Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dan vitalitas ekonomi yang merupakan hasil langsung dari persaingan industri lokal. Berbagai faktor yang memicu inovasi dan pertumbuhan kluster diantaranya : 1. Faktor : misalnya tenaga kerja terampil yang dibutuhkan, infrastruktur khusus yang tersedia dan hambatan-hambatan tertentu. 2. Permintaan sektor rumah tangga, atau pelanggan-pelanggan lokal yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk berinovasi. 3. Dukungan industri terkait, industri-industri pemasok lokal yang kompetitif yang menciptakan infrastruktur bisnis dan memacu inovasi. 4. Strategi, struktur, dan persaingan. Tingkat persaingan antar industri lokal lebih memberikan motivasi dibanding persaingan dengan pihak luar negeri, dan “budaya” lokal yang mempengaruhi perilaku masing-masing industri dalam melakukan persaingan dan inovasi. Porter 1990 juga menyertakan peran pemerintah dan peluang. Peristiwa historis dan campur tangan pemerintah cenderung berperan pula secara signifikan dalam pembangunan kluster industri.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai analisis struktur, kinerja dan kluster telah dilakukan oleh Sumarno dan Kuncoro 2003. Penelitian ini dilakukan terhadap industri rokok kretek di Indonesia pada periode 1996-1999. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui apakah struktur dan kinerja industri rokok kretek Indonesia mengalami perubahan pada periode sebelum dan selama krisis ekonomi serta untuk mengetahui dimana lokasi kluster industri rokok Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa industri rokok kretek Indonesia merupakan industri yang berstruktur oligopoli dimana pada saat krisis ekonomi industri ini tidak mengalami perubahan secara drastis. Kinerja industrinya juga mengalami pertumbuhan walaupun kondisi perekonomian mengalami krisis. Daerah kluster industri rokok kretek Indonesia terdapat di Kudus, Kediri, Surabaya dan Malang. Terdapat penelitian lain yaitu dilakukan pada industri elektronika Indonesia oleh Kuncoro dan Salamun 2005. Tujuan dari penelitian yang dilakukannya adalah untuk mengetahui struktur kinerja industri elektronika di Indonesia pada periode 1990 hingga 1999; dan untuk mengetahui kluster industri elektronika yang digunakan alat analisis SIG, skala industri, keanekaragaman industri, dan spesialisasi serta melihat apakah variabel tersebut mampu mempercepat pertumbuhan industri pada suatu wilayah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur industri elektronika di Indonesia dari tahun 1990 hingga 1999 secara umum berbentuk oligopoli dengan tingkat konsentrasi tergolong tinggi. Tingginya rasio konsentrasi berdampak buruk bagi kinerja ekspornya. Jabotabek EIA dan Bandung EIA dapat diindikasikan sebagai kluster industri elektronika di Indonesia. Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian yang membahas tentang analisis struktur, perilaku, dan kinerja terhadap berbagai jenis industri. Salah satunya oleh Safitri 2006, ia melakukan penelitian mengenai struktur, perilaku, dan kinerja industri besi baja Indonesia. Hasil dari penelitiannya bahwa struktur pasar pada industri besi baja adalah oligopoli ketat, namun tetap ada persaingan dalam merebut pangsa pasar antara perusahaan. Analisis kinerja dilakukan dengan melihat kemampuan industri besi baja dalam meminimumkan biaya input produksi. Hasil yang didapatkan bahwa industri besi baja menerima margin keuntungan atas biaya langsung PCM rata-rata sebesar 36,68 persen dan efisiensi-X yang dicapai XEF rata-rata sebesar 71,70 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya kemampuan industri besi baja dalam meminimumkan biaya input produksinya. Selain itu, ia melakukan penelitian tentang adanya hubungan struktur pasar dengan kinerja pada industri tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh nyata pada taraf 10 persen dari seluruh variabel bebas yang digunakan, dimana CR4 dan XEF berhubungan positif terhadap PCM, sedangkan variabel lain MES, GROWTH, dan DUMMY berpengaruh negatif terhadap PCM. Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Safitri terhadap industri besi baja Indonesia, penelitian ini menggunakan konsep analisis yang telah dilakukan oleh Sumarno dan Kuncoro 2003 terhadap industri rokok kretek Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Safitri 2006 yaitu pada analisis kinerja dan kluster industrinya. Analisis kinerja yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan indikator kinerja yaitu pertumbuhan output dan nilai tambah, kontribusi industri besi baja terhadap industri manufaktur, efisiensi, dan tingkat keuntungan, sedangkan analisis kinerja yang dilakukan Safitri adalah dengan melihat kemampuan industri besi baja dalam meminimumkan biaya produksi dan tingkat efisiensi yang dihasilkan, serta menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industrinya. Safitri tidak melakukan analisis kluster melainkan analisis perilaku industrinya, sedangkan penelitian ini melakukan analisis kluster industri. Dalam penelitian ini dilakukan pada industri logam dasar besi dan baja ISIC 271, juga terhadap subsektor industri lima digitnya yaitu industri besi dan baja dasar ISIC 27101, industri penggilingan baja ISIC 27102, dan industri pipa dan sambungan dari besi dan baja ISIC 27103.

2.3. Kerangka Pemikiran