Prosedur Penyelesaian Masalah Optimasi

184 dan kesehatan lingkungan pada masa depan yang diinginkan oleh suatu masyarakat. Beberapa metode telah dikembangkan di beberapa negara untuk mendefinisikan kebutuhan aliran untuk lingkungan ini diantaranya metode “Look-up Tables , Desk Top Analysis, Functional Analysis, Habitat Modelling, dan beberapa metode lainnya Dayson, M., Bergkamp, G., dan Scanlon, J., 2003; Tharme, R.E., 2003. Secara umum besarnya environmental flows ditetapkan sebesar 10 dari rata-rata aliran global untuk kualitas aliran rendah poor flows, 30 untuk kualitas aliran moderat satisfactory flows, dan 60 untuk kualitas aliran bagus excellent flows. Berdasarkan pertimbangan di atas, dalam model alokasi sumberdaya air di Pulau Lombok ini, ditetapkan enfironmental flows sebesar 20 dari debit air permukaan. Meskipun besarnya aliran ini masih lebih kecil dari kondisi moderat namun aliran balik dari sisa penggunaan seluruh sektor akan menambah jumlah aliran ini.

6.5 Prosedur Penyelesaian Masalah Optimasi

GAMS General Algebraic Modelling System adalah program bahasa komputer yang dibangun untuk membantu ekonom pada Bank Dunia dalam analysis kuantitatif dari kebijakan ekonomi Rutherford, 1995. GAMS dibangun oleh GAM Development Corporation-Washington D.C., dikenal secara luas sebagai alat yang dapat digunakan untuk membangun dan menyelesaikan program matematik dalam skala besar. Model yang dibangun dalam penelitian ini adalah Program Non Linier Dinamik Dynamic Non Linear Programming, DNLP. Dalam penyelesaian program matematik diperlukan Algoritma Lagrangian yang terdiri dari serangkaian 185 iterasi yang berturutan, dimana setiap rangkaian iterasi memerlukan penyelesaian dari suatu set kendala yang terdiri dari kendala linier maupun non linier dan batasan bound tertentu pada suatu kendala. Serangkaian iterasi terus dilakukan sehingga titik yang mendekati kondisi optimum dari serangkaian kendala tersebut teridentifikasi. Penyelesaian model non linier dinamik pengelolaan sumberdaya air di Pulau Lombok ini memerlukan 2 tahap. Pertama, tahap formulasi dan penyelesaian problem pada kondisi status quo dengan simulasi variasi discount rate dan tingkat pertumbuhan ekonomi 3 opsi discount rate, dan 2 opsi tingkat pertumbuhan ekonomi, sehingga terdapat 6 program . Program ini ditulis sebagai “File Input 1” pada Gambar 8. Solusi dari program ini kemudian disimpan sebagai “File Output 1”. File penyelesaian problem ini tidak dapat tercipta hingga seluruh opsi dapat terdeteksi, dan tidak ditemukan kesalahan dalam penulisan sintax. Tahap kedua terdiri dari formulasi dan penyelesaian program problem pada kondisi diimplementasikannya kebijakan swsembada pangan dan pembatasan total ekstraksi air tanah, juga dengan simulasi variasi dscount rate dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sama pada tahap 1, sehingga terdapat 12 program. Seluruh program pada tahap dua ini disimpan dalam “File Input 2”. Pada tahap 2 ini GAMS akan menjalankan kembali program pada tahap 1 dengan menambahkan atau merubah kendala yang dibutuhkan dalam skenario kebijakan swasembada pangan maupun kebijakan pembatasan total ekstraksi air tanah. Contoh sintax program disajikan pada Lampiran 10. 186 TAHAP 1: TAHAP 2 Gambar 8. Tahapan Prosedur Penyelesaian Program Optimasi F I L E I N P U T 1 PROGRAM STATUS QUO GAMS INPUT FILE 2 Penambahan Dan Perubahan Kendala GAMS FILE OUTPUT 1 OUTPUT FINAL FILE OUTPUT 1 187

VII. PENGARUH KEBIJAKAN TERHADAP ALOKASI SUMBERDAYA AIR, STOK AIR TANAH, NILAI KINI BENEFIT SOSIAL

DAN NILAI EKONOMI AIR 7.1 Konsumsi Sumberdaya Air. 7.1.1 Konsumsi Air Tahunan dan Kumulatif Konsumsi air permukan terdiri dari konsumsi air untuk sektor urban services, sektor pertanian, sektor industri dan sektor pariwisata, serta alokasi air untuk aliran lingkungan environmental flows. Besarnya alokasi sumberdaya air pada masing- masing sektor ditentukan oleh nilai air yang dapat diciptakan oleh setiap sektor, permintaan konsumen akan barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor, dan kendala hidrologis yang dihadapi. Gambar 9 memberi gambaran pola tingkat konsumsialokasi total sumberdaya air pada kondisi optimal dari ketiga skenario kebijakan: status quo, swasembada pangan dan pembatasan ekstraksi air tanah total. Pada awal periode, tahun 2010, konsumsi air permukaan kebijakan swasembada pangan adalah tertinggi, diikuti kebijakan status quo dan kebijakan pembatasan ekstraksi air tanah total, namun memiliki kecenderungan menurun dengan tajam increasing rate, hingga pada tahun 2015 konsumsinya berada di bawah konsumsi pada kebijakan status quo tetapi sedikit di atas konsumsi pada kebijakan pembatasan ekstraksi air tanah total. Setelah tahun tersebut penurunan konsumsinya tidak signifikan kurva sangat landai. Pada awal periode jumlah konsumsinya mencapai 2 879.5475 juta m 3 , terus menurun sepanjang tahun hingga mencapai 1 739.1024 juta m 3 pada tahun 2024, dan sedikit meningkat kembali menjadi 2 141.5035 juta m 3 pada tahun berikutnya.