Botani dan Morfologi Kelapa Sawit
8 toleransi terhadap stres biotik maupun abiotik, dan memiliki karakter morfologi
yang bermanfaat seperti tangkai buah yang panjang yang memudahkan didalam pemanenan NHCU, 2015. Skema seleksi yang umum dilakukan oleh lembaga
penelian kelapa sawit yaitu menggunakan metoda Reciproal Recurrent SelectionRRS, metoda Family and Individuals Palm Selection FIPS, metode
silang balik Back Cross, biak sel dan jaringan, serta MAS marker assisted selectionZulhermana, 2009.
Metoda Reciprocal Recurrent Selection RRS
Metoda RRS merupakan metoda yang dikembangkan oleh Comstock dan Robinson 1948 pada pemuliaan tanaman jagung. Tujuan dari metoda RRS yaitu
untuk meningkatkan alel-alel bermanfaat, mempertahankan keragaman genetik dan mengeksploitasi heterosis. Sejalan dengan temuan dua gugus heterotik pada
kelapa sawit, dura dan pisifera, Gascon et al.1989 menyarankan penggunaan metoda RRS untuk memperbaiki produktivitas minyak tanaman kelapa sawit.
Efektivitas program RRS untuk mengeksploitasi heterosis pada kelapa sawit telah dibuktikan oleh Gascon et al. 1989 pada percobaan pengujian di Pantai Gading
yang menunjukkan bahwa hasil siklus ke-1 RRS yang dilakukan mampu meningkatkan produktivitas minyak sebesar 18. Pada akhir siklus ke-2 RRS,
produktivitas minyak meningkat hingga 36, relatif terhadap rataan produktivitas minyak pada populasi dasar DxP pra-RRS. Penerapan strategi RRS menurut
Asmono et al2005 melibatkan dua heterotik group yaitu, Group A yang mencakup materi tetua betina dura dan Group B tetua jantan, pisifera dari famili
tenerapisifera. Dari populasi dasar yang telah diseleksi dilakukan suatu tahapan evaluasi untuk menganalisis dan menentukan individu tanaman terbaik yang
Group A Dura
Group B TeneraPisifera
DxT Progeny Test
Klon Dura
Mother Palm Pisifera
Father Palm Improved dura
population Improved
tenera population
DxP Seed
Phase 2 Selfs and recombinant
Phase 2 Selfs and recombinant
Phase 2 DxT
Hybrid Test
Gambar 4. Diagram program seleksi Reciprocal Recurrent Selection . Digambar ulang dari Baudouin et al., 1997 dalam Corley dan Tinker.
2003
9 dilihat berdasarkan hasil uji keragaan keturunannya. Berdasarkan hasil pengujian
tersebut, maka akan diketahui kemampuan dari daya gabung umum GCA maupun daya gabung khusus SCA dari masing-masing persilangan yang diuji.
Uji keturunan akan memperlihatkan kemungkinan potensi dan daya gabung dari tetua-tetua yang digunakan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut akan diperoleh
kandidat-kandidat tetua potensial yang digunakan untuk siklus seleksi selanjutnya dan digunakan sebagai tanaman indukan untuk menghasilkan benih kebutuhan
komersial.
Metoda Family and Individual Palm Selection FIPS
Metoda FIPS menerapkan strategi seleksi terhadap famili dan individu. Menurut Asmono et al2005 seleksi dan rekombinasi dilakukan pada famili dura,
sedangkan untuk pengujian dura-dura tersebut disilangkan dengan tester berupa pisifera unggul. Tujuan utama dari penggunaan FIPS adalah untuk memperbaiki
produksi CPO. Prosedur seleksi ini juga dilakukan untuk memperbaiki sifat sekunder, seperti pertumbuhan meninggi yang lambat. Keberadaan varietas yang
mengandung CPO tinggi dan mempunyai pertumbuhan meninggi yang lambat diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi dari tanaman.
Metoda Backcross Silang Balik
Metoda silang balikbertujuan untuk memperbaiki suatu sifat pada suatu kultivar yang mengalami kekurangan. Pengertian backcross yaitu pengulangan persilangan
dari progeni suatu hibrida ke salah satu tetuanya Fehr, 1987. Tetua yang berkontribusi terhadap gen-gen yang mengontrol satu sifat yang diharapkan
disebut tetua donor Nonrecurrent. Tetua donor digunakan hanya sekali persilangan dan tidak diulang kembali. Sedangkan tetua dimana gen-gen tersebut
ditransfer disebut recurrent parent. Recurrent parent mengidentifikasikan bahwa tetua tersebut digunakan berulang-ulang di dalam prosedur silang balik.
Pada tanaman kelapa sawit, species yang umum digunakan dalam budidaya adalah E. guineensis. Hal tersebut disebabkan karena produktivitas tanamannya
yang tinggi seperti kandungan CPO dan PKO yang tinggi. Namun spesies ini memiliki kelemahan antara lain kandungan asam lemak tak jenuh ALTJ yang
rendah 40-60 dan pertumbuhan vegetatif yang cepat meninggi. Sedangkan E. oleifera beberapa keunggulan antara lain 1 laju pertumbuhan yang lambat
sehingga memudahkan dalam pemanenan Corley and Tinker, 2003; 2 Kandungan Asam lemak tak jenuh ALTJ yang tinggi yang mencapai70-80
Montoyaetal,2014; 3 aktivitas lipase yang rendah pada mesokarp buah, memperpanjang waktu antara panen dan proses buah Sambanthamurthi et al,
1995; Cadena et al., 2013; 4 kandungan vitamin A dan E yang tinggi, yang membuktikan nilai kandungan gizi yang tinggi Rajanaidu et al, 2000 dan 5
kemampuan adaptasi yang luas terhadap lingkungan Barcelos,2002. 6 relatif toleran terhadap beberapa penyakit Corley and Tinker, 2003, termasuk bud-rot
yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora dan Fusarium wilt Barcelos, 1986. Namun demikian, E. oleifera memiliki produktivitas yang sangat rendah.
Sehingga E.oleifera masih belum memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Untuk itu diperlukan
upaya mentransfer
sifat unggul
dari E.oleifera
ini ke