I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manajemen rantai pasok yaitu suatu metode dalam bekerja sama membuat produk yang murah, mengirimkannya tepat waktu dan dengan mutu yang bagus
yang didasari oleh kesadaran bahwa kuatnya sebuah rantai pasok tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada di dalamnya baik internal maupun eksternal,
serta secara langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi keinginan konsumen. Pengertian, kepercayaan, dan aturan main merupakan faktor sukses
dalam rantai pasok Krajewski dan Ritzman, 2005; Pujawan, 2006; Chopra dan Meindl, 2007. Dari beberapa pengertian mengenai rantai pasok yang
dikembangkan oleh beberapa sumber Lambert et al., 1998; Chopra dan Meindl, 2007; Pujawan, 2006, Simchi Levi et al., 2006 maka didapatkan definisi rantai
pasok sebagai “suatu jaringan yang terdiri atas beberapa perusahaan yang bekerjasama dan terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
memenuhi permintaan pelanggan, dimana perusahaan-perusahaan tersebut melakukan fungsi pengadaan material, proses transformasi material menjadi
produk setengah jadi dan produk jadi, serta distribusi produk jadi tersebut hingga ke konsumen akhir”. Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai pasok adalah
untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan Chopra dan Meindl, 2007. Rantai pasok yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan
nilai yang dihasilkan oleh rantai pasok tersebut.Untuk memenuhi kriteria dari definisi tersebut diperlukan suatu koordinasi antara pihak-pihak yang terkait pada
rantai pasok. Diantara bentuk koordinasi tersebut adalah adanya pengendalian persediaan pada masing-masing agent rantai pasok Pujawan, 2006 dan
Radhakrishnan, 2009. Fungsi pengendalian persediaan tersebut adalah untuk menjaga pasokan kentang dari hulu sampai hilir sehingga tidak terjadi
kekurangan. Untuk mengendalikan persediaan tersebut dibutuhkan suatu manajemen
persediaan yang tepat, karena jika tidak dilakukan dengan tepat akan mengakibatkan kekurangan pasokan sehingga akan mengganggu pada proses
berikutnya. Menurut Narmadha dan Selladurai 2009 bahwa estimasi yang tepat
dari persediaan yang optimal sangat penting, karena kekurangan persediaan menghasilkan penjualan yang hilang, sementara kelebihan persediaan dapat
mengakibatkan biaya penyimpanan meningkat. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu mempunyai persediaan dalam jumlah
yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin.
Secara konsepsual, rantai pasok kentang merupakan suatu sistem ekonomi yang mendistribusikan manfaat serta risiko diantara agent yang terlibat di
dalamnya. Produk kentang yang dipasarkan melalui rantai pasok pada umumnya memiliki karakteristik mengkonsumsi ruang, mudah rusak, dan berat serta volume
produk sangat erat kaitannya dengan nilai ekonomi produk bersangkutan. Setiap mata rantai dihubungkan oleh adanya pertukaran informasi, jaminan mutu produk
serta komitmen volume transaksi. Keterkaitan dari berbagai proses yang terjadi dapat menciptakan nilai tambah produk kentang, namun menuntut setiap rantai
agent untuk mengkoordinasikan aktivitasnya sebagai suatu proses perbaikan yang berkelanjutan. Biaya yang terjadi pada satu mata rantai ditentukan secara
signifikan oleh tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh mata rantai lain. Menurut Adiyoga et al. 2007, bahwa rantai pasok sayuran di kabupaten
Bandung, Jawa Barat masih bersifat tradisional dan belum tertata dengan baik. Ada beberapa masalah yang terjadi di sepanjang rantai pasok, yaitu variabilitas
harga tinggi, pasokan tidak stabil, biaya penanganan tinggi, ketidak-pastian mutu produk, respon terhadap pemesanan lambat, kurangnya pengawasan mutu di
sepanjang rantai, kurangnya perencanaan produksimetode produksi konvensional, tidak ada regulasi dan peraturan yang jelas, kompetisi pasokan dari sentra
produksi lain, kurangnya informasi pasar, kurangnya transparansi dalam penentuan harga, kurangnya rasa kepercayaan antar partisipan, kesulitan
koordinasi antar pemasok skala kecil, dan tidak ada kemampuan untuk penjejakan dan penelusuran.
Kentang industri dilihat dari produktivitasnya mempunyai proporsi yang kecil dibandingkan dengan kentang sayuran, akan tetapi secara fungsi mempunyai
peran yang besar dalam industri kentang olahan. Kentang untuk bahan baku industri chip adalah kentang yang mempunyai karakteristik yang khas baik secara
fisik maupun kimiawi. Karakteristik tersebut mempengaruhi terhadap mutu kentang sebagai bahan baku yang merupakan syarat utama dalam proses
produksinya. Dengan melihat kegunaan dan karakterik tersebut diperlukan suatu kajian lebih mendalam mengenai kentang industri.
Agent dalam rantai pasok mempunyai karakteristik dan perilaku yang khas sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing. Dari beberapa agent yang
terkait dan tingkatannya, dapat dikelompokkan dalam tiga agent utama, yaitu agent produsen, agent distributor dan agent konsumen. Masing-masing agent
utama tersebut mempunyai perilaku dan sifat yang khas serta kompleks. Kompleksitas dari perilaku agent kentang ini berpengaruh terhadap pasokan dan
permintaan dari komoditas secara keseluruhan. Perilaku sendiri mempunyai arti yang luas, salah satunya perilaku dapat dinyatakan sebagai sekumpulan aksi dari
manusia yang didasari oleh kemauannya Reynolds, 1999. Perilaku juga bisa dikatakan sebagai respon dari setiap individu, grup kelompok tertentu terhadap
lingkungannya Thalmann et al., 1999. Menurut Notoatmodjo 2003 perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku agent dalam rantai pasok kentang ini
mempunyai kompleksitas dan kepentingannya masing-masing sesuai dengan posisinya, dimana kepentingan tersebut, jika dilihat pada suatu konteks rantai
pasok harus dapat memberikan nilai tambah atau keuntungan bagi anggota rantai pasok tersebut. Pendekatan model yang berbasis multi-agent dapat digunakan
untuk mengkaji perilaku agent dalam rantai pasok, hal ini diperlukan dalam sebuah proses pengambilan keputusan Sabri et al.,2000; Fu, 2000; Bonabeau,
2002; Ittiwattana, 2002; Maulana, 2005; Erol et al., 2007; Syairudin, 2008; Radhakrishnan et al., 2009; Kashif, Ayesha dan Xuan Hoa Binh Le, 2011. Suatu
sistem kompleks dapat dipandang terdiri dari subsistem-susbsistem atau agent, interaksi antar agent, atau berperilaku seperti agent-agent didalam suatu sistem.
Agent-agent tersebut memiliki kemampuan belajar, merencanakan, berkomunikasi
dan bernegosiasi. Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bagaimana
mengembangkan model pengaruh perilaku dari setiap agent dalam mempengaruhi tingkat ketersediaan pasokan kentang industri pada sistem rantai pasok.
1.2. Rumusan Permasalahan