penyelia yang jelek.
4. Iklim politik yang tidak aman. 5. Wewenang yang tidak memadai untuk melaksanakan tanggung
jawab. 6. Konflik peran.
7. Perbedaan antara nilai perusahaan dan karyawan. 8. Perubahan tipe, khususnya jika penting dan tidak lazim, misalnya
pemberhentian sementara. 9. Frustasi.
Stres yang dialami seseorang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku kerja karyawan. Menurut Robbins 2001, terdapat tiga
kategori stressors, yaitu : 1. Faktor lingkungan.
a. Ketidakpastian ekonomi. b. Ketidakpastian politik.
c. Ketidakpastian teknologi.
2. Faktor organisasi. a. Tuntutan tugas.
b. Tuntutan peran. c. Tuntutan antar pribadi.
d. Struktur organisasi. e. Kepemimpinan organisasi.
f. Tahap hidup organisasi. 3. Faktor individu.
a. Masalah keluarga. b. Masalah ekonomi.
c. Kepribadian. Sedangkan konsekuensi stres secara garis besar terbagi
menjadi: 1. Gejala fisiologis.
Menurut Brecht 2000, ada dua sistem dalam tubuh yang mempengaruhi reaksi fisik dan fisiologis terhadap faktor
penyebab stres, yaitu sistem saraf otonomi dan sistem endokrine. Jika bagian-bagian otak dibebani oleh stres yang berlebihan maka
kedua sistem tersebut akan merangsang tindakan dan reaksi yang berlebihan sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi sistem
di dalam tubuh, seperti sistem kekebalan tubuh. Selanjutnya akan timbul gejala-gejala fisik seperti sakit kepala, tekanan darah
tinggi dan penyakit jantung. 2. Gejala psikologis.
Stres yang dialami pekerja dapat menyebabkan terjadinya kecemasan, depresi dan berkurangnya kepuasan kerja. Menurut
Hawari 2002, kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan, sedangkan depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam serta berkelanjutan sehingga kegairahan hidup hilang.
3. Gejala perilaku.
Stres yang dialami pekerja dapat menyebabkan perubahan dalam produktivitas, tingkat absensi dan tingkat perputaran pekerja.
Menurut Cooper, et al. 1995, gejala stres yang menjelma dalam wujud perilaku mencakup; a perasaan, seperti bingung, cemas,
sedih dan kehilangan semangat; b. kesulitan dalam berkonsentrasi, berpikir jernih dan membuat keputusan; dan c
hilangnya kreativitas, gairah dalam penampilan dan minat terhadap orang lain.
Gambar 1. Model stres Robbins, 2001
Sumber Potensial
Faktor lingkungan • Ketidakpastian ekonomi
• Ketidakpastian politik • Ketidakpastian teknologi
Faktor organisasi • Tuntutan tugas
• Tuntutan peran • Tuntutan peran
• Tuntutan antarpribadi • Struktur organisasi
• Kepemimpinan organisasi • Tahap hidup organisasi
Faktor individu • Masalah keluarga
• Masalah ekonomi • Kepribadian
Perbedaan Individual • Persepsi
• Pengalaman kerja • Dukungan sosial
• Keyakinan akan locus of control
• Sikap bermusuhan
Stress yang dialami Konsekuensi
Gejala fisiologis • Sakit kepala
• Tekanan darah tinggi • Penyakit jantung
Gejala psikologis • Kecemasan
• Depresi • Penurunan kepuasan
kerja
Gejala perilaku • Produktivitas
• Absensi • Tingkat perputaran
karyawan
Sementara itu, Gibson, et al. 1996, mengartikan stressor sebagai kejadian eksternal yang potensial, tetapi tidak selalu berarti
membahayakan individu. Masih menurut Gibson, et al. 1996, terdapat empat stressors di tempat kerja, yaitu :
1. Stressor lingkungan fisik. Merupakan masalah-masalah dalam pekerjaan yang berkaitan
dengan lingkungan fisik tempat kerja, seperti masalah sinar, kebisingan, temperatur dan udara kotor.
2. Stressor individu. Merupakan stressor yang mempunyai dampak langsung atau tidak
langsung atas individu. Beberapa yang termasuk kedalam stressor individu, yaitu :
a. Konflik peranan, dimana seorang karyawan dihadapkan pada konflik peranan jika dua perangkat harapan atau lebih
berlawanan satu dengan yang lainnya. b. Ketaksaan peran, dimana karyawan tidak tahu apa yang harus
dilakukan, menjadi bingung dan tidak yakin. c. Beban layak, terdapat dua jenis beban layak yaitu kualitatif
dan kuantitatif. Beban layak kualitatif terjadi jika individu merasa bahwa ia kurang memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan atau standar pekerjaan yang terlalu tinggi. Beban layak kuantitafif, terjadi jika individu merasa
tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. 3. Stressor kelompok.
Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan antara kelompok. Terdapat banyak karakteristik kelompok yang
dapat menjadi stressor kuat bagi individu. Hubungan yang baik diantara anggota suatu kelompok kerja merupakan faktor sentral
bagi kesejahteraan individu. Hubungan yang buruk mencakup rendahnya kepercayaan, rendahnya dukungan dan rendahnya
minat untuk mendengarkan dan mencoba menanggulangi masalah yang dihadapi seorang karyawan.
4. Stressor keorganisasian. Meliputi ketiadaan partisipasi, karakteristik pekerjaan, struktur
organisasi, tingkat jabatan dan ketiadaan kebijaksanaan yang jelas.
2.2.3. Stres dan Kinerja