7 dura dan pisifera terseleksi dibudidayakan secara komersial karena
menghasilkan minyak yang tinggi.
Gambar 3. Tipe buah Tenera yang memiliki cangkang tipis Sifat ketebalan cangkang pada masing masing tipe kelapa sawit
dikendalikan oleh satu lokus gen tetua monogenik dengan dua alel Sh
+
Sh
-
yang berekpresi kodominan. Secara teoritis bila pohon dura Sh
+
Sh
+
disilangkan dengan pohon tenera Sh
+
Sh
-
maka dalam proses reproduksinya, pohon dura akan menyumbangkan satu jenis gamet Sh
+
sedangkan pohon tenera menyumbangkan dua jenis gamet Sh
+
dan Sh
-
. Dalam proses penyerbukan dan pembuahan, gamet dari masing-masing tetua akan berpadu bebas sehingga pada
turunannya akan terbentuk 50 tipe dura dan 50 tipe tenera. Tetapi variasi ketebalan cangkang yang terlihat pada masing-masing tipe disebabkan oleh
perbedaan perkembangan lignifikasi cangkang yang diwariskan secara kuantitatif dan dikendalikan oleh banyak gen Corley et al. 1978. Tenera lebih disukai
untuk digunakan sebagai bahan tanaman komersial karena mempunyai proporsi kandungan minyak di dalam mesokarpnya 30 lebih besar dibandingkan jenis
dura. Untuk mendapatkan 100 tenera DxP, maka tetua betina tipe dura DxD disilangkan dengan tetua jantan tipe pisifera hasil persilangan Tenera x Pisifera
TxP.
2.3 Syarat Tumbuh
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di katulistiwa, dengan ketinggian elevasi 0 sampai 500 m dari permukaan laut dpl
pada suhu optimal 24 sampai 28
o
C. Namun tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh pada suhu minimal 8
o
C hingga maksimal 38
o
C. Jumlah curah hujan yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah 2000 sampai 2500 mmtahun, tidak
memiliki defisit air, dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Defisit air tidak boleh mencapai 250 mm. Jumlah curah hujan yang melebihi 2500 mmtahun
juga kurang baik bagi kelapa sawit. Namun jumlah curah hujan diatas 2500 mmtahun akan tidak menyebabkan gangguan bagi kelapa sawit bila jumlah hari
hujan tidak lebih dari 180 hari.
2.4 Metoda Seleksi Pemuliaan Kelapa Sawit
Tujuan utama dari pemuliaan kelapa sawit adalah menghasilkan varietas kelapa sawit yang mampu berproduksi tinggi serta memiliki karakter-karakter
skunder yang bermanfaat seperti misalkan produksi minyak kernel yang tinggi,
8 toleransi terhadap stres biotik maupun abiotik, dan memiliki karakter morfologi
yang bermanfaat seperti tangkai buah yang panjang yang memudahkan didalam pemanenan NHCU, 2015. Skema seleksi yang umum dilakukan oleh lembaga
penelian kelapa sawit yaitu menggunakan metoda Reciproal Recurrent SelectionRRS, metoda Family and Individuals Palm Selection FIPS, metode
silang balik Back Cross, biak sel dan jaringan, serta MAS marker assisted selectionZulhermana, 2009.
Metoda Reciprocal Recurrent Selection RRS
Metoda RRS merupakan metoda yang dikembangkan oleh Comstock dan Robinson 1948 pada pemuliaan tanaman jagung. Tujuan dari metoda RRS yaitu
untuk meningkatkan alel-alel bermanfaat, mempertahankan keragaman genetik dan mengeksploitasi heterosis. Sejalan dengan temuan dua gugus heterotik pada
kelapa sawit, dura dan pisifera, Gascon et al.1989 menyarankan penggunaan metoda RRS untuk memperbaiki produktivitas minyak tanaman kelapa sawit.
Efektivitas program RRS untuk mengeksploitasi heterosis pada kelapa sawit telah dibuktikan oleh Gascon et al. 1989 pada percobaan pengujian di Pantai Gading
yang menunjukkan bahwa hasil siklus ke-1 RRS yang dilakukan mampu meningkatkan produktivitas minyak sebesar 18. Pada akhir siklus ke-2 RRS,
produktivitas minyak meningkat hingga 36, relatif terhadap rataan produktivitas minyak pada populasi dasar DxP pra-RRS. Penerapan strategi RRS menurut
Asmono et al2005 melibatkan dua heterotik group yaitu, Group A yang mencakup materi tetua betina dura dan Group B tetua jantan, pisifera dari famili
tenerapisifera. Dari populasi dasar yang telah diseleksi dilakukan suatu tahapan evaluasi untuk menganalisis dan menentukan individu tanaman terbaik yang
Group A Dura
Group B TeneraPisifera
DxT Progeny Test
Klon Dura
Mother Palm Pisifera
Father Palm Improved dura
population Improved
tenera population
DxP Seed
Phase 2 Selfs and recombinant
Phase 2 Selfs and recombinant
Phase 2 DxT
Hybrid Test
Gambar 4. Diagram program seleksi Reciprocal Recurrent Selection . Digambar ulang dari Baudouin et al., 1997 dalam Corley dan Tinker.
2003