Identifikasi Peubah-Peubah Lingkungan yang Mempengaruhi
48 lempung liat yang lebih banyak. Sedangkan tanah yang bertekstur geluh secara
keseluruhan adalah merupakan tanah yang memiliki sifat ideal karena memiliki komposisi pasir, debu dan lempung yang hampir sama. Pengukuran tektur tanah
penting dilakukan karena tekstur tanah berhubungan dengan kemampuan tanah dalam mengikat unsur hara dan memperbaiki kapasitas tukar kation KTK serta
kemampuan tanah dalam mengatur keseimbangan air dan udara, sehingga akan menentukan macam dan jumlah jasad renik dan aktivitasaya di dalam tanah.
Hasil pengukuran pH di lapangan lebih tinggi dibanding dengan pH H
2
O pH laboratorium. Kisaran pH tanah baik pH di lapangan maupun pH H
2
O beragam mulai dari pH 4.9 sampai 6. Hal ini berarti tanah memiliki sifat
keasaman yang tinggi sampai keasaman sedang Rafi‟I 1994; Foth 1990. Pada kisaran ini diperkirakan tanah mengandung besi, tembaga dan seng. Hasil analisis
pH H
2
O terlihat bahwa rata-rata di area revegetasi lebih asam dibanding dengan hutan alam. Hal ini karena area revegetasi merupakan area bekas penambangan.
Adanya aktivitas pertambangan dapat menyebabkan menurunnya pH tanah Rahmawaty 2002. Pengukuran pH tanah sangat penting dalam menentukan
mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman, menunjukan adanya unsur-unsur beracun dan mudah larut pada tanah masam, disamping itu pH tanah
juga dapat mempengaruhi perkembangan organisme tanah Hardjowigeno 2010. Nilai C-organik dan KTK tanah di hutan alam lebih tinggi dibanding
dengan rata-rata area revegetasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Setiadi 2006 bahwa lahan-lahan terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahan yang
marginal, miskinnya bahan organik dengan status KTK Kapasitas Tukar Kation yang rendah. Besarnya nilai C-organik di hutan alam menunjukan bahwa hutan
alam memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Sumber utama bahan organik sebagian besar berasal dari jaringan tumbuhan, hewan dan organisme
tanah Buckman Brady 1982; Suin 1989. Tingginya bahan organik akan berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah, salah satunya adalah
meningkatnya nilai kapasitas tukar kation KTK. Menurut Hardjowigeno 2010 nilai KTK sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK
tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa
49 dapat meningkatkan kesuburan tanah sebaliknya bila didominasi oleh kation asam
dapat mengurangi kesuburan tanah. Kerapatan vegetasi rata-rata di area revegetasi lebih tinggi dibanding
dengan hutan alam. Sedangkan jumlah jenis tingkat tiang di hutan alam lebih banyak dibanding dengan area revegetasi. Namun sebaliknya jumlah jenis tingkat
pancang dan semai di area revegetasi lebih banyak dibanding hutan alam. Kondisi ini menunjukkan bahwa proses regenerasi tegakan hutan, pada area revegetasi
sedang berjalan dengan baik karena di setiap area hutan terdapat anakan pohon dengan kondisi kerapatan fase semai fase pancang fase tiang Indriyanto
2006. Ketebalan serasah di hutan alam dan area revegetasi East dump
variasinya tidak terlalu jauh berbeda. Namun di area revegetasi Tongoloka dump serasahnya tergolong tipis jika dibanding dengan yang lainnya. Diduga ada
kaitannya dengan umur vegetasi dan pengaruh lingkungan fisik seperti kelembaban tanah serta ketinggian. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Zamroni
Rohyani 2007; Soeroyo 2003; Ananthakrishna 1996 bahwa tebal tipisnya lapisan serasah dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi, jenis-jenis tumbuhan
penyusun vegetasi, umur vegetasi dan keadaan iklim setempat. Hutan alam memiliki jumlah individu Acarina lebih rendah jika
dibandingkan dengan rata-rata area revegetasi. Secara keseluruhan jumlah individu Acarina tertinggi ada di area revegetasi East dump tahun tanam 2003.
Tinggi rendahnya jumlah Acarina berkorelasi dengan Collembola tanah karena Acarina merupakan predator bagi Collembola Suhardjono 1985. Faktor lain
yang berpengaruh terhadap populasi Acarina adalah pH tanah dan curah hujan Leow 1978 dalam Suhardjono 1985.
50 Tabel 5 Nilai rata-rata kondisi lingkungan abiotik dan biotik yang diukur pada area revegetasi PT NNT
Parameter yang diukur Hutan alam
Nilai rata- rata area
revegetasi Lokasi areal revegetasi
East dump Tongoloka dump
2001 2002
2003 2004
2008 2005
2006 2007
Lingkungan abiotik
Fisika Suhu
o
C 25
26 26
23 26
26 26
24 25
26 Kelembaban
85 80
76 90
89 82
87 73
72 75
Ketinggian dpl
561 368
336 418
472 503
515 211
272 301
Pasir 27
34 36.32 34.72 37.48 37.46
36.1 25.62
29.35 27.52
Debu 44
40 38.31 40.61 40.76 39.81
42.1 45.29
38.95 34.76
Lempung 29
27 25.38 24.68 21.76 22.74
21.81 29.1
31.71 37.72
Kelas tekstur Geluh
Geluh Geluh Geluh Geluh Geluh Geluh
Geluh Geluh
Geluh Lempungan
Lempungan Lempungan Lempungan Kimia
pH H20 5.4
5.1 5
4.9 4.9
5 5.4
5.3 5.5
5.4 pH lapangan
5.8 5.8
6 5.7
5.3 5.8
5.7 6
5.6 5.8
C-organik 3
1 1
1.2 0.9
0.9 0.9
0.7 0.8
0.8 Ktk
meq100 g 31
23 22
17 24
25 27
24 23
22 Lingkungan
biotik Vegetasi Kerapatan
Tiang 250
274 230
230 140
160 740
590 170
Pancang 1960
2580 2520
2480 2600
1240 400
3700 7840
Semai 12346
4415 9200
3900 25300 41100 2200
6700 13800
Jumlah jenis Tiang
17 6
7 4
6 6
10 7
5 Pancang
5 7
10 7
5 8
4 7
11 Semai
7 7
7 4
9 7
6 7
8 Ketebalan Serasah
cm 3
2 3
3 4
2 3
1 1
2 Predator
Acarina individu
1556 3535
5201 6158
7272 3608
1351 545
1464 454
50
51