Pemetaaan Proses Penelitian Karakteristik Geofisik

+ = − = ∑ r j n j rj ro s y y λ 1 s r ,..., 1 = − = + = ∑ i j n j ij io s x x λ 1 m i ,... 1 = − + ≤ i r j s s , , λ r j i , , ∀

3.5 Pemetaaan Proses Penelitian

Seluruh proses penelitian dapat dipetakan dalam suatu diagram sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 8. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip input, proses dan output. Input penelitian berupa tujuan yang diuraikan dalam beberapa tujuan khusus dan kaitannya dengan data yang dibutuhkan. Data yang dibutuhkan berupa data urut waktu time series, cross section, dan data yang bersifat endogenous yang merupakan interaksi antara data urut waktu dan cross section. Data diperoleh melalui instansi terkait dan wawancara langsung di lapangan dengan responden yang terkait. Selanjutnya dilakukan proses analisis data dengan beberapa pendekatan seperti produksi surplus, CYP, cope eye ball dan data envelopment analysis. Masing-masing metode ini akan menghasilkan beberapa kajian seperti estimasi parameter, tingkat produksi lestari dan optimal, laju degradasi dan depresiasi, efisiensi, kapasitas optimal dan lain-lain. TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS JENIS DATA METODE KELUARAN Menganalisis kapasitas perikanan antar waktu dan antar alat tangkap dan dampaknya terhadap pengelolaan perikanan yang berkelanjutan Menentukan tingkat degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan Time series catch, effort, biaya,harga,IHK ,PDRB Endogenous, spesifikasi teknis alat tangkap, catch, effort Endogenous, biaya, harga,discount rate Produksi surplus,CYP, copes eye ball Analisis degradasi dan depresiasi Data envelopment analysis DEA Menganalisis dan merekomen dasikan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan Melakukan analisis komparatif pemanfaatan sumberdaya ikan secara bioekonomi dan empiris aktual Data envelopment analysis DEA Diperolehnya suatu hasil analisis tentang pengelolaan perikanan tangkap yang dapat dijadikan acuan untuk kebijakan perikanan tangkap yang berkelanjutan Menganalisis dampak kapasitas perikanan terhadap kesejahteraan nelayan Surplus produsen endogenous Gambar 8 Pemetaan proses penelitian. 4 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Karakteristik Geofisik

Provinsi Sumatera Barat terletak antara 0 °54’ LU dan 3°30’ LS serta 98 °36’ - 101°53’ BT memiliki luas daerah sekitar 42 200 km 2 atau setara dengan 2,17 dari luas Republik Indonesia. Berdasarkan letak geografis tersebut ada suatu daerah tepat dilalui garis khatulistiwa yakni di Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman. Karena pengaruh letak tersebut Provinsi Sumatera Barat tergolong beriklim tropis dengan suhu udara dan kelembaban yang tinggi. Dampaknya terjadi 2 musim yaitu musim penghujan sekitar bulan November sampai Maret dan musim kemarau pada bulan Juni sampai September. Provinsi Sumatera Barat terletak diantara pebukitan dan daerah perairan Samudera Hindia dengan kelembaban yang tinggi yang menyebabkan tidak adanya suhu yang ekstrim. Berdasarkan data terakhir 2004 suhu maksimum mencapai 32 o C dan suhu terendah 22 o C. Berdasarkan data kelembaban selama 5 tahun terakhir 2000 - 2004 yang berasal dari BMG Tabing, Sumbar, diketahui kelembaban udara tertinggi 85. Iklim di pesisir pantai barat Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh Samudera Hindia yang dicirikan oleh adanya angin muson dan curah hujan yang tinggi, sekitar 2 800– 4 480 mmtahun BMG, 1999-2001. Gelombang dan arus dari Samudera Hindia mempengaruhi pantai Sumatera Barat mengakibatkan beberapa daerah di pesisir terkena abrasi. Di perairan Barat Sumatera termasuk pantai Sumatera Barat tipe pasang surut yang ditemui mirip dengan tipe pasang surut Samudera Hindia, yaitu tipe campuran yang didominasi pasang surut Ganda Pariwono 1985. Pengaruh pasang surut dari Lautan Hindia ini diperkirakan menyusup memasuki perairan teritorial Barat Sumatera melalui Kepulauan Mentawai. Karena kondisi geografis perairan Sumatera Barat yang mempunyai kedalaman dengan gradien perubahan yang curam maka pasang surut yang merambat sangat didominasi oleh pasang surut tipe ganda. Keadaan ini berbeda dengan keadaan di perairan nusantara lainnya yang umumnya bersifat ganda dan tunggal. Angin musim barat dan timur di perairan Sumatera Barat berkekuatan rata- rata 9-11 knot bertiup ke arah tenggara hampir sejajar dengan garis pantai Padang dan rata-rata 8 knot dengan pola berubah-ubah namun arah dominannya hampir tegak lurus garis pantai. Lemahnya kecepatan angin timur disebabkan karena arah angin musim timur telah mengalami pembelokan arah akibat gaya coriolis pada saat ITCZ Inter Tropical Convergence Zone yang berada di bagian selatan khatulistiwa. Sebagaimana halnya suatu daerah dengan iklim tropis basah dan memiliki bulan kering yang sangat pendek Sumatera Barat memiliki intensitas curah hujan selama lima tahun terakhir 1998-2002, berkisar antara 3 821.0 mm sampai 5 723.0 mm dengan curah hujan rata-rata per tahun 376.14 mm. Jika mengacu klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson serta Mahr, maka iklim Sumatera Barat secara keseluruhan adalah Tipe A dan WB dengan jumlah bulan basah lebih dari 9 bulan.

4.2. Keragaan Potensi Sumberdaya Ikan