Syarat Tumbuh Analisis Kebenaran Tetua Dan Keragaman Genetik Populasi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Asal Kamerun Menggunakan Marka Ssr (Simple Sequence Repeat)

10 E.guineensismelalui metoda pemuliaan silang balik. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan kelapa sawit unggul yang memiliki produktivitas yang tinggi dengan kandungan CPO dan ALTJ yang tinggi. Menurut Corley dan Tinker 2003, hibrida antara E. oleifera. × E. guineensis O x G memiliki keunggulan karena pertumbuhannya lambat dan memiliki kandungan minyak desaturasi yang tinggi. Selain itu, hibrida O x G memiliki keunggulan dalam hal ketahanan terhadap fatal yellowing disease yang terdapat di Amerika Latin. Perbanyakan Kultur Jaringan Salah satu metoda peningkatan produktivitas kelapa sawit yaitu melalui perbanyakan kultur jaringan. Teknologi kultur jaringan merupakan teknologi yang mampu menghasilkan regenerasi jaringan tanaman secara cepat dalam jumlah yang banyak serta menghasilkan keturunan yang mampu berproduksi tinggi serta serupa dengan indukan asal jaringan dan seragam Sleper dan Phoelman. 2006. Hasil pengamatan di lapang pada percobaan PPKS menunjukkan bahwa tanaman klon asal kultur jaringan mampu menghasilkan tandan buah segar TBS 30-40 lebih tinggi dari produksi TBS tanaman asal benih Latief et al. 2003; Corley dan Tinker. 2003. Peningkatan produksi terjadi karena keseragaman tanaman klonal dan karena penggunaan pohon induk terpilih dari 5 terbaik populasi DxP hasil seleksi RRS. Permasalahan yang dihadapi dalam perbanyakan kultur jaringan adalah munculnya abnormalitas pembungaan dan pembuahan. Pada abnormalitas pembungaan, dihasilkan tanaman dengan bunga jantan 100 sehingga tidak dihasilkannya pembuahan. Sedangkan pada abnormalitas pembuahan, yaitu dengan dihasilkannya buah mantel. Upaya perbanyakan kultur jaringan pada kelapa sawit dimulai pada tahun 1960-an dan pertengahan tahun 1970-an Corley dan Tinker. 2003. Klonal pertama kali ditanam di Malaysia pada tahun 1977 Plate VIIIB dan pengulangan percobaan di tahun 1978 Corley et al,1979. Mengikuti keberhasilan tersebut, secara cepat terjadi ekspansi dan dipertengahan tahun 1980-an setidaknya 10 laboratorium kultur jaringan di Malaysia telah dibuat dan beberapa dinegara lain.

2.5 Penggunaan Marka Molekular dalam Pemuliaan Kelapa Sawit

Pemuliaan kelapa sawit secara konvensional membutuhkan waktu yang sangat lama didalam memperoleh suatu varietas yang diinginkan. Dibutuhkan banyak percobaan genetik yang melibatkan banyak sumber daya seperti areal pertanaman yang luas, biaya, tenaga, dan waktu yang besar di dalam pelaksanaannya. Setidaknya dibutuhkan waktu hingga 10 tahun untuk memperoleh satu siklus seleksi. Pemuliaan tanaman secara konvensional yang hanya menentukan target seleksi berdasarkan karakter fenotip telah terbukti efektif dalam menghasilkan kultivar unggul. Namun pemilihan tanaman berdasarkan fenotip ini memiliki kelemahan dalam menentukan beberapa karakter penting yang kemungkinan lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Karena penampakan karakter fenotip merupakan interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Adanya pengaruh lingkungan mengakibatkan perbedaan hasil observasi dan kesalahan dalam penentuan karakter Moose at al,2008.