Biaya Ekstraksi Air Tanah

171 yang dikeluarkan adalah sebesar tarif PDAM untuk sektor niaga dikali dengan jumlah air yang digunakan.

6.2.2 Biaya Ekstraksi Air Tanah

Biaya ekstraksi air tanah dibedakan antar pengguna rumahtangga dengan perusahaan komersial, didasarkan atas kedalaman sumur dan karakteristik teknologi ekstraksi yang digunakan, dimana teknologi ini akan berpengaruh terhadap struktur biaya yang harus dikeluarkan. Rumahtangga diklasifikasikan sebagai penggunai air tanah sumur dangkal, sedang perusahaan air minum kemasan, industri pangan dan non pangan, serta hotel dan rumah makan dikategorikan sebagai pengguna air tanah sumur dalam. Sumur dangkal rumahtangga merupakan sumur tradisional, digali secara manual atau bor dengan kedalaman sumur berkisar 3-20 meter. Alat pengambilan berupa timba atau pompa listrik berkekuatan kecil. Biaya yang dikeluarkan rumahtangga berupa biaya untuk pembuatan sumur dan instalasinya berkisar antara Rp 200 000 - Rp 500 0000 rata-rata Rp 1 028 000, biaya pompa berkisar antara Rp 300 000 - Rp 600 000, dan biaya operasional berupa biaya listrik rata-rata sebesar Rp 3 507 per bulan. Sumur dalam perusahaan komersial, meskipun ada beberapa yang masih merupakan sumur gali, sebagian besar berupa sumur bor dengan kedalaman lebih dari 20 meter hingga 125 meter. Biaya investasi pembuatan sumur dan instalasi mencapai Rp 4 000 000 – Rp 139 300 000 dan biaya operasional berkisar antara Rp 300 000 – Rp 38 440 778. Data biaya yang digunakan untuk mengestimasi fungsi biaya adalah data biaya total bulanan yang terdiri dari biaya tetap yang dihitung dari biaya penyusutan investasi atas dasar umur ekonomis 20 tahun dan 172 biaya operasional bulanan yang terdiri dari biaya listrik, biaya pemeliharaan dan perbaikan alat, serta gaji operator. Tabel 40 menunjukkan hasil estimasi koefisien fungsi biaya ekstraksi air sumur dangkal dan sumur dalam. Biaya total merupakan fungsi dari volume air yang diekstraksi dan kedalaman sumur. Hasil estimasi menunjukkan bahwa biaya total ekstraksi air tanah meningkat dengan laju peningkatan yang semakin meningkat, dilihat dari jumlah koefisien fungsi produksi lebih besar dari satu. Pada sumur dangkal biaya total akan meningkat dengan laju peningkatan yang semakin meningkat seiring dengan makin dalamnya sumur yang harus digali koefisien variabel kedalaman sumur 1.111, sedang pada sumur dalam biaya total meningkat namun dengan laju yang semakin menurun. Tabel 40. Koefisien Fungsi Biaya Sumur Dangkal dan Sumur Dalam JENIS SUMUR INTERCEPT VOLUME AIR KEDALAMAN SUMUR DANGKAL 256.0969 0.3993 1.1111 SUMUR DALAM 4 566.5120 0.6449 0.3667 Selain biaya ekstraksi air, perusahaan komersial juga mengeluarkan biaya lain dalam proses produksinya, dapat berupa biaya input produksi non air, biaya upah tenaga kerja, biaya pemasaran, ataupun biaya penyusutan atas investasi yang ditanamkan. Untuk simplifikasi model, biaya selain air ini diasumsikan konstan flathorizontal marginal cost, dan karena keterbatasan data, besarnya ditetapkan berdasarkan harga pokok produk yang telah dihitung oleh masing-masing perusahaan. 173 Tabel 41 menunjukkan rekapitulasi biaya setiap sub sektor kegiatan ekonomi pengguna sumberdaya air, dimana biaya produksi terdiri dari biaya ektraksi air tanah, biaya air permukaan dan biaya input produksi selain air. Tabel 41. Parameter Fungsi Biaya Seluruh Sektor Pengguna Sumberdaya Air di Pulau Lombok. SUB SEKTOR PARAMETER TARIF PDAM RPM3 BIAYA NON AIR RPM3 KONSTANTA VOLUME KEDALAM PDAM 1 290.9610 0.2777 - - - SUMUR 256.0969 0.3993 1.1111 - - PAMK 4 566.5120 0.6449 0.3667 5 000 350 000 INDUSTRI PANGAN 256.0969 0.3993 1.1111 5 000 4 000 IND. NON PANGAN 256.0969 0.3993 1.1111 5 000 200 PERHOTELAN 4 566.5120 0.6449 0.3667 5 000 70 000 RUMAH MAKAN 4 566.5120 0.6449 0.3667 5 000 15 000

6.3 Jumlah Pengguna Sumberdaya Air.