memakan berbagai jenis plankton, walaupun komposisinya tidak selalu sama untuk setiap spesies. Pada ukuran 40 mm, ikan ini umumnya memanfaatkan
fitoplankton dan zooplankton berukuran kecil, sedangkan teri yang berukuran lebih dari 40 mm, banyak memanfaatkan zooplankton yang berukuran besar
Nontji 1993. Ikan Lemuru Sardinella longiceps.
Klasifikasi ikan lemuru menurut Saanin 1984 adalah: Phylum: Chordata
Kelas: Pisces
Ordo: Malocopterigii
Famili: Clupeidae
Genus: Sardinella
Spesies: Sardinella longiceps Ikan-ikan lemuru yang tertangkap di perairan Indonesia terdiri dari
beberapa jenis yang di dalam Statistik Perikanan Indonesia digabung menjadi satu dengan nama lemuru. Jenis-jenis tersebut adalah Sardinella
longicepssardinella lemuru, Sardinella aurita, Sardinella leoigaster dan Sardinellla elupeoides. Sebaran geografik ikan lemuru mulai dari utara
Kalimantan sampai Filipina, India sampai ke pantai timur Afrika. Lemuru juga terdapat di Thailand, Malaysia, Kamboja, Vietnam dan Australia. Di Indonesia
didapat dalam jumlah besar di selat Bali sampai Nusa Tenggara Timur. Gerombolan lemuru pada siang hari berada pada lapisan kedalaman 40m – 80m,
dan berenang ke atas saat malam hari sampai saat matahari akan terbit lagi. Pada saat bulan purnama terlihat bahwa gerombolan ikan lemuru terpencar di
permukaan atau berada tetap di bawah Dwiponggo 1982.
2.4 Perikanan yang berkelanjutan Sustainable fisheries
Sumberdaya ikan bersifat dapat pulihdiperbaharui renewable resources, dimana dia memiliki kemampuan regenerasi secara biologis, akan tetapi apabila
tidak dikelola secara hati-hati dan menyeluruh akan mengarah kepada pengurasan sumberdaya ikan dan mengancam keberlanjutan sumberdaya.
Untuk itu dalam pengelolaan sumberdaya perikanan rente ekonomi yang sebesar-besarnya hendaknya diperoleh tanpa melakukan pengurasan terhadap
sumberdaya ikan itu sendiri. Prinsip pembangunan yang berkelanjutan hendaknya diterapkan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.
Perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan dimulai pada awal tahun 1990-an yang merupakan proses dari terjadinya beberapa perubahan yang
menyangkut Fauzi Anna 2002
a
: 1 Meningkatnya perhatian terhadap lingkungan dari para stakeholder
sebagai akibat Rio Summit yang menyerukan diperlukannya perbaikan secara global terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan dan
kelautan. 2 Terjadinya collapse dari beberapa perikanan dunia seperti anchovy,
tuna dan salmon yang menyadarkan orang tentang konsekwensi yang ditimbulkan tidak hanya ekologi, namun juga konsekwensi sosial dan
ekonomi. 3 Pemberdayaan para stakeholder yang menuntut diperlukan pandangan
yang lebih luas holistik mengenai pengelolaan perikanan. The World Commission on Environment and Development WCED 1987
mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sustainable development adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini, tanpa
menurunkan atau menghancurkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut Monintja 1997 perikanan tangkap yang
berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai usaha penangkapan ikan yang perlu memiliki beberapa persyaratan khusus antara lain:
1 Produk-produk dapat diterima oleh masyarakat konsumen marketable. 2 Usaha penangkapan menunjukkan keragaman yang menguntungkan
profitable. 3 Usaha penangkapan tidak mengganggu habitat serta kegiatan-kegiatan
sub sektor lainnya environmental friendly. 4 Usaha penangkapan akan dapat berjalan terus menerus tanpa
mengganggu kelestarian spesies sasaran sustainable. Keberlanjutan sustainability hendaknya dijadikan salah satu tujuan
dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan karena hal ini telah diamanatkan dalam Deklarasi yang dihasilkan oleh United Nations Conference
on Environment and Development yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil, pada tahun 1992 dimana Indonesia merupakan salah satu peserta.
Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan keserasian antara laju kegiatan
pembangunan dengan daya dukung carrying capacity lingkungan alam untuk menjamin tersedianya aset sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan
environmental services yang minimal sama untuk generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan mengandung tiga dimensi utama yang
meliputi dimensi ekonomi, ekologi dan sosial, jadi suatu kegiatan pembangunan dinyatakan berkelanjutan, apabila kegiatan pembangunan secara ekonomis,
ekologis, dan sosial politik bersifat berkelanjutan Gambar 3. Berkelanjutan secara ekonomis berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat
membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital capital maintenance, dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien.
Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung
lingkungan, dan konservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati biodiversity, sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat
berkelanjutan. Sementara itu, berkelanjutan secara sosial politik mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan
pemerataan hasil-hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan
pengembangan kelembagaan. Dengan demikian jelas bahwa konsep
pembangunan berkelanjutan hanya bisa dilaksanakan apabila pembangunan harus berorientasi pada kepentingan dan mendapatkan dukungan dari
masyarakat yang terkena dampaknya.
Ecological Economic
Integrity Stability
Careful Development Use Evaluation
Education Communities
Social Fairness
Sustainability Triangle
Gambar 3 Tiga Dimensi Keberlanjutan Doring 2001.
Selanjutnya Charles 2001 menyatakan keberlanjutan selain terdiri dari aspek ekologi, dan sosial ekonomi juga ada aspek masyarakat dan kelembagaan
dengan rincian sebagai berikut: 1 Ecologicall sustainability keberlanjutan ekologi. Dalam pandangan ini
memelihara keberlanjutan stokbiomass sehingga tidak melewati daya dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas dari ekosistem
menjadi konsern utama. 2 Socioeconomic sustainability keberlanjutan sosio-ekonomi. Konsep ini
mengandung makna bahwa pembangunan perikanan harus memperhatikan keberlanjutan dari kesejahteraan pelaku perikanan baik
pada tingkat individu . Dengan kata lain mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi merupakan konsern
dalam kerangka keberlanjutan. 3 Community sustainability, mengandung makna bahwa keberlanjutan
kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat haruslah menjadi perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan.
4 Institutional sustainability keberlanjutan kelembagaan. Dalam kerangka ini keberlanjutan kelembagaan yang menyangkut memelihara aspek
finansial dan administrasi yang sehat merupakan prasyarat dari ketiga pembangunan berkelanjutan di atas.
Dengan demikian jika setiap komponen dilihat sebagai komponen yang penting untuk menunjang keseluruhan proses pembangunan berkesinambungan,
maka kebijakan pembangunan perikanan yang berkesinambungan haruslah mampu memelihara tingkat yang reasonable dari setiap komponen sustainable
tersebut. Dengan kata lain keberlanjutan sistem akan menurun melalui kebijakan yang ditujukan hanya untuk mencapai satu elemen keberlanjutan saja Fauzi
Anna 2002
a
.
2.5 Kapasitas Perikanan