Rasio Perputaran Piutang Rasio Perputaran Aktiva Tetap Analisis Du Pont

menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam operasinya guna memperoleh keuntungan dari setiap penjualan yang dilakukan. Perkembangan nilai rasio ini mengalami trend yang meningkat dengan nilai rata-rata sebesar 0,86 seperti yang terlihat dalam Gambar 19. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar nilai penjualan yang dilakukan terserap ke dalam komponen biaya operasi. Peningkatan rasio ini disebabkan adanya kenaikan dalam biaya pokok penjualan dan biaya usaha yang harus ditanggung perusahaan dan tidak bisa diimbangi oleh peningkatan penjualan. Kondisi demikian mengindikasikan rendahnya efisiensi kegiatan operasi perusahaan.

5.4.4. Analisis Aktivitas

Analisis aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat aktivitas perusahaan dilakukan dengan menilai tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran total aktiva dan tingkat perputaran aktiva tetap. Untuk pengukuran tingkat perputaran persediaan dan tingkat perputaran total aktiva berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100M-BUMN2002 telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya. Perkembangan nilai rasio-rasio aktivitas PT. Pupuk Kujang tersaji dalam Gambar 20.

a. Rasio Perputaran Piutang

Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali waktu yang diperlukan perusahaan untuk melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam suatu periode atau juga waktu atau hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Secara keseluruhan rata-rata dari rasio ini adalah 17,82 kali atau 20 hari 365 hari 17,82. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 18 kali atau jangka waktu penagihan piutang tersebut adalah 20 hari. Terlihat dalam Gambar 20 nilai rasio ini menurun di tahun terakhir. Penurunan ini lebih disebabkan terjadi kenaikan jumlah piutang perusahaan yang dikarenakan banyaknya penjualan yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan.

b. Rasio Perputaran Aktiva Tetap

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari penggunaan aktiva tetapnya. Nilai rasio yang semakin besar menunjukkan semakin efisiennya pemanfaatan aktiva tetap. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 2,44 kali yang mengandung arti bahwa dalam satu periode produksi aktiva tetap yang digunakan untuk melakukan penjualan sebanyak 2,44 kali. Nilai ini menunjukkan kurang cukupnya efisiensi yang dilakukan perusahaan dalam pengoperasian aktiva tetapnya untuk melakukan penjualan. Terlihat perkembangan nilai rasio ini yang menurun tiap tahunnya dalam Gambar 20. Penurunan ini dikarenakan komponen aktiva tetap yang mengalami peningkatan tiap tahunnya yang relatif lebih besar dibandingkan dengan peningkatan penjualan. 8.50 0.26 18.12 20.22 14.71 24.42 11.66 1.98 0.25 1.21 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Ni la i Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio Perputaran Piutang Gambar 20. Perkembangan Rasio Aktivitas PT. Pupuk Kujang Persero Periode 2001-2005

5.5. Analisis Du Pont

Analisis Du Pont digunakan untuk mencari tingkat pengembalian ekuitas atau Return On Equity ROE suatu perusahaan. ROE digunakan untuk mengetahui cara meningkatkan prestasi perusahaan dan untuk melihat efektivitas pengelolaan sumberdaya dalam rangka untuk memaksimalkan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi pemegang saham. 2001 2002 Berdasarkan hasil analisis Du Pont, perkembangan nilai ROE PT. Pupuk Kujang selama lima tahun terakhir 2001-2005 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan yang menurun. Penurunan ini menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang menurun dan akibatnya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan pun ikut menurun. Perkembangan nilai ROE yang cenderung menurun mencerminkan lemahnya efektivitas pengelolaan sumberdaya perusahaan dalam upaya memaksimalkan tingkat keuntungan perusahaan. Kecenderungan nilai ROE yang menurun seperti yang terlihat dalam Gambar 20, dikarenakan nilai tingkat pengembalian investasi atau Return On Investment ROI yang mengalami penurunan dengan rata-rata untuk lima tahun terakhir sebesar 8,27 persen. Penurunan ROI ini dikarenakan selama periode tersebut perusahaan mengalami penurunan laba bersih yang disebabkan semakin meningkatnya beban produksi dan beban usaha perusahaan. 0.21 0.08 0.03 0.02 0.27 0.72 0.72 0.23 0.57 0.57 0.33 0.21 0.10 0.19 0.09 0.13 0.16 0.08 0.33 0.23 0.29 0.13 0.12 0.11 0.20 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 2001 2002 2003 2004 2005 ROE ROI Rasio Hutang Marjin Laba Bersih Perputaran Aktiva Gambar 21. Perkembangan trend ROE PT. Pupuk Kujang Persero dan Komponen Du Pont lainnya berdasarkan analisis Du Pont Upaya perusahaan dalam meningkatkan nilai penjualan tidak berpengaruh terlalu besar terhadap perolehan keuntungan karena kenaikannya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan beban dan biaya yang harus ditanggung perusahaan. Sehingga kondisi ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan semakin rendah. Namun pada tahun 2002 perusahaaan mendapat tambahan keuntungan dari pendapatan lain-lain yang memiliki proporsi 2001 2002 cukup besar terhadap penjualan yakni sebesar 17,16 persen. Sehingga marjin laba bersih perusahaan dapat meningkat sebesar 24,37 persen dari tahun 2001. Namun di tahun-tahun berikutnya proporsi pendapatan lain-lain terhadap penjualan mengalami penurunan yang akibatnya perusahaan tidak mendapatkan tambahan keuntungan dalam upaya meningkatkan tingkat keuntungan yang diperoleh. Selain itu penurunan ROI juga dikarenakan rendahnya tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Hal ini tercermin dari tingkat perputaran aktiva perusahaan yang rendah dan cenderung menurun tiap tahunnya seperti yang terlihat dalam Gambar 21. Penurunan tingkat perputaran aktiva perusahaan dari tahun ke tahun disebabkan selama periode tersebut laju peningkatan aktiva perusahaan lebih besar dibandingkan dengan laju peningkatan penjualan. Peningkatan aktiva perusahaan terutama dalam aktiva tetap yang disebabkan adanya pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B yang masih dalam tahap pelaksanaan direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2006. Untuk bisa meningkatkan nilai ROI yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai ROE, maka perusahaan perlu mengurangi peningkatan aktiva ini, atau bisa juga dengan meningkatkan penjualan secara relatif terhadap aktivanya. Rata-rata nilai ROE berdasarkan analisis Du Pont untuk lima tahun terakhir sebesar 0,14 yang berarti bahwa setiap Rp 100,- modal yang ditanamkan dalam perusahaan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 14,-. Apabila diperhatikan, angka ini relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil perhitungan ROE dalam aspek keuangan yang berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100M- BUMN2002. Rata-rata nilai ROE dalam aspek keuangan sebesar 0,29 atau lebih besar bila dibandingkan nilai ROE hasil analisis Du Pont yang rata-ratanya sebesar 0,14. Perbedaan hasil yang diperoleh mengindikasikan bahwa standar penilaian kinerja yang ditetapkan Kementerian BUMN pada PT. Pupuk Kujang Persero berbeda dengan standar perusahaan lain pada umumnya. Penetapan standar kinerja perusahaan BUMN mengacu kepada ketetapan Kementerian BUMN yang penilaiannya berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100M-BUMN2002. Sedangkan perusahaan lain pada umumnya menggunakan metode analisis Du Pont dalam menilai kinerjanya. Penilaian ROE berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100M-BUMN2002 memperhitungkan aktiva tetap dalam pelaksanaan dan kewajiban jangka panjang sebagai pengurang modal sendiri dalam perhitungan ROE-nya. Sedangkan dalam perhitungan analisis Du Pont tidak. Hasilnya tentu akan menjadi lebih besar ROE hasil perhitungan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100M-BUMN2002 dibandingkan dengan hasil perhitungan analisis Du Pont. Dalam Gambar 22 terlihat perbedaan nilai ROE hasil perhitungan analisis Du Pont dengan nilai ROE yang berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100M-BUMN2002. Grafik Perbedaan Nilai ROE 0.25 0.42 0.27 0.22 0.27 0.21 0.08 0.10 0.19 0.09 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun N ila i ROE Berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100M- BUMN2002 ROE Hasil Analisis Du Pont Gambar 22. Perkembangan Nilai ROE Berdasarkan SK Menteri BUMN No. Kep-100M-BUMN2002 dan ROE Hasil Perhitungan Du Pont. Sesuai dengan visi perusahaan yakni menjadi perusahaan di bidang industri pupuk dan petrokimia yang efisien dan kompetitif di pasar global, maka untuk memperoleh target rasio perbandingan yang lebih tepat sebaiknya PT. Pupuk Kujang menggunakan standar rasio keuangan yang umum dipakai oleh perusahaan-perusahaan lain pada umumnya. Sehingga dapat memberikan gambaran mengenai target standar yang diinginkan ataupun melihat sampai sejauh mana target yang telah dicapai perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya. 2001 2002

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Perkembangan kinerja PT. Pupuk Kujang Persero berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100M-BUMN2002 menunjukkan kondisi yang sangat baik. Dengan total skor TS yang diperoleh sebesar 95,32 maka penilaian tingkat kesehatan PT. Pupuk Kujang Persero periode 2001-2005 adalah sehat dengan nilai AAA. 2. Analisis trend pada sisi aktiva menunjukkan perkembangan komponen aktiva tetap yang meningkat yang disebabkan oleh adanya pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B. 3. Pada sisi pasiva terjadi peningkatan kewajiban jangka panjang yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B tersebut. 4. Trend pada laporan laba rugi menunjukkan penurunan pada komponen laba bersih yang disebabkan adanya peningkatan dalam biaya produksi 70 gas dan operasi perusahaan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan penjualan. 5. Hasil analisis vertikal menunjukkan komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancarnya. Hal ini mengindikasikan bahwa selama periode ini perusahaan lebih banyak mengalokasikan dananya untuk melakukan investasi jangka panjang. 6. Di sisi pasiva dalam dua tahun terakhir proporsi kewajiban mengalami peningkatan yang disebabkan adanya pinjaman jangka panjang untuk pembiayaan aktiva tetapnya. 7. Analisis vertikal pada laporan laba rugi menunjukkan bahwa komponen harga pokok penjualan merupakan komponen pengurang terbesar terhadap total penjualan. Sehingga menurunkan marjin laba bersih yang diterima perusahaan. 8. Hasil analisis rasio memperlihatkan 1 Tingkat likuiditas perusahaan memiliki kecenderungan yang menurun. 2 Solvabilitasnya cukup berisiko karena jaminan modal sendiri terhadap hutang jangka panjang sangat kecil sekali. 3 Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung menurun yang