Conclusion Analisis Kebenaran Tetua Dan Keragaman Genetik Populasi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Asal Kamerun Menggunakan Marka Ssr (Simple Sequence Repeat)

37 berakibat pada terjadinya illegitimasi benih yang dihasilkan.Illegitimasi merupakan faktor tersembunyi yang memiliki dampak buruk bagi keberhasilan program pemulian tanaman. Illegitimasi pada tanaman kelapa sawit dapat mungkin terjadi pada setiap fase persilangan terkontrol mulai dari isolasi bunga, pelabelan, pemanenan hingga proses penanaman dilapanganHama-Ali et al., 2015. Banyak faktor penyebab terjadinya illegitimasi benih baik secara biologis tanaman, kesalahan manusia, hingga kerusakan penutup sungkup bunga baik disebabkan oleh hewan maupun lingkungan. Akibat terjadinya illegitimasi benih atau kontaminasi benih, bagi program pemuliaan tanaman yaitu akan menyebabkan ketidaktepatan didalam menentukan tetua terbaik bahkan dapat menyebabkan dianulirnya hasil persilangan akibat kontaminasi yang terjadi. Sedangkan untuk produksi benih komersial, tanaman hasil persilangan yang mengalami kontaminasi, akan menyebabkan terjadinya penurunan produksi yang cukup signifikan. Hal tersebut diakibatkan adanya tipe dura didalam pertanaman, yang memiliki karakter produksi rendah karena ketebalan cangkangnya yang tinggi. Identifikasi illegitimasi maupun analisis keragaman genetik secara konvensional membutuhkan waktu yang cukup lama. Identifikasi baru dapat dilakukan pada umur tanaman 3 tahun setelah tanam yaitu pada saat tanaman sudah mengalami fase generatif. Marka molekuler dapat menjadi solusi untuk mempercepat analisis ilegitimasi pada tanaman kelapa sawit selain juga dapat digunakan untuk analisis keragaman genetik dan pemetaan QTL Quantitative Trait LocusHama-Ali et al., 2015. Penggunaaan marka molekular dalam melakukan analisis genetik pada tanaman tahunan seperti coklat, kelapa dan kelapa sawit telah banyak dilakukan. Moose Mumm, 2008; Tornincasa et al., 2010; Zulhermana et al., 2010; Ajambang et al., 2012; Solin et al., 2014; Ajijah et al., 2015; Maskromo et al., 2015. Salah satu metoda marka molekuler yang sangat efektif didalam melakukan analisis genetik adalah marka SSR Simple Sequence Repeat. Billotte et al 2001 telah sukses menggunakan marka SSR di dalam melakukan karakterisasi plasma nutfah dan melakukan penelitian genomik tanaman kelapa sawit. Hal tersebut disebabkan karena marka SSR memiliki tingkat keragaman alel yang tinggi, selain juga marka SSR sangat efektif didalam melakukan studi genetik pada tanaman kelapa sawit, identifikasi plasma nutfah dan pemetaan genetik intra maupun interspesifik. Beberapa alasan mengapa marka SSR cocok untuk studi genetik adalah 1 jumlahnya yang tidak terbatas, dan tersebar merata didalam genome, 2 Memiliki tingkat polimorfisme yang tinggi dan bersifat co-dominant, 3 Metoda yang digunakan relatif mudah dan cepat didalam perbanyakannya menggunakan teknik PCR dan juga relatif mudah dan cepat didalam mengintepretasikan konfigurasi alel, dan 4. Metoda ini relatif mudah diakses oleh laboratorium lainSaghai-Maroof et al., 1994. Marka SSR adalah marka co- dominant. Marka ini dapat membedakan antara tanaman yang memiliki genotipe heterozigot dengan individu tanaman yang bergenotipe homozigot Akkaya et al., 1992; Jones et al., 2010. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana keragaman genetik yang dimiliki antar tetua dan keturunannya, serta melihat tingkat kemurnian dari persilangan yang dihasilkan berdasarkan kebenaran persilangan antar tetua. 38

4.2 Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan pada bulan April 2014 sampai April 2015 di Laboratorium Bioteknologi, PT.Astra Agro Lestari Tbk., Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Sampel daun dikoleksi dari area pembibitan dan lahan percobaan PT. Astra Agro Lestari di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Total 147 individu dari 4 populasi telah dievaluasi.Populasi terdiri dari dua populasi D x D , satu populasi T x T, dan satu populasi persilangan D x T. Table 1. 4A. Jumlah individu per populasi yang dievaluasi berkisar 20 hingga 75 individu per populasi. Jaringan tanaman diambil dari daun tombak pada tanaman dibibitan dan dilapangan. Tabel 11. Daftar populasi kelapa sawit yang dievaluasi dalam penelitian Family Genetic backgroun No. of individuals Type Female M ale B57 LM 5TxLM 10T X RS3T AF LM 5TxLM 10T X RS3T AF 29 TxT A140 DA115D x DA3D DA115D x DA3D 23 D self A125 DA10D x DA115D DA10D x DA115D 20 D self C22 DA115D LM 5TxLM 10T X RS3T AF 75 DxT Tot al 147

4.2.1 Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan yaitu Genomic DNA Mini Kit Geneaid, ddH 2 0, Agarose, buffer GPX1, buffer GP3, buffer W1, buffer Wash, TAE 1x, loading dye, Bromfenol biru, elution buffer, KAPA 2G Fast Ready Mix, nucleasefree water, primer forward, primer reverse, label Fluorescent FAM, HEX,ROX, TAMRA. 4.2.2 Isolasi DNA Isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan alat Tissue lyser menggunakan prosedur dari Geneaid kit. Sampel daun kelapa sawit kering sebanyak 100 mg ditambah dengan 400 µl buffer GPX1. Selanjutnya dimasukkan ke dalam collection tube . Sampel yang telah berada di collection tube setelah diberi bead bola besi dimasukkan ke dalam tissue lyser dan dikocok didalam tissue lyser dengan frekuesi 30 Hz selama 5 menit. Selanjutnya dilakukan inkubasi tabung berisi sampel ke dalam waterbath suhu 60 C selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 100 µl buffer GP2 dan dicampur dengan di vortex. Tabung didinginkan di dalam kulkas -20 C selama 3 menit. Selanjutnya seluruh campuran sampel dipindahkan ke dalam tabung filter colum dan disentrifugasi selama 1 menit dengan kecepatan 1000 g. Supernatan dipindahkan ke mikrotube 1.5 ml tanpa menyentuh pelet yang terbentuk. Kemudian ditambahkan 1.5 kali buffer GP3 600 µl. Mencampurkan larutan dengan dibolak balik dan divortex. 39 Selanjutnya 600 µl campuran dipindahkan ke dalam kolom GD. Campuran kemudian disentifugasi pada kecepatan 14.000 g selama 2 menit. Supernatan yang terbentuk dibuang. Kemudian ditambahkan buffer W1 sebanyak 400 µl. Campuran disentrifugasi pada kecepatan 14.000 g selama 1 menit. supernatan yang terbentuk dibuang kembali. Selanjutnya ditambahkan buffer Wash sebanyak 600 µl. Campuran disentrifugasi kembali, dan supernatan yang terbentukdibuang kembali. Selanjutnya dilakukan sentifugasi pada kecepatan 14.000 g selama 3 menit. Kolom GD dipindahkan ke mikrotube 1.5 ml yang baru. Selanjutnya ditambahkan 50 µl elution buffer yang telah dipanaskan pada 60 C tepat ditengah kolom. Kemudian didiamkan kolom selama 5 menit. Dan dilakukan sentrifugasi kembali 14.000 g selama 1 menit. Sample disimpan pada suhu -20 C.

4.2.3 Primer yang Digunakan

Primer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan primer yang bersumber dari TropGene Cirad Tabel 2.

4.2.4 Analisis Kuantifikasi dan Kualitifikasi DNA

Analisis kuantifikasi dan kualifikasi dilakukan dengan menggunakan alat Nano Drop 2000 spectrophotometer yaitu dengan mengukur absorbansi DNA pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Penentuan kualitas DNA dapat dilakukan dengan menghitung rasio absorbansi pada A260 dengan A280. Nilai rasio yang mendekati 2 menunjukkan tingkat kemurnian yang tinggi. Namun semakin rendah nilai rasio tersebut maka semakin rendah kualitas DNA akibat adanya kontaminasi protein. Penentuan kualitas juga dilakukan menggunakan metode elektroforesis. Pita DNA genom yang memiliki kualitas yang baik akan tampak sebagai pendar tak putus pada gel agaros setelah proses elektroforesis. Gel yang digunakan adalah gel agarosa dengan konsentrasi 1 1 gram agarosa dalam 100 mL TAE 1x 0.04M Tris Asetat; 0.001M EDTA. Genom DNA hasil isolasi sebanyak 5 µL dicampur dengan 1 µL loading dye [0.25 wv Bromfenol biru, 30 wv sukrosa dalam air]. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam sumur-sumur gel elektroforesis yang direndam TAE 1X dalam chamber elektroforesis Mupid ®-exU, Advance. Proses elektroforesis dilakukan selama 30 menit dengan tegangan 100 Volt. Gel hasil elektroforesis dimasukkan kedalam etidium bromide selama 5 sampai 10 menit kemudian dibilas dengan akuades. Hasil pewarnaan kemudian diamati menggunakan UV Transilluminator Major Science dan didokumentasikan dengan menggunakan kamera.

4.2.5 Amplifikasi PCR

Pencampuran PCR master Mix dan primer dilakukan menggunakan mesin Qiagility yang bekerja secara robotik mencampur komponen PCR seperti Buffer, dNTP, MgCl2, dan DNA polymerase. Dalam percobaan ini 7.5 µl KAPA 2G Fast Ready Mix 2x, 2.2 µl nuclease free water, 0.15µl primer forward 10 µM, IDT, 0.15 µl primer reverse yang diberi label fluorescent yang digunakan dalam penelitian ialah 6-carboxy-fluo-rescine FAM, hexachloro-6-carboxy-fluo- rescine HEX, 6-carboxy-X-rhodamine ROX, dan tetrachloro-6-carboxy-