Rantai Pasok Agroindustri TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rantai Pasok Agroindustri

Rantai pasok adalah suatu sistem organisasi yang menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai pasok ini juga merupakan jaringan yang terdiri dari berbagai organisasi-organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai hubungan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau distributor barang dengan sebaik-baiknya Indrajit dan Djokopranoto, 2006. Secara konsepsual, rantai pasok sayuran juga merupakan suatu sistem ekonomi yang mendistribusikan manfaat serta risiko diantara partisipan yang terlibat di dalamnya. Setiap mata rantai dihubungkan oleh pembagian informasi dan penjadwalan, jaminan mutu produk serta komitmen volume transaksi. Keterkaitan dari berbagai proses yang terjadi dapat menciptakan nilai tambah produk sayuran, namun menuntut setiap partisipan rantai untuk mengkoordinasikan aktivitasnya sebagai suatu proses perbaikan yang berkelanjutan. Biaya yang terjadi pada satu mata rantai ditentukan secara signifikan oleh tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh mata rantai lain Adiyoga et al., 2007 Ada tiga karakteristik dari pengolahan agroindustri yaitu musiman, mudah rusak dan beragam. Karakteristik agroindustri yang menonjol sebenarnya adalah adanya ketergantungan antar elemen-elemen agroindustri, yaitu pengadaan bahan baku, pengolahan, dan pemasaran produk. Rantai pasok agroindustri merupakan siklus lengkap produksi, mulai dari kegiatan pengelolaan di setiap mata rantai aktifitas produksi sampai siap untuk digunakan oleh pemakai. Pendekatan Manajemen Rantai Pasok didasarkan pada; a Proses budidaya untuk menghasilkan produk hortikultura, b Mentransformasikan bahan mentah penanganan panen dan pasca panen, dan c Pengiriman produk ke konsumen melalui sistem distribusi. Dengan demikian dalam penerapan Manajemen Rantai Pasok tidak hanya menuntut GAP Good Agriculture Practice, tetapi juga mencakup GHP Good Handling Practices, GMP Good Manufacturing Practices dan GTP Good TradingPractices. Untuk menjamin keberhasilan penerapan Manajemen Rantai Pasok perlu memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan antara lain : kebijakan, sumber daya manusia, prasarana, sarana, teknologi, kelembagaan, modal pembiayaan, system informasi, sosial budaya dan lingkungan lain. Proses aktifitas dalam penerapan Manajemen Rantai Pasok memiliki 5 aliran utama yang harus dikelola dengan baik, yaitu aliran produk, aliran informasi, aliran dana, aliran pelayanan dan aliran kegiatan Pedoman Teknis Pengembangan Hortikultura Tahun 2010, Direktorat Jenderal Hortikultura Koordinasi sistem persediaan dalam rantai pasok dengan satu informasi sangat penting dilakukan oleh perusahaan, hal ini telah dikemukakan oleh beberapa peneliti, diantaranya Chu 2006 membahas mengenai sistem single- warehouse multi-buyers , sitem single vendor multi buyers, sistem seri dan sistem asembling dengan satu informasi. Dalam sistem ini, karakteristiknya mengikuti i setiap fasilitas dalam sistem ini mempunyai otoritas pengambilan keputusan sendiri, ii parameter biaya dari setiap fasilitas dianggap satu informasi, bahwa tidak semua fasilitas dalam sistem mempunyai akses, dan iii sebagian informasi dibagi diantara fasilitas-fasilitas yang ada. Sedangkan menurut Beamon1998, pada umumnya, model multi-stage untuk model dan analisis rantai pasok dapat di kembangkan dalam empat kategori. Keempat kategori tersebut adalah i model analitik deterministik, dimana peubah sudah diketahui dan ditetapkan, ii model analitik stochastic, dimana salah satu peubah tidak diketahui, dan diasumsikan distribusi probabilitas, iii model ekonomi, dan iv model simulasi. Jammernegg et al. 2007, mengemukakan bahwa terjadi peningkatan kinerja proses rantai pasok dengan mengiplementasikan koordinasi antara manajemen persediaan dan kapasitas pada industri telekomunikasi dan otomotif, dimana fasilitas produksi di tempatkan di negara yang mempunyai biaya tenaga kerja yang rendah dan fleksibilitas penyebaran tenaga kerja yang tinggi. Proses simulasi ini menjelaskan bagaimana aplikasi metode koordinasi antara manajemen persediaan dan kapasitas menghasilkan peningkatan kinerja antara biaya dan tingkat pelayanan. Sabri et al. 2000 mengemukakan mengenai pengembangan model multi-objective rantai pasok yang teritegrasi dengan mengadopsi sistem pengukuran kinerja, hal ini termasuk biaya, tingkat pelayanan konsumen, dan fleksibilitas. Model ini memasukan unsur produksi dan permintaan yang tidak menentu. Sedangkan Pujawan dan Kingsman dalam Jauhari 2006 mengembangkan model persediaan terintegrasi antara suplier dengan pembeli. Model ini mengasumsikan bahwa pembeli menginginkan pengiriman dari produsen terjadi dalam n pengiriman untuk satu kali pemesanan yang dilakukan. Selanjutnya jumlah produksi merupakan m kali dari ukuran pengiriman. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa dengan sinkronisasi waktu produksi dan pengiriman akan dapat mengurangi total biaya rantai pasok. Dengan menggunakan pendekatan algoritma genetik pada tingkat persediaan dan tingkat kekurangan memerlukan persediaan yang optimal untuk meminimumkan biaya rantai pasok. Diprediksi bahwa tingkat persediaan yang optimal dalam semua anggota rantai pasok dengan penambahan pada setiap tingkatan. Dengan menggunakan pendekatan algoritma genetik pada manajemen persediaan yang efektif dan efisien telah merubah pada tingkat pelayanan kepada konsumen Radhakrishnan et al., 2009. Salah satu aspek fundamental dalam manajemen rantai pasok adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk menciptakan hal tersebut dibutuhkan sistem yang komprehensif sehingga menghasilkan kinerja rantai pasok yang holistik. Dimana sistem pengukuran tersebut diperlukan untuk melakukan monitoring dan pengendalian, mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasok, mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai, dan menentukan arah perbaikan untuk mencapai keunggulan dalam bersaing. Filosofi manajemen rantai pasok adalah mendorong terjadinya integrasi antar fungsi, pendekatan berdasarkan proses digunakan untuk merancang sistem pengukuran kinerja rantai pasok. Menurut Chan dan Li dalam Pujawan 2006, pendekatan pengukuran kinerja berdasarkan proses tidak hanya sejalan dengan hakekat dari manajemen rantai pasok, tetapi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perbaikan berkelanjutan. Sistem pengukuran manajemen rantai pasok digunakan untuk menentukan apa yang akan diukur dan dimonitor serta menciptakan kesesuaian antara strategi rantai pasok dengan metrik pengukuran, setiap periode pengukuran dilakukan untuk mengetahui seberapa penting ukuran yang satu relatif terhadap yang lain, siapa yang bertanggungjawab terhadap suatu ukuran tertentu adalah sebagian dari pertanyaan yang harus dijawab pada waktu mengembangkan sistem pengukuran kinerja rantai pasok Pujawan, 2006. Supply chain operation reference SCOR adalah suatu acuan dari operasi rantai pasok. Model SCOR mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process reeingineering, benchmarking , dan process measurement kedalam kerangka lintas fungsi dalam rantai pasok. Skema model SCOR dapat dilihat pada Gambar 2.1. Rantai pasok dalam Rantai pasok luar Gambar 2.1. Infrastruktur rantai pasok berbasis SCOR Huan et al., 2004 SCOR membagi proses-proses rantai pasok menjadi 5 proses inti yaitu perencanaan, Source, make, deliver, dan return. Plan yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman. Pada proses ini juga mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas dan melakukan penyesuaian perencanaan rantai pasok dan perencanaan keuangan. Source yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Make yaitu proses untuk mentransformasikan bahan Perecanaan Perecanaan Pemasok Fasilitas Pabrik IFasilitas Pabrik II konsumen sumber Membuat distribusi Membuat distribusi sumber bakukomponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Deliver yaitu proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Dan Return adalah proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan.

2.2. Sistem Persediaan