Regulasi Pemerintah Terhadap Industri Logam Dasar Besi dan Baja

Pada tahun 2003, beberapa negara seperti China, Irak, dan Rusia sedang giat-giatnya dalam melakukan pembangunan sehingga hampir sebagian besar bahan baku baja terserap untuk keperluan pembangunan negara tersebut. Menurut laporan Komite Studi Ekonomi Internasional Iron and Steel Institute IISI bahwa pada tahun 2003, impor besi baja China mencapai 257 juta tontahun atau naik hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2000 yang mencapai 142 juta tontahun. China menyerap sepertiga dari total impor besi baja dunia. Hingga tahun 2004, konsumsi baja China meningkat kembali menjadi 290 juta tontahun warta ekonomi, 2006. Hal ini menyebabkan telah terjadi kelangkaan bahan baku baja untuk keperluan produksi industri besi baja Indonesia. Besarnya permintaan bahan baku baja menyebabkan terjadinya kenaikan harga bahan baku baja tersebut sehingga dapat berpengaruh pada aktifitas produksi industri besi baja dalam negeri yang sebagian besar bahan bakunya impor. Barulah diawal tahun 2006, China mengalami kelebihan pasokan besi baja hasil produksi yang berlebihan sehingga banyak produk-produk baja China yang masuk ke Indonesia dan diketahui ada beberapa produk disalurkan dengan harga dumping. Tahun 2006, dikabarkan bahwa China mengalami kelebihan pasokan sebanyak 116 juta ton Kompas, 2006.

4.3. Regulasi Pemerintah Terhadap Industri Logam Dasar Besi dan Baja

Industri baja sebagai industri strategis yang cukup berpotensi dikembangkan sehingga pemerintah memandang perlu adanya suatu regulasi guna mendorong pertumbuhan industri baja ini. Salah satu langkahnya yaitu dengan memproteksi industri ini. Hal ini tercermin dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah bagi industri baja. Kebijakan-kebijakan proteksi ini menyangkut tata niaga impor, bea masuk dan bentuk proteksi lainnya yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi industri baja. Pemerintah mengeluarkan tata niaga impor yang baru dengan pertimbangan bahwa perlu adanya : 1. Perlindungan terhadap kelanjutan dan perkembangan industri baja hulu serta peningkatan industri baja hilir di dalam negeri 2. Jaminan kelancaran dan penyederhanaan prosedur pengadaan distribusi besi baja pada tingkat harga yang terkendali 3. Jaminan standar dan mutu bahan baku industri besi baja di dalam negeri. Maka pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor. 36 tahun 1979 tentang pengaturan pengadaan besi baja di Indonesia. Pemerintah beberapa kali mengeluarkan peraturan-peraturan berupa deregulasi disektor industri baja yang menyangkut tata niaga dan bea masuk. Secara kronologis maka proses pelaksanaan deregulasi tersebut adalah sebagai berikut : Tahun 1979 : PT Krakatau Steel sebagai Pusat Pengadaan Besi Baja PPBB yang bersumber dari dalam negeri maupun impor. Tahun 1981 : Merupakan awal pelaksanaan tata niaga pengadaan impor besi baja, hanya mengatur komoditi bahan baku yaitu billetingot, batang kawat dan besi tua. Tahun 1985 : Mengatur 117 tarif pos dengan pelaksanaan impor adalah PT KS, Persero Niaga, PT. Tambang Timah, PT. Giwang Slogam, PT. Kemas Inti Nusa Bakti atas nama PT. KS. Tahun 1986 : Mengatur 100 tarif pos dengan pelaksanaan impor adalah PT. KS, PT Kemas Inti Nusa Bakti, PT. Giwang Slogam atas nama PT. KS dan PT. Tambang Timah. Tahun 1987 : Dalam tata niaga penyederhanaan ketentuan tata niaga impor produk baja dimana 108 komoditi menjadi importir umum IU dan sisanya 56 komoditi masih tetap dipegang oleh PT KS sedangkan untuk bea masuk atau bea masuk tambahan diterapkan tarif bea masuk BM dan Bea Masuk Tambahan BMT. Tahun 1988 : - Tata niaga : Perubahan dan tambahan mengenai penyederhanaan tata niaga impor barang yang semula tata niaga dua puluh enam komoditi dipegang oleh PT. KS diubah lima belas komoditi menjadi importir Produsen IP dan sebelas menjadi IU. - BMBMT : Perubahan tarif BM dan pengenaan BMT atas impor- impor tertentu sejumlah 9 komoditi 7 komoditi dengan BMT sebesar 30 persen dan 2 komoditi dengan BMT sebesar 20 persen . Tahun 1990 : - Tata niaga : Perubahan tata niaga yang semula dipegang oleh PT. KS menjadi IP sebanyak 35 komoditi dan menjadi IU sebanyak 18 komoditi. - BMBMT : Penyempurnaan klasifikasi perubahan BM dan BMT. Tahun 1991 : Surat Keputusan Menteri Perdagangan mengenai tata niaga seluruhnya dicabut dan digantikan dengan SK No. 135KP691 Paket Juni 1991 yang mengatur bahwa 32 komoditi tetap dipegang oleh PT. KS dan 135 komoditi menjadi Importir Produsen IP. Tahun 1992 : Pelepasan tata niaga dari 32 tarif pos yang diatur melalui PT.KS PPBB menjadi Importir Produsen. Tahun 1994 : Keluarnya paket 27 Juni 1994 yang intinya adalah sebagai berikut : 1 Penetapan kembali IP untuk produk-produk plat baja serta 2 Penghilangan tarif BMT untuk beberapa komoditi tertentu. Adanya peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah atau adanya deregulasi terhadap industri besi baja ini, maka dapat dilihat bahwa peranan sektor industri baja ini harus mendapat perhatian yang besar karena industri besi baja dapat menunjang industri-industri terkait lainnya.

4.4. Produksi Logam Dasar Besi dan Baja Indonesia