Bahan baku atau penolong yang diperlukan untuk aktivitas industri besi baja masih harus di impor dari luar negeri. Hal ini akan mengganggu kontinuitas
produksi karena membutuhkan stok bahan baku atau penolong yang sangat banyak sedangkan devisa Indonesia masih terbatas. Dengan demikian, pada tahun
1955 pemerintah mulai memikirkan untuk membangun industri besi baja dengan menunjuk sebuah firma dari Jerman Barat yang bergerak dalam bidang
Engineering dan Consulting untuk mengadakan survey dan mempelajari
kemungkinan didirikannya industri besi baja yang didasarkan pada bahan baku dalam negeri yang bisa diperoleh.
Hasil yang diperoleh dari penyelidikan-penyelidikan tersebut memberikan saran-saran untuk mendirikan tiga buah pabrik yang mempunyai keseluruhan hasil
produksi 300.000 tontahun dan sebuah tanur tinggi Blast Furnace di Lampung dengan kapasitas produksi 35.000 tontahun. Pada periode 1950-1960 telah
didirikan sebuah Reroller 1956 yang mempunyai kapasitas permulaan sebesar 5.000 tontahun.
4.2.2. Periode Antara 1960-1965
Setelah pemerintah menerima hasil survey sebuah Firma Jerman Barat yang bergerak dalam bidang Engineering dan Consulting yang ditunjuk
pemerintah untuk survey dalam mendirikan industri besi dan baja di Indonesia. Maka pada tahun 1960, terdapat tiga proyek yang direncanakan untuk direalisir
yakni tanur tinggi di Lampung, pabrik baja di Cilegon dan sebuah pabrik integrasi yang terletak di Kalimantan Selatan dengan menggunakan bahan baku dari dalam
negeri.
Tanur tinggi di Lampung, direncanakan untuk menghasilkan 35.000 ton setiap tahunnya dengan memakai biji besi lokal serta double coke dari batu bara
Bukit Asam sebagai bahan baku. Persiapan telah diadakan pada awal 1960 akan tetapi proyek ini tidak terealisasikan. Pada tahun 1962, realisasi pembangunan
pabrik besi baja tersebut dilaksanakan dan direncanakan akan selesai pada tahun 1968 tetapi pembangunannya terhenti pada tahun 1965 karena meletusnya
pemberontakan G30S PKI.
4.2.3. Periode Antara 1965-1997
Tahun 1965 merupakan sejarah baru bagi negara dan bangsa Indonesia karena tumbangnya orde lama dan digantikan oleh orde baru. Tahun 1966
pemerintah menitikberatkan pada rehabilitasi ekonomi, stabilisasi moneter, produksi pangan dan pembangunan fasilitas-fasilitas infrastruktur untuk
mendukung produksi pangan nasional. Pada tahun 1967, Undang-Undang Penanaman Modal Asing dikeluarkan dan tahun 1968 dilanjutkan dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri. Kedua Undang-Undang tersebut sebagai perangsang bagi pemilik modal untuk
berinvestasi di Indonesia. Untuk melanjutkan program pembangunan tersebut maka pada tanggal 20
Desember 1967 dikeluarkan Instruksi Presiden untuk merubah Proyek Baja Trikora menjadi bentuk Perseroan Terbatas PT dengan nama PT Krakatau Steel
yang diresmikan pada tanggal 27 Oktober 1971 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tanggal 31 Agustus 1970. Proyek baja Kalimantan yang telah
diintegrasikan direncanakan untuk memberikan hasil produksi permulaan sebesar
250.000 ton bajatahun. Berbagai penyelidikan dilaksanakan dan beberapa pengusaha swasta melakukan survey terhadap kemungkinan pembangunan sebuah
pabrik baja. Pada bulan april 1969, pemerintah memulai Repelita pertama dimana
difokuskan pada produksi pangan terutama produksi beras, meningkatkan ekspor dan membangun fasilitas-fasilitas infrastruktur yang harus saling menunjang.
Akibatnya pemakaian baja meningkat secara mencolok sehingga terjadi perkembangan yang pesat di pasaran baja. Hal ini menarik perusahaan-perusahaan
untuk menanamkan modalnya pada sektor ini. Banyaknya jumlah perusahaan yang bergerak dalam bidang ini dari tahun ke tahun semakin meningkat. Proyek-
proyek pembangunan di dalam telah berjalan dengan baik sehingga terdapat peningkatan konsumsi besi baja. Oleh karena itu, kondisi industri besi baja
nasional menunjukkan hasil yang baik. Pada tahun 1985, industri besi baja nasional mulai melakukan ekspor perdana yang dilakukan oleh PT. Krakatau Steel
ke beberapa negara seperti Jepang, Amerika, Inggris, India, China, Timur Tengah, dan Korea. Hingga tahun 1995, industri besi baja Indonesia terus mengadakan
proyek-proyek perluasan industrinya.
4.2.4. Periode Antara 1997-2007