Kapasitas Perikanan Analisis kapasitas perikanan pelagis di Perairan Pesisir Provinsi Sumatera Barat

Selanjutnya Charles 2001 menyatakan keberlanjutan selain terdiri dari aspek ekologi, dan sosial ekonomi juga ada aspek masyarakat dan kelembagaan dengan rincian sebagai berikut: 1 Ecologicall sustainability keberlanjutan ekologi. Dalam pandangan ini memelihara keberlanjutan stokbiomass sehingga tidak melewati daya dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas dari ekosistem menjadi konsern utama. 2 Socioeconomic sustainability keberlanjutan sosio-ekonomi. Konsep ini mengandung makna bahwa pembangunan perikanan harus memperhatikan keberlanjutan dari kesejahteraan pelaku perikanan baik pada tingkat individu . Dengan kata lain mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi merupakan konsern dalam kerangka keberlanjutan. 3 Community sustainability, mengandung makna bahwa keberlanjutan kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat haruslah menjadi perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan. 4 Institutional sustainability keberlanjutan kelembagaan. Dalam kerangka ini keberlanjutan kelembagaan yang menyangkut memelihara aspek finansial dan administrasi yang sehat merupakan prasyarat dari ketiga pembangunan berkelanjutan di atas. Dengan demikian jika setiap komponen dilihat sebagai komponen yang penting untuk menunjang keseluruhan proses pembangunan berkesinambungan, maka kebijakan pembangunan perikanan yang berkesinambungan haruslah mampu memelihara tingkat yang reasonable dari setiap komponen sustainable tersebut. Dengan kata lain keberlanjutan sistem akan menurun melalui kebijakan yang ditujukan hanya untuk mencapai satu elemen keberlanjutan saja Fauzi Anna 2002 a .

2.5 Kapasitas Perikanan

Konsep kapasitas dalam perikanan tangkap dapat didefinisikan dan diukur baik dengan pendekatan teknologi-ekonomi atau secara eksplisit dinyatakan dalam optimisasi berdasarkan teori mikroekonomi Morrison 1993. Banyak definisi dari kapasitas baik dari perspektif teknologi maupun perspektif ekonomi. Menurut Johansen 1968, kapasitas merupakan jumlah maksimum yang dapat diproduksi per unit waktu dengan lahan dan peralatan yang ada, dimana keberadaan dari berbagai faktor produksi variabel tidak dibatasi. Salz 1994 yang diacu dalam Fauzi dan Anna 2002 c menyatakan bahwa kapasitas perikanan adalah sejumlah ikan yang dapat ditangkap oleh kapal tertentu atau alat tangkap tertentu per tahun, tergantung dari produktivitas per unit waktu tangkap misalnya CPUE per jam dan jumlah unit waktu tangkap misalnya jam melaut per tahun. Menurut FAO 1998 kapasitas perikanan merupakan jumlah maksimum ikan pada periode waktu tertentu tahun, musim yang dapat diproduksi oleh armada perikanan jika digunakan secara penuh dengan biomassa tertentu. Selanjutnya Kirkley dan Squires 1998 mendefinisikan kapasitas perikanan sebagai stok kapital maksimum yang ada dalam perikanan yang dapat dipergunakan secara penuh pada kondisi efisien maksimum secara teknis pada waktu dan kondisi pasar tertentu. Stok kapital itu sendiri pada dasarnya dapat berupa kapital itu sendiri maupun sumberdaya manusia. Pada perikanan tangkap kapital merupakan fungsi dari spesifikasi kapal, alat tangkap dan lain-lain sedangkan sumberdaya manusia dapat berupa jumlah awak kapal dan kemampuankeahlian. Stok kapital ini merupakan manifestasi dari upaya effort yang diukur dari jumlah melaut trip atau jumlah hari melaut day fished. Jadi lebih lanjut Kirkley dan Squires 1999 juga mendefinisikan kapasitas perikanan tangkap sebagai tingkat upaya yang memungkinkan, kapasitas upaya, upaya potensial maksimum dan kapasitas potensial perikanan. Kapasitas perikanan telah menjadi pembicaraan utama pada masyarakat perikanan internasional. Hal ini disebabkan banyaknya terjadi kelebihan kapasitas overcapacity pada perikanan dunia yang dapat mengancam keberlanjutan sumberdaya perikanan atau krisis perikanan global. Untuk itu FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries menyatakan bahwa negara seharusnya mencegah overfishing dan kelebihan kapasitas perikanan serta mengimplementasikan ukuran manajemen untuk menjamin upaya perikanan yang setara dengan kapasitas produktif dari sumberdaya perikanan dan keberlajutan pemanfatannya. Pada tempat yang telah terjadi kelebihan kapasitas, hendaknya dilakukan mekanisme untuk mengurangi kapasitas pada tingkat yang setara dengan penggunaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan seperti menjamin bahwa nelayan beroperasi di bawah kondisi ekonomi yang mendukung perikanan yang bertanggung jawab. Mekanisme tersebut meliputi monitoring kapasitas armada perikanan Ward 2000. Mengingat sangat krusialnya masalah kelebihan kapasitas FAO pada tahun 1999 mengeluarkan Internasional Plan of Action for the management of fishing capacity IPAMF. Mandat yang dikeluarkan oleh IPAMF adalah menyerukan kepada seluruh negara untuk mencapai pengelolaan kapasitas perikanan yang efisien, equitable, transparan pada tahun 2005 Fauzi 2005. Menurut Fauzi 2005, kelebihan kapasitas di sektor perikanan akan menimbulkan berbagai masalah. Pertama, adalah tidak sehatnya kinerja sektor perikanan sehingga permasalahan kemiskinan dan degradasi sumberdaya dan lingkungan menjadi lebih persisten. Kedua, kelebihan kapasitas juga akan menimbulkan tekanan yang intens untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan melewati titik lestarinya agar armada yang ada terus beroperasi, dan pada saat keuntungan usaha semakin menipis dan tersebar pada jumlah armada yang begitu banyak, maka pengurangan armada akan sulit dilakukan secara politis maupun sosial. Ketiga, kelebihan kapasitas juga akan menimbulkan inefisiensi dan memicu economic waste sumberdaya yang ada disamping menimbulkan komplikasi dalam pengelolaan perikanan, terutama dalam situasi akses yang bersifat terbuka open acsess. Ward et al. 2004 menyatakan bahwa untuk mengatasi terjadinya kelebihan kapasitas diperlukan instrumen pengelolaan yaitu incentive blocking instruments yang merupakan solusi jangka pendek dan incentive adjusting instrumens yang merupakan solusi jangka panjang. incentive blocking instruments sesuai namanya adalah kebijakan untuk mengatasi kelebihan kapasitas melalui pembatasan kegiatan dalam berbagai bentuk seperti program pembatasan masuk limeted entry programmes, program pembelian kembali oleh pemerintah buy back programmes, pembatasan kapal dan alat tangkap gear and vessel restrictions, pemberlakuan kuota secara agregat aggregate quotas, pembatasan hasil tangkapan per kapal tanpa dapat di pindah tangankan non-transferable vessel catch limits dan pemberian kuota upaya kepada individu individual effort quotas. Sedangkan incentive adjusting instrumens didesain untuk mengurangi kelebihan kapasitas dengan pendekatan kepada hak kepemilikan sumberdaya property rights dimana nantinya pengurangan kapasitas diserahkan kepada mekanisme pasar, kebijakannya antara lain: pemberlakuan kuota kepada individu yang dapat dipindahtangankan individual transferable quotasindividual fishing rights, pemberlakuan pajak dan royalti taxes and royalties, pemberian hak kepada kelompok masyarakat dalam pengelolaan perikanan group fishing rights dan pemberian hak teritorial territorial use rights. Kelebihan kapasitas terjadi ketika kapasitas output melebihi yang diinginkan atau tingkat target dari output pada tingkat industri. Perbedaan antara output observasi dan kapasitas output memberikan kelebihan kapasitas pada stok sumberdaya. Tingkat target dari output yang merupakan target kapasitas perikanan adalah jumlah maksimum dari ikan pada periode waktu tertentu tahun, musim yang dapat diproduksi oleh armada perikanan jika digunakan secara penuh Kirkley Squires 1998. Melalui pengukuran kapasitas akan diketahui tingkat kapasitas yang digunakan capacity utilizationCU yang merepresentasikan proporsi dari kapasitas yang tersedia yang telah digunakan. Dalam pendekatan teknologi- ekonomi yang telah diadopsi oleh FAO, apabila nilai CU sama dengan 1 mengindikasikan bahwa produksi telah full capacity atau tidak dapat ditingkatkan lagi sedangkan apabila nilai CU kurang dari 1 mengindikasikan bahwa perusahaanunit usaha memiliki potensi untuk meningkatkan produksi tanpa memerlukan pengeluaran untuk pengadaan kapital dan peralatan baru. CU pada umumnya mengacu kepada proporsi dari kapasitas potensial yang digunakan dan diukur sebagai rasio antara output aktual dengan kapasitas output Kirkley Squires 1999. Menurut Fare et al. 1989, CU diukur sebagai rasio output technical efficiency TE dengan kapasitas output. Rasio ini mengoreksi bias yang dapat muncul karena output aktual kemungkinan diproduksi secara inefisien.

2.6. Data Envelopment Analysis DEA