Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO Net Interest Margin NIM

bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan. Sehingga semakin kecil rasio EAQ menunjukan semakin efektif bank menempatkan dana bank untuk dapat mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. Menurut Siamat 2005, rasio Earning Assets Quality EAQ dapat diukur dengan menggunakan rumus : Aktiva produktif yang Diklasifikasikan EAQ = 2.4 Total Aktiva Produktif

2.2.1.3. Rasio Rentabilitas

Rasio Rentabilitas menurut Brigham Houston 2010 adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Niswonger 1993, Rasio Rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio Rentabilitas betujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank

2.2.1.3.1. Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO

Menurut Dendawijaya 2003, Biaya OperasionalPendapatan Operasional BOPO yang didasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 330DPNP Tanggal 14 Desember 2001 BOPO sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti Universitas Sumatera Utara semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan oprasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Biaya Operasional BOPO = 2.5 Pendapatan Operasional

2.2.1.3.2. Net Interest Margin NIM

Net Interest Margin NIM merupakan mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, hal tersebut dapat merugikan bank Hasibuan, 2007. Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan Mahardian, 2008. Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank ROA akan meningkat. Menurut Surat Edaran BI No. 330DPNP tanggal 14 Desember 2001, NIM diukur dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva produktif. Semakin besar rasio NIM maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, jika hal tersebut terjadi maka dapat menunjukkan kinerja keuangan bank yang semakin baik. Universitas Sumatera Utara Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan beban bunga dari sumber dana yang diberikan. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan, dan kredit yang diberikan. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya NIM yang harus dicapai oleh suatu bank adalah diatas 5. 2.2.1.3.3. Return on Asset ROA Menurut Tandelilin 2001 menyatakan bahwa besarnya tingkat pengembalian perusahan dapat dilihat melalui besar kecilnya laba perusahaan tersebut. Jika laba perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian investasi ROA perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, sehingga harga saham tersebut akan mengalami kenaikan. ROA seperti telah dijelaskan di muka merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak net income after tax terhadap total aktiva assets menunjukkan kinerja keuangan bank dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional bank. Menurut Ang 1997, jika kinerja keuangan bank dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada para pemegang saham bank tersebut. Return on Asset ROA yang semakin meningkat menunjukkan kinerja bank yang semakin baik dan para pemegang saham akan memperoleh keuntungan yang semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya keuntungan perusahaan akan menjadi daya tarik bagi para investor dan atau calon investor untuk menanamkan dananya ke dalam bank tersebut. Universitas Sumatera Utara Dengan daya tarik tersebut membawa dampak pada calon investor dan atau investor untuk memiliki saham bank semakin banyak. Jika permintaan atas saham bank semakin banyak maka harga saham bank tersebut di pasar modal cenderung meningkat. Dengan meningkatnya harga saham maka harga saham dari saham tersebut juga meningkat. Hal ini disebabkan karena actual return merupakan selisih antara harga saham periode saat ini dengan harga saham sebelumnya Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan. Penilaian kinerja keuangan bank dapat dinilai dengan pendekatan analisa rasio keuangan dari semua laporan keuangan yang dilaporkan di masa depan Febryani dan Zulfadin, 2003. Menurut Van 2005 Return on Asset ROA merupakan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rumus yang digunakan adalah: Laba Bersih ROA = 2.6 Total Aktiva 2.2.1.4. Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuiditas bank Niswonger, 1993. Universitas Sumatera Utara

2.2.1.4.1. Capital Adequacy Ratio CAR