Debt to Equity Ratio DER

perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100 atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR kecukupan modal. Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100 modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.

2.2.1.4.2. Debt to Equity Ratio DER

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari dana bank sendiri. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya hutang. Untuk menghitung debt to equity ratio dapat menggunakan rumus : Total Liability DER = 2.9 Total Equity

2.3. Perubahan Laba

Laba merupakan selisih antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan laba. Dalam akuntansi, selisih tersebut memiliki dua tahap proses pengukuran secara fundamental yaitu pengakuan pendapatan sesuai dengan prinsip realisasi dan pengakuan biaya Muljono, 1999. Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya, dilakukan dalam laporan laba rugi. Penyajian informasi laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting, dibanding dengan pengukuran kinerja yang mendasarkan pada gambaran meningkatnya atau menurunnya modal bersih. Lebih Universitas Sumatera Utara lanjut informasi laba juga dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba dimasa mendatang Ediningsih, 2004. Menurut Chariri dan Ghozali 2001, laba merupakan perbedaan pendapatan yang direalisasi, transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Sedangkan menurut Harahap 2001, laba adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa laba adalah perbedaan antara pendapatan revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya‐biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Laba adalah informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini penting untuk: 1 Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima Negara, 2 Untuk menghitung deviden yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan dalam perusahaan, 3 Untuk menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan, 4 Untuk menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, 5 Untuk menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi, 7 Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaansegmen perusahaandevisi, 8 Perhitungan zakat sebagai kewajiban manusia sebagai hamba kepada Tuhannya melalui pembayaran zakat kepada mereka Harahap, 2001. Indikator perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak, tidak termasuk item extra ordinary dan discontinued operation. Universitas Sumatera Utara Alasan mengeluarkan item extra ordinary dan discontinued operation dari laba sebelum pajak adalah untuk menghilangkan elemen yang mungkin meningkatkan perubahan laba yang mungkin tidak akan timbul dalam periode yang lainnya Zainuddin dan Jogiyanto, 1999. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan prediksi perubahan laba menurut Harianto dan Sudomo 2001 sebagai berikut: 1. Periode waktu, adalah pembuatan peramalan perubahan laba dengan realisasi yang dicapai. 2. Besaran perusahaan, hal ini disebabkan besaran perusahaan karena skala ekonomi yang berbeda‐beda. Tingkat biaya rendah merupakan unsur untuk mencapai laba yang diinginkan sesuai standar yang dituangkan dalam bentuk ramalan. Sehubungan dengan itu, skala ekonomi yang tinggi menyebabkan biaya informasi untuk membuat ramalan menjadi turun. Sehingga perusahaan yang mempunyai skala ekonomi yang tinggi bisa membuat ramalan yang tepat karena dimungkinkan mempunyai data dan informasi yang lengkap. Perusahaan yang besar mempunyai kemampuan tinggi untuk menjamin prospek bisnis dimasa yang akan datang, jumlah aset sumber daya yang besar bisa membuat manajemen dan semua komponen dalam perusahaan percaya diri dan bekerja lebih giat untuk mencapai laba yang diprediksikan. Kemudian besarnya modal yang dimiliki perusahaan juga dapat menentukan kelengkapan dan ketepatan informasi yang diperlukan untuk peramalan. 3. Kredibilitas penjamin emisi, penjamin emisi mempunyai peranan kunci dalam setiap emisi efek melalui pasar modal. Dengan demikian integritas Universitas Sumatera Utara penjamin emisi mempunyai hubungan positif dengan ketepatan informasi ramalan laba di dalam protestus. Penjamin emisi akan berhati‐hati untuk menjaga kredibilitasnya karena penjamin emisi ingin memberikan hasil yang maksimal kepada para pemakai. 4. Integritas auditor, faktor ini mempunyai dampak signifikan terhadap laporan keuangan, termasuk ramalan perubahan laba. Oleh karena itu auditor harus menjamin bahwa informasi keuangan yang disajikan telah sesuai dengan pedoman penyajian laporan keuangan.

2.4. Dividen Payout Ratio DPR

Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik merupakan tujuan utama suatu bisnis. Dividen merupakan hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam bentuk dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen Jogiyanto, 1998. Menurut Warsono 2003, indicator untuk mengukur kebijakan dividen yang secara luas digunakan ada dua macam, yaitu : 1. Dividend Yield Hasil Dividen, adalah suatu rasio yang menghubungkan dividen yang dibayar dengan harga saham biasa. Dividend Yield menyediakan suatu ukuran komponen pengembalian total yang dihasilkan dividen, dengan menambahkan apresiasi harga yang ada. Beberapa investor Universitas Sumatera Utara menggunakan Dividend Yield sebagai suatu ukuran resiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu mereka akan berusaha menginvetasikan dananya dalam saham yang menghasilkan Dividend Yield yang tinggi. 2. Dividen Payout Ratio Rasio Pembayaran Dividen DPR merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa. DPR banyak digunakan dalam penilaian sebagai cara pengestimasian dividen untuk periode yang akan datang, sedangkan kebanyakan analis mengestimasikan pertumbuhan dengan menggunakan laba ditahan lebih baik daripada dividen. Ang 1997 menyatakan bahwa dividend payout ratio merupakan perbandingan antara Dividend per share DPS dengan earning per share EPS, jadi secara perspektif yang dilihat adalah pertumbuhan DPS terhadap pertumbuhan EPS. Secara sistematis DPR dapat dirumuskan sebagai berikut : DPR = EPS DPS 2.10 Dividen merupakan salah satu tujuan investor melakukan investasi saham, sehingga apabila besarnya dividen tidak sesuai dengan yang diharapkan maka ia akan cenderung tidak membeli suatu saham atau menjual saham tersebut apabila telah memilikinya. Menurut Sutrisno 2001, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, yang pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu : 1. Keputusan dividen yang berasal dari linkungan internal perusahaan atau yang dapat dikontrol manajemen, seperti posisi likuiditas, hutang, Universitas Sumatera Utara rentabilitas, solvabilitas, profitabilitas dan lain sebagainya yang merupakan unsur dari kinerja perusahaan. 2. Keputusan dividen yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan atau diluar kontrol manajemen, antara lain seperti inflasi, pajak atas dividen, hukum, dan lain sebagainya yang perusahaan harus selalu menyesuaikan diri terhadap perubahan faktor-faktor tersebut. Menurut Bringham dan Houston 2010, terdapat tiga teori dari preferensi investor rmengenai kebijakan dividen yaitu : 1. Teori Deviden Irrelevance Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak merupakan pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen dividends irrelevance theory ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani 2001. Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Dengan kata lain, nilai perusahaan tergantung hanya pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba yang ditahan. Keown et al 2005 menyatakan bahwa pada teori ketidakrelevanan dividen, tak ada hubungan antara kebijakan dividen dan nilai saham. Satu kebijakan dividen sama bagusnya dengan lainnya. Secara agregat investor hanya mementingkan pengembalian total keputusan investasi, tak peduli apakah pengembalian berasal dari perolehan modal atau pendapatan dividen. 2. Teori Bird in The Hand Universitas Sumatera Utara Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada menundanya untuk direalisir dalam bentuk “capital gain” nanti. Tarif pajak untuk “capital gain” sering lebih rendah daripada untuk dividen, namun para pemilik saham banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset. Teori ini dianut oleh Myron Bordon dan John Lintner. 3. Teori Tax Preference Suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap deviden dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak dengan alasan : a. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan. b. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya nilai efek waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini. c. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak keuntungan modal. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal- hal sebagai berikut : 1. Jika manajemen percaya bahwa deviden irrelevence theori dari modigliani dan Miller M-M itu benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya deviden yang harus dibagikan. 2. Jika perusahaan menganut Bird In The Hand Theory, maka perusahaan harus membagi seluruh earning after tax, dalam bentuk deviden. 3. Sedangkan jika perusahaan lebih cenderung mempercayai Tax Preference Theory , maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan.

2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Payout Ratio

DPR Menurut Gumanti 2013 faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan devident payout rasio DPR yaitu : 1. Arus kas, adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Kas yang dimaksud terdiri dari saldo kas dan rekening giro. Dengan demikian laporan arus kas merupakan catatan yang melaporkan sumber- sumber utama penerimaan kas perusahaan serta penggunaan pengeluaran utama pembayaran kasnya untuk satu periode. Laporan arus kas harus disusun perusahaan sesuai persyaratan dalam pernyataan dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan integral dari laporan keuangan setiap dalam pernyataan dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan integral dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan alasan yang sama meskipun terdapat perbedaan dalam aktivitas penghasil pendapatan utama. Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, melunasi kewajiban dan untuk membagikan deviden kepada para investor. 2. Profitabilitas, adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengelolaan asset perusahaan yang merupakan perbandingan antara earning after tax dengan Total assets, profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan profit untuk setiap assets yang ditanam. 3. Pertumbuhan Perusahaan, menunjukan pertumbuhan asset, asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktifitas operasional perusahaan. Theory free cash flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen 1986 menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang tinggi memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai NVP positif. Manajer dalam bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang labih baik dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan Charitou dan Vafeas ,1998 . Menurut teori residual devidend, perusahaan akan membayar devidennya jika hanya tidak memiliki kesempatan investasi yang menguntungkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan dan pembayaran deviden. Universitas Sumatera Utara 4. Ukuran Perusahaan, adalah simbol ukuran perusahaan. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal merupakan fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki ratio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.

2.5. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba dan Dividen

Payout Ratio 2.5.1 Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Perubahan Laba Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya Abdullah, 2002. Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukan kemampuan perusahaan yang tinggi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, dan akan mempengaruhi peningkatan laba perusahaan. Dalam hal ini, Peningkatan rasio likuiditas akan mempengaruhi jumlah laba yang akan dihasilkan oleh perusahaan karena keuntungan yang dihasilkan akan dikurangi dari jumlah utang jangka pendek yang dimiliki perusahaan.

2.5.2 Pengaruh Rasio Aktiva Produktif Terhadap Perubahan Laba

Rasio aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31147KEPDIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya yang meliputi penanaman dana Universitas Sumatera Utara bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana pada bank lain kecuali giro dan penyertaan. Meningkatnya rasio aktiva produktif dapat mengindikasikan adanya penambahan sumber pendapatan perusahaan yang juga akan menambah jumlah laba yang akan dihasilkan oleh perusahaan.

2.5.3 Pengaruh Rasio Rentabilitas Terhadap Perubahan Laba

Rasio Rentabilitas, yaitu alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank Nisswonger, 1993. Dengan melihat rasio rentabilitas, investor ataupun masyarakat dapat melihat sejauhmana tingkat kemampuan perusahaan tersebut didalam menghasilkan keuntungan atau laba, baik yang berasal dari kegiatan operasional perusahaan maupun non operasional. Dalam hal ini, tingginya rasio rentabilitas perusahaan mencerminkan tingginya kemempuan perusahaan dalam mengahasilkan laba.

2.5.4 Pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Perubahan Laba

Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya Nisswonger, 1993. Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan. Jika utang yang dimiliki perusahaan terlalu besar, hal ini akan mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan demikian semakin semakin besar tingkat rasio solvabilitas yang dimiliki oleh perusahaan maka akan semakin tinnggi perusahaan dalam menghasilkan laba. Universitas Sumatera Utara

2.5.5. Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Dividend Payout Ratio

Murtini 2008 menyatakan bahwa likuiditas yang dinilai dari arus kas bebas perusahaan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham apabila perusahaan memiliki kas yang benar – benar bebas, yang dapat dibagikan kepada pemilik saham sebagai dividen. Likuiditas yang tinggi akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada para pemegang saham. Hal ini akan mempengaruhi perusahaan dalam membagikan dividennya, karena perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi memiliki kesempatan yang lebih besar dalam melakukan pembayaran dividen, dalam hal ini tingginya tingkat likuiditas dapat meningkatkan dividen perusahaan. 2.5.6. Pengaruh Rasio Aktiva Produktif Terhadap Dividend Payout Ratio Aktiva produktif adalah penyediaan bank dalam rupiah maupun valas untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit, sertifikat bank indonesia dan penempatan dana antar bank Brigham dan Houston, 2009. Dalam hal ini, tinggi nya aktiva produktif yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham dan sebaliknya, rendahnya aktiva produktif yang dimiliki perusahaan akan mengurangi kemampuan perusahaan dalam melakukan pembagian dividen.

2.5.7. Pengaruh Rasio Rentabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio

Rasio rentabilitas merupakan suatu alat untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan membandingkan laba dengan aktiva atau modal dalam periode tertentu. Dengan melihat rasio rentabilitas, investor ataupun para Universitas Sumatera Utara pemegang saham dapa melihat ke efektifan perusahaan dalam memperoleh laba Brigham dan Houston, 2009. Dengan demikian rasio rentabilitas dapat menggambarkan perolehan laba yang di miliki perusahaan yang kemudian akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Hal ini berarti semakin tinggi rasio rentabilitas suatu perusahaan akan semakin tinggi tingkat dividden yang akan di bagikan kepada para pemegang saham.

2.5.8. Pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio

Menurut Hartini 2010, terdapat hubungan antara nilai perusahaan dengan pembayaran dividen, arus kas bersih, solvabilitas leverage dan earnings per share yang diharapkan setiap tahun oleh perusahaan bahwa dividen menunjukkan hal yang pasti berkaitan dengan apresiasi harga saham. Semakin tinggi nilai kesehatan suatu perusahaan akan memberikan keyakinan kepada pemegang saham untuk memperoleh pendapatan dividen atau capital gain di masa yang akan datang. Rasio solvabilitas leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan dilikuidasi. Semakin tinggi rasio solvabilitas maka semakin tinggi pula resiko kerugian yang dihadapi, tetapi juga ada kesempatan mendapatkan laba yang besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio solvabilitas yang rendah tentu mempunyai resiko kerugian yang lebih kecil. Universitas Sumatera Utara

2.5.9. Pengaruh Perubahan Laba Terhadap Dividend Payout Ratio

Pertumbuhan laba sangat menentukan jumlah dividen yang akan dibagikan kepada pihak investor. Bagi investor, dalam menilai kinerja suatu bank tidak melihat perubahan laba perusahaan dari tahun ke tahun. Laba merupakan ukuran penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan sebelum memutuskan pembagian dividen. Perusahaan yang memiliki laba yang rendah akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen, demikian juga sebaliknya.

2.5.10. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Dividend Payout Ratio yang

Dimediasi oleh Perubahan Laba Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No 265BPPP tanggal 29 Mei 1993 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dinayatakan bahwa, untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan aspek penilaian yaitu Capital, Assets, Management, Earning dan Liquidity yang disebut dengan CAMEL. Empat dari aspek tersebut masing-masing Capital, Assets, Earning dan Liquidity dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan yang tercermin dari laba yang dihasilkan. Jika rasio keuangan setiap tahunnya meningkat kearah yang lebih baik maka perubahan laba setiap tahunnya diestimasi juga akan meningkat, karena bank berada dalam keadaan sehat. Jika perubahan laba setiap tahunnya meningkat maka perusahaan berlaba setiap tahunnya. Laba yang dihasilkan dapat dikumpulkan ataupun langsung dibagikan kepada investor dalam bentuk dividen yang sudah disepakati. Universitas Sumatera Utara Rasio Keuangan yang sehat setiap tahunnya menjadi tolak ukur investor dalam menanamkan sahamnya. Jika perusahaan setiap tahunnya dalam keadaan sehat tentu meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Peningkatan harga saham sudah pasti meningkatkan perubahan laba perusahaan yang juga akan berimbas ke dividen tunai yang akan diberikan kepada investor. Sehingga rasio keuangan dapat mempengaruhi DPR dengan perubahan laba sebagai meidasinya.

2.6. Kerangka Konseptual

Perolehan laba mencerminkan kinerja bank umum. Perubahan laba yang meningkat merupakan salah satu ukuran apakah bank umum mempunyai kinerja yang bagus atau tidak. Laba yang dihasilkan bank umum dapat ditahan untuk kepentingan bank ataupun dibagikan kepada investor dalam bentuk dividen. Dividen merupakan salah satu indikator yang diperhatikan investor dalam menanamkan sahamnya pada bank umum. Salah satu cara untuk memprediksi perubahan laba dan DPR adalah dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan cukup berguna bagi para pemakai laporan keuangan yang secara riil, maupun potensial berkepentingan dengan bank umum. Rasio keuangan tersebut diantaranya Rasio Likuiditas CR dan LDR, Rasio Aktiva Produktif NPL dan EAQ, Rasio Rentabilitas BOPO, NIM dan ROA dan Rasio Solvabilitas CAR dan DER Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.7. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah 1. Rasio Likuiditas CR dan LDR, Rasio aktiva produktif NPL dan EAQ, Rasio Rentabilitas BOPO, NIM dan ROA dan Rasio Solvabilitas CAR dan DER berpengaruh terhadap Perubahan Laba pada Bank Umum. 2. Rasio Likuiditas CR dan LDR, Rasio aktiva produktif NPL dan EAQ, Rasio Rentabilitas BOPO, NIM dan ROA dan Rasio Solvabilitas CAR dan DER berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio pada Bank Umum. 3. Perubahan Laba berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio pada Bank Umum. Rasio Likuiditas 1. CR X 1 2. LDR X 2 Rasio Rentabilitas 1. BOPO X 5 2. NIM X 6 3. ROA X 7 Perubahan Laba Y 1 Rasio Solvabilitas 1. CAR X 8 2. DER X 9 Rasio Aktiva Produktif 1. NPL X 3 2. EAQ X 4 Dividen Payout Ratio Y 2 Universitas Sumatera Utara 4. Rasio Likuiditas CR dan LDR, Rasio Aktiva Produktif NPL dan EAQ, Rasio Rentabilitas BOPO, NIM dan ROA dan Rasio Solvabilitas CAR dan DER berpengaruh terhadap DPR yang dimediasi Perubahan Laba pada Bank Umum Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah asosiatif kausal yaitu jenis penelitian untuk menganalisis hubungan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya Husein, 2003. Sifat penelitian ini dengan deskriptif eksplanatori yaitu penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Variabel Independen X dalam penelitian ini adalah Rasio Likuiditas CR dan LDR, Rasio Aktiva Produktif NPL dan EAQ, Rasio Rentabilitas BOPO, NIM dan ROA dan Rasio Solvabilitas CAR dan DER. Variabel Dependen Y dalam penelitian ini adalah Perubahan Laba dan Dividen Payout Ratio DPR

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bank Umum di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Periode pengamatan tahun 2009 sampai tahun 2013 yang diteliti pada situs resmi www.idx.co.id. Waktu yang direncanakan untuk melakukan penelitian adalah bulan Oktober 2014 – Desember 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Jumlah populasi Bank Umum Universitas Sumatera Utara di Indonesia adalah sebanyak 40 bank. Tahun pengamatan dimulai dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria pemilihan sampel tersebut adalah: 1. Bank yang telah berturut-turut sampai dengan 5 lima tahun menyampaikan laporan keuangannya ke BEI 2. Bank yang memiliki laba setiap tahun pengamatan 3. Bank yang mempublikasikan dividen. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh perusahaan perbankan yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini sebanyak 21 bank masing- masing periode lima tahun, sedangkan sisanya sebanyak 19 bank tidak memenuhi kriteria. Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah perusahaan yang terpilih jadi sampel penelitian adalah sebanyak 21 perusahaan. Sehingga jumlah observasi dalam penelitian ini adalah 5 tahun observasi x 21 sampel adalah 105 sampel observasi. Daftar sampel Bank Umum di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.5. berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 3.5. Bank Umum di Indonesia No Nama Bank Kode Bank Kriteria Sampel tidak terpilih Sampel Terpilih 1 2 3 1 Bank Agroniaga AGRO √ √ - X - 2 Bank Agris AGRS - - - X - 3 Bank ICB Bumi Putera Bank MNC Internasional BABP √ √ - X - 4 Bank Capital Indonesia BACA √ √ - X - 5 Bank Ekonomi Rahardja BAEK √ √ - X - 6 Bank Central Asia BBCA √ √ √ - Y 7 Bank Bukopin BBKP √ √ √ - Y 8 Bank Mestika Darma BBMD √ - - X - 9 Bank Negara Indonesia BBNI √ √ √ - Y 10 Bank Nusantara Parahyangan BBNP √ √ √ Y 11 Bank Rakyat Indonesia BBRI √ √ √ - Y 12 Bank Tabungan Negara BBTN √ √ √ - Y 13 Bank Yudha Bhakti BBYB - - - X - 14 Bank Mutiara BCIC √ - - X - 15 Bank Danamon BDMN √ √ √ - Y 16 Bank Pundi BEKS √ √ - X - 17 Bank Ina Perdana BINA √ - - X - 18 Bank Pemb.Daerah Jabar Banten BJBR √ √ √ - Y 19 Bank Pemb.Daerah Jawa Timur BJTM √ - - X - 20 Bank QNB Kesawan BKSW √ √ √ - Y 21 Bank Maspion Indonesia BMAS √ - - X - 22 Bank Mandiri BMRI √ √ √ - Y 23 Bank Bumi Artha BNBA √ √ √ - Y 24 Bank CIMB Niaga BNGA √ √ √ - Y 25 Bank Internasional Indonesia BNII √ √ √ - Y 26 Bank Permata BNLI √ √ √ - Y 27 Bank Sinarmas BSIM √ √ √ - Y 28 Bank of India BSWD √ √ √ - Y 29 Bank Tabungan Pensiunan Nasional BTPN √ √ - X - 30 Bank Victoria Internasional BVIC √ √ - X - 31 Bank Artha Graha INPC √ √ √ - Y 32 Bank Mayapada MAYA √ √ √ - Y 33 Bank Windu Kentjana Internasional MCOR √ √ - X - 34 Bank Mega MEGA √ √ √ - Y 35 Bank Mitra Niaga NAGA √ - - X - 36 Bank OCBC NISP NISP √ √ √ - Y 37 Bank Nasional Nobu NOBU √ - - X - 38 Bank Pan Indonesia PNBN √ √ - X - 39 Bank Panin Syariah PNBS √ - - X - 40 Bank Himpunan Saudara 1906 SDRA √ √ √ - Y Sumber : Data diolah dari www.idx.co.id 2014 Universitas Sumatera Utara

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia dengan cara mendownload laporan keuangan pada Bank Umum di Indonesia di Tahun 2009-2013. Data yang digunakan merupakan gabungan data antara perusahaan cross section dan antar waktu timeseries yang disebut juga dengan polling data dan diteliti pada situs resmi www.idx.co.id.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yakni data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari buku, jurnal penelitian, majalah, dan situs internet untuk mendukung penelitian. Data laporan keuangan Bank Umum di Indonesia yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai 2013.

3.5 Identifikasi dan Definisi Operasionalisasi Variabel

Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel indpenden terdiri dari Rasio Likuiditas CR, LDR, Rasio aktiva produktif NPL dan EAQ, Rasio Rentabilitas BOPO, NIM dan ROA dan Rasio Solvabilitas CAR,DER, berikut uraiannya : a. CR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas b. LDR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat Universitas Sumatera Utara c. NPL merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah d. EAQ merupakan rasio yang mengukur tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif pokok termasuk bunga berdasarkan kriteria tertentu. e. BOPO merupakan rasio yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. f. NIM merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan. g. ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal biaya yang digunakan mendanai aktiva dikeluarkan dari analisis.. h. CAR merupakan rasio yang mengukur seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit, surat berharga dan tagihan pada bank lain yang ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank. i. DER merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari dana bank sendiri Universitas Sumatera Utara 2. Variabel dependen terdiri dari Perubahan laba dan Dividend Payout Ratio berikut uraiannya : a. Perubahan laba adalah rasio antara laba sebelum pajak sekarang dengan laba sebelum pajak tahun sebelumnya dibagi dengan laba sebelum pajak tahun sebelumnya. b. Dividend Payout Ratio adalah rasio yang mengukur persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen tunai Operasionalisasi Variabel, Definisi Variabel, Parameter Variabel, dan Skala Pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3.6. berikut ini: Tabel 3.6. Definisi, Parameter dan Skala Pengukuran Variabel Variabel Definisi Parameter Skala Keterangan CR Rasio yang mengukur kemampuan bank memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas Cash + Equivalen CR = Curent Liabilities Rasio Semakin tinggi semakin baik Pengaruh + LDR Rasio yang mengukur kemampuan bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat Total Kredit Yang Diberikan LDR = Total Dana Pihak Ke Tiga Rasio Ukuran standar BI 78-92 NPL Rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah Total Kredit Bermasalah NPL = Total Kredit Yang Diberikan Rasio Standar Maks BI 5 Semakin rendah semakin baik Pengaruh - EAQ Rasio yang mengukur tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif pokok termasuk bunga berdasarkan kriteria tertentu Aktiva produktif diklasifikasikan EAQ = Total Aktiva Produktif Rasio Semakin rendah semakin baik Pengaruh - BOPO Rasio yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional Biaya Operasional BOPO = Pendapatan Operasional Rasio Ukuran standar BI 50–75 Semakin rendah semakin baik Pengaruh - Universitas Sumatera Utara Tabel 3.6. Definisi,Parameter dan Skala Pengukuran VariabelLanjutan Variabel Definisi Parameter Skala Keterangan NIM Rasio yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan Pendapatan Bunga Bersih NIM = Rata – Rata Aktiva Produktif Rasio Standar Min BI 5 Semakin tinggi semakin baik Pengaruh + ROA Rasio yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya- biaya modal biaya yang digunakan mendanai aktiva dikeluarkan dari analisis Laba Bersih ROA = Total Aktiva Rasio Semakin tinggi semakin baik Pengaruh + CAR Rasio yang mengukur seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit, surat berharga dan tagihan pada bank lain yang ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank Modal Bank CAR = Total ATMR Rasio Standar Minimal BI 8 Semakin tinggi semakin baik Pengaruh + DER Rasio yang mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari dana bank sendiri Total Liability DER = Total Equity Rasio Semakin kecil semakin baik Pengaruh - Perubahan laba Rasio antara laba sebelum pajak sekarang dengan laba sebelum pajak tahun sebelumnya dibagi dengan laba sebelum pajak tahun sebelumnya Y n - Y n - 1 ΔY n = X 100 Y n - 1 Rasio Semakin tinggi semakin baik Pengaruh + Dividend Payout Ratio Y 2 Rasio yang mengukur persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen tunai DPR = EPS DPS Rasio Semakin tinggi semakin baik Pengaruh +

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan Universitas Sumatera Utara informasi. Statistik deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensial atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Data yang disajikan dalam statistik deskriptif biasanya dalam bentuk ukuran pemusatan data mean, median, dan modus ukuran penyebaran data standar deviasi dan varians, tabel serta grafik histogram, pie dan bar. Data statistik yang diperoleh dalam penelitian perlu diringkas dengan baik dan teratur. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang sekumpulan data yang diperoleh baik mengenai sampel atau populasi.

3.7.2 Structural Equation Model SEM

Dalam langkah pengembangan model teoritis, hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan serangkaian eksploitasi ilmiah melalui telah pustaka guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model SEM yang dioperasikan dengan menggunakan AMOS. Menurut Ferdinand 2006 model persamaan struktural atau SEM adalah sekumpulan teknik-teknik statistical yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit yang dibentuk melalui lebih dari satu variabel. SEM merupakan sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan. Penelitian ini menggunakan uji SEM karena : 1. Menggambarkan keterkaitan hubungan linier secara simultan antara variabel pengamatanyang dapat diukur langsung indikatormanifest Universitas Sumatera Utara dan variabel yang tidak dapat diukur secara langsung variabel laten 2. Model yang dianalisis bertingkat dan relatif rumit, sehingga akan sangat sulit untuk diselesaikan dengan metode jalur analisis pada regresi linear 3. Mampu menguji hipotesis-hipotesis yang rumit dan bertingkat secara serempak 4. Kesalahan error pada masing-masing observasi tidak diabaikan tetapi tetap dianalisis, sehingga SEM lebih akurat untuk menganalisis data 5. Mampu menganalisis model hubungan timbal balik recursive secara serempak, di mana model ini tidak dapat diselesaikan dengan analisis regresi linear secara serempak 6. Peneliti dapat dengan mudah memodifikasi model dengan second order untuk memperbaiki model yang telah disusun agar lebih layak secara statistic Haryono dan Wardoyo, 2013. Untuk membuat permodelan SEM yang lengkap perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini. 1. Pengembangan Model Teoritis Tahap pertama yang harus dilakukan dalam mengembangkan sebuah model penelitian dengan mencari dukungan teori yang kuat melalui serangkaian eksploitasi ilmiah melalui telaah pustaka guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. Tanpa dasar teori yang kuat, SEM tidak dapat digunakan. SEM digunakan untuk menguji kausalitas yang ada teorinya dan bukan untuk membentuk teori kausalitas. Pengembangan sebuah teori yang berjustifikasi ilmiah merupakan syarat utama menggunakan permodelan SEM Ghozali, 2008. Universitas Sumatera Utara 2. Pengembangan Diagram Jalur Path Diagram Langkah berikutnya model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah diagram jalur, yang akan mempermudah untuk melibat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji Ghozali, 2008. Diagram jalur hubungan antar konstruk akan dinyatakan melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstruk dengan konstruk lainnya. Konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu: a. Konstruk Eksogen Exogenous Constructs, yang dikenal juga dengan diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah. b. Konstruk Endogen Endogen Contructs, yang merupakan faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk Endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tapi konstruk endogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen. 3. Konversi Diagram Jalur Kedalam Persamaan Setelah model penelitian yang dikembangkan dan digambar pada diagram jalur, langkah berikutnya adalah mengkonversi spesifikasi model kedalam rangkaian persamaan yang dibangun terdiri dari Ghozali, 2006. Persamaan-persamaan struktural Structural Equations ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk, persamaan struktural penelitian terlihat pada gambar 3.2 : Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2 Diagram Jalur Persamaan structural yang dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk adalah : V endogen = V eksogen + V endogen + error 3.11 Sehingga persamaaan yang dibentuk adalah : 1. η1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + γ3ξ3 + γ4ξ4 + ζ1 3.12 2. η2 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + γ3ξ3 + γ4ξ4 + ζ2 3.13 3. η2 = β5 η1 + ζ3 3.14 4. η2 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + γ3ξ3 + γ4ξ4 + β5 η1+ ζ4 3.15 atau Rasio Likuiditas Rasio Aktiva Produktif Perubahan Laba Y1 e10 NPL LDR Rasio Rentabilitas Dividen Payout Ratio Y2 BOPO ROA NIM EAQ e11 Rasio Solvabilitas CR CAR DER e1 e4 e5 e6 e7 e8 e9 e2 e3 Universitas Sumatera Utara Perubahan laba = γ1Rasio Likuiditas + γ2Rasio Aktiva Produktif + 3.16 γ3Rasio Rentabilitas + γ4Rasio Solvabilitas + ζ1 DPR = γ1Rasio Likuiditas + γ2Rasio Aktiva Produktif + 3.17 γ3Rasio Rentabilitas + γ4Rasio Solvabilitas + ζ2 DPR = β5Perubahan Laba + ζ3 3.18 DPR = γ1Rasio Likuiditas + γ2Rasio Aktiva Produktif + 3.19 γ3Rasio Rentabilitas + γ4Rasio Solvabilitas + β5Perubahan Laba + ζ4

3.7.3 Pengujian Asumsi Model SEM

Prinsip uji hipotesis asumsi model, yaitu asumsi yang berkaitan dengan model dan asumsi yang berkaitan dengan pendugaan parameter dan pengujian hipotesis yang dijelaskan berikut. 1. Asumsi normalitas sebaran, yaitu data yang akan dianalisis variabel latent dengan menyebar normal normal ganda. Dengan sampel yang besar 100, asumsi ini tidak terlalu kritis, landasannya adalah Dalil Limit Pusat Central Limit Theorm, yaitu jika n sample size besar maka statistik dari sampel tersebut akan mendekati distribusi normal walaupun populasi dari mana sampel tersebut diambil tidak terdistribusi normal. 2. Analisis Multicollinearity dan singularity Untuk mengetahui apakah pada data penelitian terdapat multikolineritas multicollinearity atau singularitas singularity dalam kombinasi-kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari matrik kovarians sampelnya. Determinan yang kecil Universitas Sumatera Utara atau mendekati nol mengindikasikan adanya multikolineritas atau singularitas, sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian Ghozali, 2008.

3.7.4 Evaluasi Kriteria Goodness-Of-fit

Kesesuain model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria Goodness-Of-fit. Tindakan pertama adalah mengevaluasi apakah data yang digunakan dapat memenuhi asumsi-asumsi SEM. Dalam model persamaan struktural digunakan asumsi sebagai berikut: 1. Ukuran sampel adalah minimum 5 lima kali parameter yang diestimasi 2. Evaluasi atas asumsi normalitas data dengan z score. Bila z score lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki. 3. Evaluasi atas outlier dengan mengamati kasus atau observasi yang mempunyai nilai Z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier. Sedangkan multivariate outlier dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p 0,001. Jarak uji dengan chi-square ײ pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan bila mahalanobis dari nilai ײ adalah multivariate outlie. 4. Evaluasi terhadap multicollinearity dan singularity dengan mengamati determinan matriks kovarians. Dengan ketentuan apabila determinan sampel kovarians menekati angka nol kecil mengindikasikan adanya multikolinearitas dan singularitas. Universitas Sumatera Utara 5. Evaluasi Kriteria Goodness-Of-Fit Kesesuain model dievaluasi melalui telaah terhadap beberapa criteria Goodness-Of-Fit. Tindakan pertama adalah mengevaluasi apakah data yang digunakan dapat memenuhi asumsi-asumsi SEM yaitu: ukuran sampel, normalitas, linearitas, outliers dan multikolinearitas dan simularity. Setelah itu melakukan uji kesesuaian dan cut off value nya yang digunakan untuk menguji apakah sebuah model diterima atau ditolak Ferdinand, 2006, yaitu: a. χ 2 Chi- Square Statistik Model yang diuji dipandang baik atau memuaskan bila nilai Chi- Squarenya rendah. Semakin kecil nilai χ 2 semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value sebesar p 0,05. Nilai Chi Square χ 2 yang diharapkan adalah lebih kecil dari pada Chi Square pada tabel. Chi-square tabel dapat dilihat pada tabel, dan jika tidak tersedia di tabel karena tabel biasanya hanya memuat degree of freedom sampai dengan 100 atau 200, maka dapat dihitung dengan Microsoft Excel dengan menu CHINV. Pada menu CHINV, baris probabilitas diisi 0,05 dan deg_freedom diisi jumlah observasi. b. RMSEA The Root Mean square Error of Appoximation Menunjukkan nilai Goodness-Of-Vit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang kecil ≤ 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close vit dari model tersebut berdasarkan degrees of freedom. c. GFI Goodness –Of-Fit- Index Universitas Sumatera Utara Merupakan ukuran non statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 poor fit hingga 1,0 perfect fit. Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit. Peneliti menganjurkan nilai GFI ≥ 0.9 d. AGFI Adjusted Goodness-Of-Fit-IndeX Tingkat penerimaan yang direkomendasikan untuk Adjusted Goodness- Of-Fit-IndeX ≥ 0,9. e. CMINDF Adalah The minimum sample discrepancy function yang dibagi dengan degree of freedom. CMINDF merupakan statistik chi square dibagi df- nya sehingga disebut χ 2 − relatif. Nilai χ 2 − relatif kurang ≤ 2,0 atau ≤ 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. f. TLI Tucker Lewis Index Merupakan incremental index yang membandingkan sebuah model yang diuji dengan sebuah base line model, nilai yang direkomendasikan sebagai acuan diterimanya sebuah model adalah ≥ 0,95 Hair et al 1995 dalam Ferdinand, 2006 dan nilai yang mendekati satu menunjukkan a very good fit. g. CFI Comparative Fit Index Rentang sebesar 0-1, semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat a very good fit yang tinggi. Nilai yang diharapkan adalah lebih besar dari ≥.95. f. IFI Incremental Fit Index Bollen 1989 mengusulkan perhitungan IFI dengan kisaran 0 – 1. Nilai IFI ≥ 0.90 tergolong dalam model fit. Universitas Sumatera Utara h. PNFI PNFI adalah nilai NFI yang sudah dimodifikasidiutak atik. Pada PNFI, perlu diperhatikan nilai derajat kebebasan yang digunakan untuk mencapai kecocokan model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan untuk ≤ 0,9. i. PGFI adalah nilai GFI yang sudah dimodifikasidiutak atik. Pada PGFI, memperhatikan berapa jumlahbanyaknya variabel laten yang dibentuk dalam model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan untuk ≤ 0,9 Bila asumsi SEM terpenuhi, model dapat diuji melalui berbagai cara uji kriteria goodness of fit. Hal ini dapa dilihat pada Tabel 3.7: Tabel 3.7. Indeks Pengujian Kelayakan Model Goodness of Fit Index Cut-off Value X2 Chi- Square Statistik Significant Probability RMSEA GFI AGFI CMINDF IFI CFI Diharapkan kecil ≥ 0,05 ≤ 0,08 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≤ 2,00 ≥ 0,90 ≥ 0,95

3.7.5 Interpretasi dan Modifikasi Model

Setelah model diestimasi, residualnya haruslah tetap kecil atau mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarian residual harus bersifat simetrik Ferdinand 2006. Untuk mempertimbangkan perlu tidaknya modifikasi sebuah model adalah dengan melihat jumlah residual yang dihasilkan oleh model. Batas keamanan untuk jumlah residual adalah 5. Bila lebih besar dari 5 dari semua reidual kovarians yang dihasilkan oleh model maka sebuah modifikasi perlu dipertimbangkan. Tapi bila nilai Universitas Sumatera Utara residualnya cukup besar 2,58 maka modifikasinya adalah dengan mempertimbangkan untuk menambah sebuah alur baru pada model yang diestimasi tersebut.

3.7.6 Pengujian Model Struktural

Setelah model tersebut memenuhi syarat, maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah uji regression weightloading faktor. Uji ini dilakukan sama dengan uji t terhadap regression weight loading faktor koefisien model. Pengujian ini dilakukan terhadap: 1. Hipotesis mengenai measurement model: Parameter Lamda λ, yaitu parameter yang berkenaan dengan pengukuran variabel latent berdasarkan variabel manifest berkaitan dengan validitas instrumen. Hipotesis yang di uji: H0 : λ i = 0 tidak signifikan H1 : λ i 0 signifikan 2. Hipotesis mengenai structural model: a. Parameter Beta β, yaitu parameter pengaruh variabel endogen terhadap variabel endogen dalam structural model. Hipotesis yang di uji: H0 : βi = 0 tidak signifikan H1 : βi ≠ 0 signifikan b. Parameter Gamma γ, yaitu parameter pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dalam structural model. Universitas Sumatera Utara Hipotesis yang di uji: H0 : γ i = 0 tidak signifikan H1 : γ i ≠ 0 signifikan Menurut Ghozali 2011 bahwa t hitung identik dengan C.R critical ratio yang diuji dengan nilai probabilitas p, jika p 0,05 menunjukkan pengaruh yang signifikan dan jika p 0,05 menunjukkan tidak signifikan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berikut ini akan diuraikan sejarah singkat bursa efek indonesia, gambaran bank umum di indonesia, hasil analisis statistik deskriptif dan hasil analisis structural equation modelling.

4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia pertama kali didirikan pada tanggal 14 Desember 1912 dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, yang bertepat di Batavia pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal saat ini dengan sebutan Jakarta. Sebutan Bursa efek Indonesia pertama kali adalah call-efek. Merupakan sistem perdangangannya menyerupai lelang yang setiap efek berturut-turut diserukan call, kemudian para pialang masing-masing mengajukan permintaan beli atau jual sampai ditemukan kecocokan harga. Pada tahun 1987 pemerintah mengeluarkan kebijakan paket deregulasi tentang di perbolehkanya swastanisasi bursa efek. Paket deregulasi kemudian mendorong bursa efek jakarta berubah menjadi PT. Bursa Efek Jakarta BEJ pada tanggal 13 juli 1992, dan pada tahun yag sama BAPEPAM berubah fungsi menjadi badan pengawas pasar modal dari yang sebelumnya sebagai badan pelaksana pasar modal. Pada tanggal 22 Mei 1995 sistem otomatis yang dinamakan JATS Jakarta Automatic Trading mulai diterapkan, untuk memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang adil dan transparan. Lalu pada tahun 2007 BEJ Bursa Efek Jakarta bergabung dengan Universitas Sumatera Utara BES Bursa Efek Surabaya dan merubah nama menjadi BEI Bursa Efek Indonesia.

4.1.1.1. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia