inventory system dan sistem persediaan berjenjang multiechelon inventory system Bahagia, 2006.
Model persediaan deterministik adalah model untuk menjawab persoalan selama horizon perencanaan diketahui secara pasti dan tidak memiliki variansi,
sehingga tidak memiliki pola distribusi. Model persediaan probabilistik adalah persoalan persediaan dimana fenomenanya tidak diketahui secara pasti, namun
nilai ekspektasi, variansi, dan pola distribusi kemungkinannya dapat diprediksi. Persoalan utama dalam persediaan probabilistik adalah selain menentukan
besarnya stok operasi juga menentukan besarnya cadangan pengaman. Model persediaan tak tentu adalah persoalan persediaan dimana ketiga parameter
populasinya tidak diketahui secara lengkap. Parameter yang tidak diketahui biasanya adalah pola distribusi kemungkinannya Bahagia, 2006.
Fluktuasi stok, merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi permintaan yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, serta untuk mengatasi
berbagai kondisi tidak terduga seperti terjadi kesalahan dalam peramalan penjualan, kesalahan waktu produksi, kesalahan pengiriman. Antisipasi stok, yaitu
persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan seperti mengantisipasi pengaruh musim, dimana pada saat permintaan
tinggi perusahaan tidak mampu menghasilkan sebanyak jumlah yang dibutuhkan. Disamping itu juga persediaan ini ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan
sulitnya memperoleh bahan sehingga tidak menggangu operasi perusahaan. Sedangkan berdasarkan kepada bentuk fisiknya pesediaan dapat dikelompokkan
menjadi 5 jenis persediaan,yaitu persediaan bahan baku, komponen rakitan, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi.
2.3. Komoditi Kentang
Tanaman kentang Solanum tuberosum L. merupakan tanaman semusim yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,
Kelas Dicotyledonae, Ordo Tubiflorae, Famili Solanaceae, Genus Solanum, dan Spesies Solanum tuberosum L. Kentang termasuk tanaman yang dapat tumbuh di
daerah tropika dan subtropika dapat tumbuh pada ketinggian 500 sampai 3000 m di atas permukaan laut, dan yang terbaik pada ketinggian 1300 m di atas
permukaan laut. Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang subur,
mempunyai drainase yang baik, tanah liat yang gembur, debu atau debu berpasir. Tanaman kentang toleran terhadap pH pada selang yang cukup luas, yaitu 4,5
sampai 8,0, tetapi untuk pertumbuhan yang baik dan ketersediaan unsur hara, pH yang baik adalah 5,0 sampai 6,5. Menurut Asandhi dan Gunadi 1989, tanaman
kentang yang ditanam pada pH kurang dari 5,0 akan menghasilkan umbi yang bermutu jelek. Di daerah-daerah yang akan ditanam kentang yang menimbulkan
masalah penyakit kudis, pH tanah diturunkan menjadi 5,0 sampai 5,2. Pertumbuhan tanaman kentang sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Tanaman
kentang tumbuh baik pada lingkungan dengan suhu rendah, yaitu 15 C sampai
20 C, cukup sinar matahari, dan kelembaban udara 80 sampai 90. Suhu tanah
berhubungan dengan proses penyerapan unsur hara oleh akar, fotosintesis, dan respirasi. Jika suhu meningkat, laju pertumbuhan tanaman meningkat sampai
mencapai maksimum. Laju fotosintesis juga meningkat sampai mencapai maksimum, kemudian menurun. Pada waktu yang sama laju respirasi secara
bertahap meningkat dengan meningkatnya suhu. Kehilangan melalui respirasi lebih besar daripada tambahan yang dihasilkan oleh aktivitas fotosintesis.
Akibatnya, tidak ada peningkatan hasil netto dan bobot kering tanaman dan umbi menurun.
Produksi kentang di Indonesia mencapai 1.174.068 ton dengan luas areal panen sekitar 71.302 hektar, sehingga rerata produksi per hektarnya adalah 16,47
ton. Daerah-daerah sentra produksi kentang di Indonesia terdapat di 22 propinsi. Dari 22 propinsi lebih dari separuhnya memiliki tingkat produktivitas yang tinggi,
lebih dari 10 ton kentang per hektar. Produktivitas tertinggi berada di propinsi Jawa Barat, yaitu sekitar 20,88 ton per hektar.
Data selengkapnya mengenai produksi dan produktifitas di tiap-tiap propinsi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1. Biro Pusat Statistik, 2008. Di
antara propinsi produsen kentang ada propinsi tertentu yang dianggap sebagai pusat produksi kentang di Indonesia. Pada tahun 2008, Propinsi dengan produksi
kentang terbesar berturut-turut adalah Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Tengah,
Jogyakarta, NAD, Banten, Lampung, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. Kelima belas propinsi ini menyumbang sekitar 88 persen produksi
kentang di Indonesia Gambar 2.2. Sementara itu sebaran wilayah yang menjadi sentra dan pengembangan produksi kentang di Jawa Barat dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
Tabel 2.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang di setiap Provinsi
No. Provinsi
Luas panen Ha
Produksi Ton
Produktivitas TonHa
1 Nanggroe Aceh Darussalam
948 13.599
14.34 2
Sumatera Utara 8.013
129.587 16.17
3 Sumatera Barat
1.661 28.820
17.35 4
R i a u 5
J a m b i 5.296
94.368 17.82
6 Sumatera Selatan
110 1.333
12.12 7
Bengkulu 459
5.410 11.79
8 Lampung
56 741
13.23 9
Bangka Belitung 10
Kep. Riau 11
DKI Jakarta 12
Jawa Barat 15.344
320.414 20.88
13 Jawa Tengah
18.655 288.654
15.47 14
DI Yogyakarta 13
193 14.85
15 Jawa Timur
9.529 125.887
13.21 17
B a l i 291
5.488 18.86
18 Nusa Tenggara Barat
268 5.030
18.77 19
Nusa Tenggara Timur 162
1.476 9.11
20 Kalimantan Barat
1 21
Kalimantan Tengah 22
Kalimantan Selatan 23
Kalimantan Timur 24
Sulawesi Utara 8.852
141.849 16.02
25 Sulawesi Tengah
58 427
7.36 26
Sulawesi Selatan 1.410
10.491 7.44
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
33 112
3.39 30
M a l u k u 31
Maluku Utara 32
Papua Barat 121
38 0.31
33 Papua
16 66
4.13 T o t a l
71.302 1.174.068
16.47 Sumber :Biro Pusat Statistik, 2008
Gambar 2.2. Kontribusi Propinsi Utama Penghasil Kentang
BPS, 2008
Gambar 2.3 Peta KabupatenKota Sentra dan Pengembangan Produksi Kentang di Jawa Barat
2.4. Sistem Multi Agent