sebanyak 200 – 300 liter, minyak tanah 5 liter, dan es 5 – 10 batang, ransum rata-rata Rp.10 000 per orang per hari, dengan ABK sebanyak 15 orang berarti
dibutuhkan ransum 15 x 10 000 x 3 = Rp. 450 000,-. Investasi yang dibutuhkan untuk 1 unit pukat cincin antara lain: 1 unit kapal
yang biasanya terbuat dari kayu dengan panjang antara 17 – 22 meter, lebar kapal rata-rata 4.5 meter, tinggi 1.3 meter dengan tonnase 25 – 30 GT dan
tenaga mesin rata-rata 190 PK dengan harga sekitar Rp 500 000 000,-, alat tangkap pukat cincin berupa jaring dengan ukuran 400 x 45 meter. Rata-rata
biaya per trip untuk ke empat jenis alat tangkap yaitu pukat cincin, pancing tonda, bagan dan payang seperti pada Tabel 9.
Tabel 9 Rata-Rata biaya per trip menurut jenis alat tangkap
No Alat tangkap
Biaya rata-rata Rptrip
1 2
3 4
Pukat cincin Pancing tonda
Bagan Payang
1 366 832.62 2 469 086.49
512 114.68 219 705.66
4.5. Sumbangan sektor Perikanan terhadap PDRB
Struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, dimana dari PDRB atas dasar harga berlaku terlihat bahwa
sumbangan sektor ini tahun 2001 sebesar 23.26 , disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 17.72 . Urutan ke tiga ditempati oleh sektor jasa-
jasa sebesar 18.40 dan sektor angkutan dan komunikasi berada pada urutan ke empat menggeser keberadaan sektor industri pengolahan turun ke urutan ke
lima sejak tahun 1999. Sedangkan sumbangan empat sektor lainnya angkanya masih kurang dari 5 .
PDRB Provinsi Sumatera Barat yang dihitung berdasarkan harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada tahun yang sama,
diperoleh PDRB perkapita penduduk. Pada tahun 2001 PDRB per kapita
penduduk tercatat sebesar 5.90 juta rupiahtahun, angka ini mengalami kenaikan sebesar 608 000 rupiah dibandingkan tahun 2000.
Dalam perhitungan PDRB Sumatera Barat, sub sektor Perikanan masih dimasukkan ke dalam sektor pertanian, dimana sebagai salah satu propinsi
agraris peranan sektor pertanian dari tahun ke tahun terhadap PDRB Sumatera paling besar dibandingkan sektor lainnya yaitu sekitar 23.50 per tahun,
dimana sumbangan terbesar berasal dari sub sektor tanaman pangan dan hortikultura 12.50. Sedangkan sub sektor perikanan setiap tahunnya hanya
sekitar 2.70 . Tabel 10 Kontribusi PDRB Perikanan terhadap PDRB Sumatera Barat
selama 5 tahun 2000 - 2004 Atas dasar harga berlaku
Atas dasar harga konstan 2000 Tahun
Rp juta Rp juta
2000 2001
2002 2003
2004 646 242.48
757 307.79 786 136.25
898 168.11 1 006 839.41
2.82 2.90
2.63 2.71
2.71 646 242.48
672 803.05 673 812.25
723 332.45 761 891.34
2.82 2.84
2.71 2.77
2.76 Sumber: BPS Sumbar 2005
Tabel 10 memperlihatkan kontribusi PDRB Perikanan terhadap PDRB Sumatera Barat selama 5 tahun terakhir baik berdasarkan harga berlaku maupun
berdasarkan harga konstan tahun 2000. Berdasarkan harga berlaku pada tahun 2000 PDRB Perikanan sebesar Rp 646 242.48 juta dan pada tahun 2004
meningkat menjadi Rp 1 006 839.41 juta sedangkan berdasarkan harga konstan tahun 2000 maka pada tahun 2000 PDRB Perikanan adalah sebesar Rp 646
242.48 juta dan tahun 2004 meningkat menjadi Rp 761 891.34 juta. Gambar 13 dan 14 memperlihatkan kontribusi sektor pertanian dan
perikanan terhadap PDRB Sumatera Barat, dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, akan tetapi secara keseluruhan kontribusi sub sektor
perikanan terhadap PDRB Sumatera Barat masih di bawah 5 rata-rata 2.70 per tahun.
5000 10000
15000 20000
25000 30000
2000 2001
2002 2003
2004
Tahun P
D R
B R
p mily
a r
PDRB Sumbar PDRB Perikanan
PDRB Pertanian
Gambar 13 Perkembangan PDRB total, PDRB Pertanian dan PDRB Perikanan Provinsi Sumatera Barat.
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
2000 2001
2002 2003
2004
Tahun
PD R
B to
ta l
P ropi
ns i
m il
y a
r r u
pi a
h
200 400
600 800
1000 1200
PD R
B Pe
ri k
a n
a n
m il
y a
r
ru p
iah
PDRB Sumbar PDRB Perikanan
Gambar 14 Kontribusi PDRB Perikanan terhadap PDRB total Provinsi Sumatera Barat.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Standardisasi Alat Tangkap