Proporsi Neraca Proporsi Laba Rugi

5.3. Persentase Per-Komponen Laporan Keuangan PT. Pupuk Kujang

Analisis persentase per-komponen atau yang biasa dikenal dengan analisis vertikal, digunakan untuk melihat proporsi keuangan perusahaan dalam lima tahun terakhir. Jenis metode analisis ini disebut juga dengan metode analisis statis dimana komponen yang diperbandingkan dengan komponen lainnya dalam satu laporan keuangan yang sama berada dalam tahun yang sama. Dengan kata lain informasi yang didapat hanya keadaan keuangan pada tahun itu saja. Melalui analisis ini dapat diketahui proporsi investasi pada masing-masing aktiva, stuktur permodalan serta komposisi biaya dalam hubungannya dengan pendapatan perusahaan. Selain itu analisis ini juga merupakan pendukung analisis rasio didalam menginterpretasikannya. Tabel hasil analisis persentase per-komponen terhadap laporan keuangan PT. Pupuk Kujang Persero dapat dilihat dalam Lampiran 8 dan Lampiran 9.

5.3.1. Proporsi Neraca

Komponen-komponen yang dilihat dalam analisis persentase per komponen terhadap laporan neraca adalah komponen yang digunakan dalam analisis rasio untuk melihat kondisi likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Komponen tersebut adalah total aktiva, total hutang dan modal sendiri. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana perubahan yang terjadi pada tiap-tiap pos dalam laporan neraca dan juga untuk melihat struktur permodalan perusahaan serta proporsi investasi pada aktiva perusahaan. Berdasarkan hasil analisis persentase per-komponen terhadap laporan neraca menunjukkan bahwa pada sisi aktiva, komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang lebih besar terhadap total aktiva dibandingkan dengan aktiva lancar dan aktiva lain-lain. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan selama periode ini lebih banyak mengalokasikan dananya untuk melakukan investasi jangka panjang, dalam hal ini yakni pembangunan proyek Pupuk Kujang 1B yang bertujuan untuk mengganti pabrik ureaamonia yang telah beroperasi sejak akhir tahun 1978. Perkembangannya dalam lima tahun terakhir dapat dilihat dalam Gambar 13. 81.33 58.13 40.55 13.38 11.47 6.73 27.62 49.25 82.07 84.05 2.45 6.46 2.73 1.85 1.42 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun P ro p o rs i te rh a d a p to ta l Ak ti v a Aktiva Lancar Aktiva Tetap Aktiva Lain-lain Gambar 13. Perkembangan trend Proporsi Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva PT. Pupuk Kujang Persero 32.69 23.24 26.65 72.50 71.69 67.31 76.76 73.35 27.50 28.31 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun P ropor s i Te rha da p Tot a l P a s iv a Total Kewajiban Total Modal Sendiri Gambar 14. Perkembangan trend Proporsi Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva PT. Pupuk Kujang Persero

5.3.2. Proporsi Laba Rugi

Analisis vertikal terhadap laporan laba rugi melihat komponen-komponen yang digunakan untuk menunjukkan kondisi profitabilitas perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk melihat proporsi biaya yang terjadi dihubungkan dengan nilai penjualan. 2001 2001 2002 2002 Berdasarkan hasil analisis vertikal terhadap laporan laba rugi menunjukkan bahwa komponen harga pokok penjualan merupakan komponen dengan proporsi pengurang terbesar terhadap total penjualan. Dalam Gambar 15 terlihat angka proporsi harga pokok penjualan terhadap penjualan yang rata-ratanya sebesar 71,77 persen. Hal ini menunjukkan besarnya proporsi penjualan yang terserap ke dalam komponen harga pokok penjualan. Sehingga hal ini tentu akan mengurangi marjin laba kotor yang diterima perusahaan yang mengalami fluktuasi dari tahun 2001-2005 dengan kecenderungan yang semakin menurun. 75.44 15.45 15.96 22.86 24.56 17.16 72.50 71.51 71.75 67.62 10.77 13.22 13.88 10.74 12.50 12.89 28.88 32.38 28.49 27.50 28.25 9.59 2.69 4.75 5.00 10 20 30 40 50 60 70 80 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun P ropor s i Te rha d a p P e nj ua la n Harga Pokok Penjualan Biaya Usaha Laba Bersih Laba Kotor Pendapatan Lain-lain Gambar 15. Perkembangan trend Proporsi Komponen Laba Rugi Terhadap Penjualan PT. Pupuk Kujang Persero Selain komponen harga pokok penjualan, komponen biaya yang memiliki proporsi terbesar kedua terhadap penjualan adalah biaya usaha dengan nilai rata- rata sebesar 13,86 persen. Jika dilihat dalam Gambar 15 di atas terlihat perkembangan dari biaya usaha yang cenderung meningkat tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan perusahaan belum sepenuhnya melakukan efisiensi biaya dalam kegiatan operasionalnya dengan semakin meningkatnya biaya usaha yang terjadi. Penyebab utama semakin meningkatnya biaya usaha perusahaan ialah adanya peningkatan dalam biaya kesejahteraan pegawai, biaya diklat, biaya umum, biaya jasa dan biaya pemasaran pupuk. Sehingga hal ini tentu akan mengurangi marjin laba bersih perusahaan yang cenderung menurun dari tahun 2003. 2001 2002 Terlihat dalam Gambar 15 proporsi laba bersih terhadap penjualan sempat meningkat di tahun 2002 ke angka 28,88 persen atau naik 6,02 persen dari tahun 2001. Peningkatan ini lebih disebabkan karena adanya tambahan pendapatan dari pendapatan lain-lain yang proporsinya meningkat sebesar 7,57 persen terhadap penjualan. Namun di tahun-tahun berikutnya proporsi pendapatan lain-lain terhadap penjualan tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap tambahan pendapatan perusahaan karena kecenderungan proporsinya yang semakin rendah.

5.4. Analisis Rasio Keuangan PT. Pupuk Kujang