Kluster Industri Efisiensi Alokasi

2.1.5. Kluster Industri

Kluster pengelompokan menurut teori lokasi tradisional terjadi karena adanya minimisasi biaya transportasi atau biaya produksi. Pemilihan lokasi suatu industri merupakan upaya dari industri tersebut untuk menguasai areal pasar terluas melalui maksimisasi penjualan. Kluster industri pada dasarnya merupakan kelompok aktifitas produksi yang amat terkonsentrasi secara spasial dan biasanya berspesialisasi pada satu atau dua industri saja Kuncoro,2002. Perusahaan-perusahaan atau industri tersebut memiliki persamaan kebutuhan terhadap tenaga kerja, teknologi dan infrastruktur. Perusahaan- perusahaan atau industri yang termasuk dalam kluster tersebut saling berkompetisi antar sesama anggota kluster, membeli bahan baku, atau bergantung pada layanan jasa sesama anggota untuk mengoperasikan bisnisnya masing-masing. Kluster industri yang dikelola atau terorganisir dengan baik akan memberikan sumbangan kesejahteraan bagi daerah tersebut karena dapat meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan terprogram atau tidak terprogram bagi tenaga kerjanya, pembangunan infrastruktur yang diperlukan daerah tersebut dan penelitian di berbagai universitas. Porter 1990 telah meneliti tentang kluster industri di tingkat kota atau kabupaten, propinsi, dan internasional. Berdasarkan penelitiannya, ia mengembangkan “diamond of advantage”, yaitu suatu model yang menawarkan pemahaman tentang apa yang terjadi di dalam kluster maupun tentang persaingan yang terjadi didalamnya. Porter 1990 berpendapat bahwa daerah akan mengembangkan suatu keunggulan kompetitif berdasarkan kemampuan inovasi, dan vitalitas ekonomi yang merupakan hasil langsung dari persaingan industri lokal. Berbagai faktor yang memicu inovasi dan pertumbuhan kluster diantaranya : 1. Faktor : misalnya tenaga kerja terampil yang dibutuhkan, infrastruktur khusus yang tersedia dan hambatan-hambatan tertentu. 2. Permintaan sektor rumah tangga, atau pelanggan-pelanggan lokal yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk berinovasi. 3. Dukungan industri terkait, industri-industri pemasok lokal yang kompetitif yang menciptakan infrastruktur bisnis dan memacu inovasi. 4. Strategi, struktur, dan persaingan. Tingkat persaingan antar industri lokal lebih memberikan motivasi dibanding persaingan dengan pihak luar negeri, dan “budaya” lokal yang mempengaruhi perilaku masing-masing industri dalam melakukan persaingan dan inovasi. Porter 1990 juga menyertakan peran pemerintah dan peluang. Peristiwa historis dan campur tangan pemerintah cenderung berperan pula secara signifikan dalam pembangunan kluster industri.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai analisis struktur, kinerja dan kluster telah dilakukan oleh Sumarno dan Kuncoro 2003. Penelitian ini dilakukan terhadap industri rokok kretek di Indonesia pada periode 1996-1999. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui apakah struktur dan kinerja industri rokok kretek Indonesia mengalami perubahan pada periode sebelum dan selama krisis ekonomi