Tingkat Pengembalian Ekuitas Return On Equity

a. Tingkat Pengembalian Ekuitas Return On Equity

Tingkat pengembalian ekuitas ROE atau dalam istilah yang digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100M-BUMN2002 yakni imbalan kepada pemegang saham merupakan suatu indikator rasio yang mengukur besarnya tingkat imbalan yang diterima oleh pemegang saham atas modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Nilai rata-rata indikator ini adalah sebesar 0,29 28,55. Hal ini berarti setiap Rp 100,- modal yang ditanamkan, akan menghasilkan laba bersih imbalan sebesar Rp 29,-. Sesuai dengan standar Kementerian BUMN nilai ini dianggap sudah sangat baik dengan nilai rata-rata yang lebih dari 15 persen. Walaupun untuk indikator ini kinerja perusahaan sudah termasuk sangat baik namun perkembangan indikator ini dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan yang semakin menurun sampai dengan tahun 2004 seperti terlihat dalam Gambar 6. 0.25 0.42 0.27 0.22 0.27 0.20 0.30 0.27 0.22 0.24 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun N ila i Tingkat Pengembalian Ekuitas ROE Tingkat Pengembalian Investasi ROI Gambar 6. Perkembangan trend Indikator Profitabilitas Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang Persero Periode 2001-2005 Pada Gambar tampak bahwa tahun dimulainya persiapan dan pelaksanaan pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B dicetak tebal bold. Pada masa pelaksanaan proyek tampak bahwa nilai ROE yang menurun sampai dengan tahun 2004 lihat grafik. Penurunan terbesar terjadi di tahun 2003 yang turun sebesar 14,98 persen dari tahun 2002. Penurunan ini terjadi karena komponen modal sendiri mengalami peningkatan namun tidak diimbangi dengan kenaikan 2001 2002 komponen laba bersih yang cenderung menurun tiap tahunnya. Peningkatan biaya produksi yang diakibatkan oleh tingginya biaya input produksi seperti biaya bahan baku dan penolong terutama gas alam yang tarifnya masih menggunakan kurs Dollar lihat Tabel 2, menjadi salah satu penyebab turunnya laba bersih yang diperoleh perusahaan. Karena komponen biaya produksi ini hampir 70 persennya adalah gas alam merupakan komponen pengurang terbesar terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Tabel 2. Tarif Gas Alam, Air dan Rata-rata Kurs Dollar periode 2001-2005 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 Tarif Gas Alam USmmbtu 1,85 1,85 1,85 1,85 1,85 Air Baku Rpm 3 123,00 152,60 179,60 179,60 179,60 Rata-rata Kurs Dollar Rp 10.266 9.261 8.569 8.985 9.751 Sumber : Statistik Keuangan PT. Pupuk Kujang Persero Periode 2001-2005 Keterangan : mmbtu = Million Metric British Thermal Unit Peningkatan biaya produksi perusahaan yang disebabkan tingginya nilai input produksi ini tidak diimbangi dengan peningkatan harga jual output pupuk atau harga eceran tertinggi HET yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 1.050,- Kg. Hal ini menyebabkan tingkat keuntungan perusahaan semakin rendah. Selain itu, penurunan laba bersih juga disebabkan adanya peningkatan biaya operasional perusahaan seperti biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi. Nilai rasio ini dapat ditingkatkan perusahaan dengan cara meningkatkan angka penjualan atau berupaya meminimalkan biaya-biaya produksi dan operasional, seperti lebih mengefisienkan penggunaan gas alam sebagai input utama dalam proses produksi urea. Sehingga dapat diperoleh tingkat keuntungan yang maksimal dan tingkat pengembalian ekuitas atau imbalan kepada pemegang saham yang lebih besar.

b. Tingkat Pengembalian Investasi Return On Investment