Perencanaan Pembelajaran PKn sebagai Pembangun Karakter Berbasis Struktur dan Kultur Perencanaan

negara yang baik adalah warga negara yang taat akan norma dan role of low yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat tradisi Social Studies Taught as Citizenship Transmisson, warga negara yang memiliki kemampuan menganalisis persoalan sosial untuk kemudian dapat pula mengambil keputusan yang cerdas tradisi Social Studies Taught as Reflective Inguiry, serta warga negara yang memiliki kemampuan dalam melihat dan mengatasi masalah-masalah sosial dan personal dengan menggunakan visi dan cara kerja ilmuwan sosial tradisi Social Studies Taught as Social Science .

4.4 Perencanaan Pembelajaran PKn sebagai Pembangun Karakter Berbasis Struktur dan Kultur

a. Asumsi Pembangunan karakter di sekolah terbangun secara sinergis oleh berbagai komponen yang ada di sekolah. Guru bukan satu-satunya faktor pembangun karakter peserta didik melalui proses pembelajaran di dalam kelas. Faktor kepemimpinan kepala sekolah dan kultur sekolah memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan karakter peserta didik. Sebagai mata pelajaran yang mempunyai misi membentuk warga negara yang cerdas dan baik smart and good citizenship, sudah selayaknya muatan- muatan pembangunan karakter mendapatkan prioritas utama dalam proses pembelajarannya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi. Peran guru menjadi sangat penting dalam menata manajemen pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dengan memberdayakan seluruh potensi yang ada di lingkungan sekolah. Hal ini mengingat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar masih sangat miskin ruh pembangunan karakter pada peserata didik, baik dalam hal kandungan materi pada silabus maupun proses pembelajarannya di dalam kelas. Secara sinergis pendekatan struktural melalui kepemimpinan kepala sekolah dan pendekatan kultural melalui kultur sekolah dapat dijadikan model yang prima dalam manajemen pembelajaran PKn sebagai pembangun karakter bagi siswa di sekolah. Secara operasional, sinergisitas antara pendekatan struktural dan pendekatan kultural diimplementasikan dalam serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian manajemen pembelajaran PKn sebagai pembangun karakter.

b. Perencanaan

Dalam proses merencanakan pendidikan karakter di sekolah sangat bergantung dari komitmen kepemimpinan kepala sekolah yang mempunyai visi membangung karakter siswanya. Hal ini dapat berimplikasi pada sekolah yang bervisi “Membina dan mengembangkan siswa berkarakter yang sesuai dengan nilai-nilai luhur kepribadian bangsa ”. Visi ini dituangkan dalam misi, tujuan, strategi pengembangan serta indicator ketercapaian yang mendukung upaya membangun karakter sehingga akan tercipta lingkungan sekolah yang kondusif dalam membangun karakter siswa. Penciptaan kultur sekolah yang kondusif dapat membentuk guru dan staf sekolah sebagai model panutan model of rule bagi siswa. Seorang guru diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi siswa sehingga mereka dapat menyukai pada kebajikan. Apabila siswa mencintai gurunya, maka segala ucapan dan tindakan guru akan diikuti oleh siswanya. Mereka akan bersemangat mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Sebagai model panutan dalam membangun karakter, guru sebagai pendidik tidak sekadar mempunyai kemampuan merancang pembelajaran, mengaplikasikan metode pembelajaran, menyiapkan media dan sumber belajar, serta menyusun alat evaluasi yang berbasiskan nilai-nilai Pancasila tetapi ia juga harus mempunyai pengalaman-pengalaman praktis yang diperoleh dari pelatihan, penelitian, serta pengabdian. Kegiatan-kegiatan ini perlu difasilitasi oleh Dinas Pendidikan kotakabupaten dan perguruan tinggi. Dari kegiatan tersebut guru akan mempunyai kecakapan dalam manajemen pembelajaran, manajemen kelas, serta manajemen sekolah yang berbasiskan nilai-nilai Pancasila. Dalam tahap perencanaan ini dilakukan pula identifikasi pokok pembelajaran yang menunjang pencapaian membangun karakter siswa dengan mempertimbangkan: 1. potensi siswa 2. relevansi dengan karakteristik daerah 3. relevansi dengan kebutuhan siswa dan tuntutan lingkunganmasyarakat 4. tingkat perkembangan fisik, emosional, sosial, cultural, dan spiritual siswa 5. alokasi waktu 6. kebermanfaatan bagi siswa Dari komitmen kepemimpinan kepala sekolah ini dapat membentuk siswa yang berkarakter. Setelah dapat terbentuk siswa yang berkarakter, orang tua dan masyarakat mempunyai peran yang sangat strategis dalam mengontrol perilaku putra-putrinya dalam kehidupan di keluarga dan di masyarakat. Hal-hal yang diperhatikan dalam mengorganisasikan kegiatan pembelajaran membangun karakter siswa yaitu: 1. kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan bantuan kepada siswa, khususnya gur agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara professional 2. kegiatan pembelajaran dirancang memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai karakter prima 3. merumuskan prinsip pembelajaran yang digunakan sebagai arah dalam pencapaian indicator karakter siswa 4. merumuskan sistem penilaian yang disesuaikan dengan pengalaman belajar dengan menggunakan pendekatan tugas obervasi lapangan.

c. Pelaksanaan