komponen laba bersih yang cenderung menurun tiap tahunnya. Peningkatan biaya produksi yang diakibatkan oleh tingginya biaya input produksi seperti biaya bahan
baku dan penolong terutama gas alam yang tarifnya masih menggunakan kurs Dollar lihat Tabel 2, menjadi salah satu penyebab turunnya laba bersih yang
diperoleh perusahaan. Karena komponen biaya produksi ini hampir 70 persennya adalah gas alam merupakan komponen pengurang terbesar terhadap keuntungan
yang diperoleh perusahaan.
Tabel 2. Tarif Gas Alam, Air dan Rata-rata Kurs Dollar periode 2001-2005
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005
Tarif Gas Alam USmmbtu 1,85
1,85 1,85
1,85 1,85
Air Baku Rpm
3
123,00 152,60 179,60 179,60 179,60 Rata-rata Kurs Dollar Rp
10.266 9.261
8.569 8.985
9.751 Sumber : Statistik Keuangan PT. Pupuk Kujang Persero Periode 2001-2005
Keterangan : mmbtu = Million Metric British Thermal Unit Peningkatan biaya produksi perusahaan yang disebabkan tingginya nilai
input produksi ini tidak diimbangi dengan peningkatan harga jual output pupuk atau harga eceran tertinggi HET yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 1.050,-
Kg. Hal ini menyebabkan tingkat keuntungan perusahaan semakin rendah. Selain itu, penurunan laba bersih juga disebabkan adanya peningkatan biaya operasional
perusahaan seperti biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi. Nilai rasio ini dapat ditingkatkan perusahaan dengan cara meningkatkan
angka penjualan atau berupaya meminimalkan biaya-biaya produksi dan operasional, seperti lebih mengefisienkan penggunaan gas alam sebagai input
utama dalam proses produksi urea. Sehingga dapat diperoleh tingkat keuntungan yang maksimal dan tingkat pengembalian ekuitas atau imbalan kepada pemegang
saham yang lebih besar.
b. Tingkat Pengembalian Investasi Return On Investment
Tingkat pengembalian investasi atau dalam istilah yang digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100M-BUMN2002 yakni imbalan investasi
merupakan suatu indikator rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan laba atas investasi
yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan untuk melihat keefektifan dari
kegiatan operasi perusahaan. Nilai rata-rata dari indikator ini untuk lima tahun terakhir 2001-2005 adalah sebesar 0,25 24,53 yang berarti bahwa setiap Rp
100,- aktiva yang diinvestasikan perusahaan mampu menghasilkan keuntungan laba sebesar Rp 25,-. Sesuai dengan standar Kementerian BUMN nilai ini
dianggap sudah sangat baik dengan nilai rata-rata lebih dari 18 persen. Dengan tingkat imbalan yang cukup besar ini pihak investor akan semakin tertarik untuk
menanamkan investasinya dalam perusahaan. Perkembangan nilai indikator ini selama periode tersebut mengalami
fluktuasi dengan kecenderungan menurun di tahun 2003 dan 2004 seperti yang terlihat dalam Gambar 6. Penurunan ini disebabkan karena perusahaan mengalami
penurunan laba usaha EBIT yang dikarenakan adanya kenaikan dalam biaya produksi dan operasi perusahaan. Penurunan juga disebabkan adanya kenaikan
dalam komponen aktiva dengan rata-rata sebesar 203,06 persen yang laju kenaikannya lebih besar dibandingkan dengan laba usaha yang cenderung
menurun tiap tahunnya dengan rata-rata sebesar 91,74 persen.
c. Rasio Kas Cash Ratio
Rasio kas merupakan indikator rasio yang paling liquid dalam mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek tepat pada waktunya. Nilai rata-rata rasio kas PT. Pupuk Kujang adalah 1,23. Ini menunjukkan setiap Rp 100,- hutang lancar perusahaan dijamin dengan
Rp 123,- uang kas dan bank. Situasi ini memberikan gambaran bahwa kemampuan perusahaan sudah sangat baik dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan komponen aktiva yang sangat liquid. Perkembangan indikator rasio kas dalam lima tahun terakhir cukup
fluktuatif seperti terlihat dalam Gambar 7. Dan pada akhirnya di tahun 2005 rasio ini mengalami penurunan yang cukup besar yakni sebesar 112,82 persen dari
tahun sebelumnya. Penurunan rasio kas di tahun 2005 disebabkan oleh adanya peningkatan hutang lancar perusahaan yang naik sebesar 88,89 persen dari tahun
2004 atau rata-rata untuk lima tahun sebesar 87,08 persen. Peningkatan hutang lancar perusahaan terutama dikarenakan adanya hutang
bunga dan hutang jangka panjang perusahaan yang telah jatuh tempo sehingga
menjadi kewajiban yang harus segera dipenuhi pada tahun tersebut. Kenaikan komponen hutang lancar di tahun 2005 tidak diimbangi dengan komponen kas
dan surat berharga yang memiliki kecenderungan menurun tiap tahunnya dengan rata-rata sebesar 55,06 persen.
1.78 1.08
1.28 1.57
0.44 2.50
2.51 2.20
2.63
0.88
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00
2001 2002
2003 2004
2005 Tahun
N ila
i
Rasio Kas Rasio Lancar
Gambar 7. Perkembangan trend Indikator Likuiditas Aspek Keuangan PT. Pupuk Kujang Persero Periode 2001-2005
d. Rasio Lancar Current Ratio