yang berkelanjutan akan menimbulkan suasana kerja yang tidak nyaman dan dapat menimbulkan stres bagi mereka yang terlibat dalam
konflik. Stres yang berlebihan pada akhirnya dapat menurunkan kinerja karyawan.
2. Hubungan antara Beban dan Waktu Kerja dengan Kinerja
Karyawan
Berdasarkan hasil uji korelasi antara beban dan waktu kerja dengan kinerja karyawan diperoleh nilai korelasi r sebesar -0,312
dan nilai peluang p sebesar 0,068. Nilai p sebesar 0,068 0,1 menunjukkan bahwa hubungan antara beban dan waktu kerja dengan
kinerja karyawan adalah nyata. Nilai r sebesar -0,312 menunjukkan adanya hubungan negatif dan rendah antara beban dan waktu kerja
yang dirasakan dengan kinerja karyawan. Maka dapat diartikan, semakin tinggi beban kerja yang diberikan namun dengan waktu kerja
yang terbatas, maka dapat berpotensi menimbulkan stres kerja dan akhirnya cenderung dapat menurunkan kinerja karyawan
Davis dan John 1996, menyatakan beban kerja yang berlebihan dan desakan waktu membuat karyawan tertekan dan
menjadi stres. Karyawan yang mengalami stres akibat dari banyaknya beban pekerjaan yang diberikan namun tidak diiringi dengan waktu
kerja yang cukup untuk menyelesaikannya, hal ini cenderung akan menurunkan kinerja mereka, mengingat pekerjaan yang
diselesaikannya tersebut tidak dapat dikerjakan secara maksimal.
3. Hubungan antara Karakteristik Tugas dengan Kinerja Karyawan
Berdasarkan hasil uji korelasi antara karakteristik tugas dengan kinerja karyawan diperoleh nilai peluang p sebesar 0,069 dan nilai
korelasi r negatif sebesar -0,311. Nilai p sebesar 0,069 0,1, menunjukkan bahwa hubungan antara karakteristik tugas dengan
kinerja karyawan adalah nyata. Nilai r sebesar -0,311 menunjukkan adanya hubungan yang rendah dan negatif antara karakteristik tugas
dengan kinerja karyawan. Maka dapat diartikan semakin banyak atau
tingginya suatu karakteristik tugas maka hal ini cenderung dapat menurunkan kinerja karyawan.
Karakteristik dari suatu tugas yang tidak dapat diterima oleh karyawan dapat menjadi faktor menurunnya kinerja karyawan. Brecht
2002, sikap karyawan yang sulit menerima terhadap tugas yang diberikan ataupun terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan
sekitar akan membuat karyawan sulit beradaptasi dengan perubahan tersebut sehingga mudah mengalami stres dan dapat menurunkan
kinerja mereka.
4. Hubungan antara Dukungan dan Kepemimpinan dengan Kinerja
Karyawan
Menurut hasil korelasi yang diperoleh antara dukungan dan kepemimpinan dengan kinerja karyawan diperoleh nilai peluang p
sebesar 0,038 dan nilai korelasi r negatif sebesar –0,353. Nilai p sebesar 0,038 0,05 menunjukkan hubungan antara faktor dukungan
dan kepemimpinan dengan kinerja karyawan adalah nyata pada taraf 5 dan secara otomatis nyata pada taraf 10. Nilai korelasi sebesar
–0,353 menyatakan adanya hubungan yang bersifat negatif dan rendah antara faktor dukungan dan kepemimpinan dengan kinerja karyawan.
Semakin rendah dukungan dan kepemimpinan dari rekan kerja maupun atasan , maka akan dapat menimbulkan stres kerja yang pada
akhirnya cenderung dapat menurunkan kinerja karyawan. Sukses atau tidaknya pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan
sangat berhubungan dengan dukungan dan kepemimpinan yang diterima oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dan kerja sama dari
kelompok kerja maupun kepemimpinan yang baik dari atasan maka akan sulit bagi karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan
baik. Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi serta dukungan dalam pengambilan keputusan maupun dalam
menyelesaikan pekerjaan akan berdampak pada karyawan. Hal ini merupakan suatu contoh variabel struktural yang merupakan sumber
potensial dari stres kerja Robbins, 2001. Karyawan akan merasa
tidak nyaman dengan lingkungan kerja yang tanpa dukungan dan kepemimpinan yang baik, yang pada akhirnya akan menurunkan
kinerja mereka. Berdasarkan uji korelasi antara faktor stressors kerja dengan
kinerja karyawan, dapat dilihat bahwa keempat stressors kerja yang dikaji memiliki hubungan dengan kinerja karyawan. Secara berurut
berdasarkan nilai korelasi yang dihasilkan, keempat stressors tersebut, yaitu konflik kerja, dukungan dan kepemimpinan, beban dan waktu
kerja serta karakteristik tugas. Peringkat korelasi antara stressors dan kinerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Peringkat korelasi stressors kerja dengan kinerja karyawan
No Stressor Kerja
Nilai Korelasi r
Nilai Peluang P
1 Konflik Kerja
- 0,404 0,016
2 Dukungan dan
Kepemimpinan - 0,353
0,038 3
Beban dan waktu kerja - 0,312
0,068 4
Karakteristik tugas - 0,311
0,069 Keterangan :
= Nyata pada taraf 10
= Nyata pada taraf 5
= Nyata pada taraf 1
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dilakukan uji korelasi antara budaya perusahaan, stressors kerja dan kinerja
karyawan. Hasil uji korelasi antara budaya perusahaan, stressors kerja dan kinerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 29.
Berdasarkan Tabel 29 dapat dilihat bahwa budaya perusahaan memiliki hubungan yang kuat, nyata dan positif dengan kinerja
karyawan. Nilai peluang p sebesar 0,000 0,01, menunjukkan hubungan antara budaya perusahaan dengan kinerja karyawan nyata
pada taraf 1 dan secara otomatis nyata pada taraf 5 dan 10. Nilai korelasi r sebesar 0,641 menyatakan adanya hubungan positif
dengan tingkat keeratan yang kuat antara budaya perusahaan dengan kinerja karyawan, artinya semakin baik pelaksanaan budaya
perusahaan, maka akan meningkatkan kinerja karyawan.
Stressors kerja memiliki hubungan nyata, negatif dan rendah
dengan kinerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi r sebesar –0,398 dan nilai peluang p sebesar 0,018. Nilai p sebesar
0,018 0,05, menyatakan bahwa hubungan stressors kerja dengan kinerja karyawan nyata pada taraf 5 dan 10. Hal ini berarti,
semakin tinggi stressors kerja yang dirasakan oleh karyawan, maka dapat menimbulkan stres pada karyawan dan cenderung dapat
menurunkan kinerja karyawan. Tabel 29 juga menunjukkan adanya hubungan yang nyata,
negatif dan sedang antara budaya perusahaan dengan stressors kerja. Nilai peluang p sebesar 0,011 0,05 mengindikasikan hubungan ini
nyata pada taraf 5 dan 10. Nilai korelasi r sebesar –0,426 menyatakan hubungan bersifat negatif dan sedang, artinya semakin
baik pelaksanaan nilai-nilai budaya perusahaan maka dapat menurunkan adanya stressors kerja yang dapat menimbulkan stres
pada karyawan. Selain memiliki hubungan dengan kinerja karyawan, ternyata masing-masing variabel bebas budaya perusahaan dan
stressors kerja juga memiliki hubungan yang cukup erat. Hal ini dapat menunjukkan, bahwasanya dengan pelaksanaan budaya
perusahaan yang baik, selain dapat meningkatkan kinerja karyawan juga dapat menurunkan stressors kerja yang berpotensi menimbulkan
stres pada karyawan. Selengkapnya hasil uji korelasi antara nilai-nilai budaya perusahaan dan stressors kerja dengan kinerja ini dapat dilihat
pada Lampiran 6. Tabel 29. Hasil uji korelasi budaya perusahaan, stressors kerja dan
kinerja karyawan
Variabel Budaya Perusahaan
Strssors Kerja Stressors Kerja
r = -0,426 p = 0,011
Kinerja Karyawan
r = 0,641 p = 0,000
r = -0,398 p = 0,018
Keterangan : = Nyata pada taraf 10
= Nyata pada taraf 5
= Nyata pada taraf 1
4.6. Analisis Regresi Budaya Perusahaan, Stressors Kerja dan Kinerja
Karyawan
Besarnya pengaruh budaya perusahaan dan stressors kerja terhadap kinerja karyawan diukur melalui persamaan regresi berganda. Dengan X
sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kinerja karyawan yaitu budaya perusahaan dan stressors kerja, sedangkan Y merupakan variabel
yang dipengaruhi yaitu tingkat kinerja karyawan. Output dari hasil perhitungan regresi berganda dapat dilihat pada Lampiran 7.
Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan metode enter, terlihat pada Tabel 30 diperoleh harga koefisien determinasi R
2
sebesar 0,519 51,9 . Hal ini berarti bahwa 51,9 kinerja karyawan dapat dijelaskan
oleh variabel budaya perusahaan dan stressors kerja. Sedangkan sisanya 48,1 dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar budaya perusahaan dan
stressors kerja.
Tabel 30. Koefisien determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the estimate 1 .720
a
.519 .488
6.0298
Untuk menguji lebih jauh model regresi ini maka dilakukan uji F. Nilai F digunakan untuk pengujian signifikansi koefisien secara keseluruhan.
Signifikansi nilai F yang mendekati nol,maka dapat dikatakan bahwa variabel independen atau variabel bebas yang terkait dengan korelasi regresi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen kinerja karyawan Y yang diteliti. Nilai F hitung untuk persamaan regresi ini dapat
dilihat pada Tabel 31 berikut ini : Tabel 31. Nilai F hitung
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig. 1 Regression
Residual Total
1253.199 1163.487
2416.686 2
32 34
626.599 36.359
17.234 .000
a
Berdasarkan Tabel 31 di atas diperoleh nilai signifikansi F sebesar 0,000 yang jauh lebih kecil dari alpha yang ditetapkan, yaitu 0,1 maka H
yang menyatakan tidak ada pengaruh ditolak. Dengan ditolaknya H maka
sebagai sebagai konsekuensinya H
1
diterima, yang berarti budaya