47
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL
Kajian teoritis dan kajian pengembangan model yang digunakan dalam penelitian ini mencakup 1 Pembelajaran Pembangunan Karakter dalam
Perspektif Manajemen Pendidikan, 2 Pembelajaran sebagai Suatu Sistem, 3 Pendidikan Kewarganegaraan dan Pembangunan Karakter, 4 Teori yang
Mendasari Pembelajaran sebagai Pembangun Karakter, 5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn sebagai Pembangun Karakter, 6 Temuan-
temuan Penelitian Terdahulu, 7 Pengembangan Model Pembelajaran PKn sebagai Pembangun Karakter, 8 Kerangka Konseptual dan Alur Penelitian,
9 Hipotesis Penelitian.
2.1 Pembelajaran Pembangunan Karakter dalam Perspektif
Manajemen Pendidikan
Terminologi manajemen kerapkali dipandang sebagai ilmu, dan sebagai strategi. Manajemen dikatakan sebagai ilmu oleh karena dipandang sebagai
suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur
orang lain menjalankan dalam tugas. Sedangkan sebagai strategi, karena manejemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi
manajer, dan para profesional yang dituntun oleh suatu kode etik.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok berupa: Perencanaan Planning, Pengorganisasian Organizing, Pemimpinan
Leading, dan Pengawasan Controlling. Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Aspek perencanaan berfungsi untuk menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan
dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, menentukan strategi, kebijakan, taktik dan program.
Semua itu dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah. Aspek pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan
struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam fungsi garis, staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang, dengan
struktur horizontal dan vertikal. Aspek pemimpin menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana orang
lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama. Sedangkan aspek pengawasan meliputi
penentuan standar, supervisi dan mengukur penampilanpelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Produk
dari aspek pengawasan ini sangat erat kaitannya dengan perencanaan, oleh karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur.
Manajemen tidak hanya dipandang sebagai ilmu, melainkan juga sebagai seni. Adalah Stoner 2006:15 menyatakan bahwa manajemen sebagai seni
untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang. Dia menegaskan ”The art of getting things done through people”
. Definisi ini perlu mendapat perhatian karena berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan
cara mengatur orang lain. Hal senada juga diungkapkan Botinger 2005:23, manajemen sebagai suatu seni membutuhkan tiga unsur, yaitu: pandangan,
pengetahuan teknis, dan komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen. Oleh karena itu, keterampilan perlu dikembangkan melalui
pelatihan manajemen, seperti halnya melatih seniman. Pada masa yang akan datang ada kemungkinan bidang manajemen akan lebih banyak menyerupai
seni daripada ilmu. Semakin banyak belajar tentang manajemen, dalam banyak hal dapat memperoleh informasi tentang seperangkat tindakan.
Demikian pula dalam hal hubungan antar manusia, struktur sosial, dan organisasi menuntut seorang manajer memahami ilmu perilaku yang
mendasari manajemen. Akan tetapi, sebelum pengetahuan tersebut dikuasai, manajer harus bergantung pada intuisinya sendiri karena informasi tidak
memadai dan melakukan penilaian sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meskipun banyak aspek manajemen telah menjadi ilmiah,
tetapi masih banyak unsur-unsur manajemen yang tetap merupakan kiat tersendiri seorang manajer.
Menurut Wikipedia 2007:176 dikatakan bahwa prinsip-prinsip umum dalam manajemen terdiri dari 1 pembagian kerja sesuai dengan kemampuan
dan keahlian, 2 wewenang dan tanggung jawab pekerjaan yang diikuti pertanggungjawaban, 3 disiplin yang berupa ketaatan dan kepatuhan
terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab, 4 kesatuan perintah dalam melaksanakan pekerjaan, 5 kesatuan pengarahan menuju sasaran,
6 mengutamakan organisasi di atas kepentingan sendiri, 7 penggajian pegawai yang menumbuhkan kedisiplinan dan kegairahan kerja, 8
pemusatan wewenang menuju pemusatan tanggung jawab, 9 hirarki puncak dan bawahan, 10 ketertiban dalam melaksanakan tugas, 11 keadilan dan
kejujuran moral karyawan, 12 stabilitas kondisi karyawan, 13 prakarsa mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan baik,
dan 14 semangat kesatuan. Dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen tersebut seorang
manajer akan melakukan seluruh kegiatannya dengan berpijak pada tahapan- tahapan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian Terry
dalam Handoko, 1998:78; Wikipedia, 2007:176. Fungsi manajemen yang meliputi tahap-tahap tersebut akan selalu dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Pencapaian suatu tujuan pada sebuah organisasi atau lembaga
memerlukan anasir manajemen, yang memerlukan pemberdayaannya secara simultan. Anasir manajemen tersebut dikenal dengan 6M yaitu men, money,
materials, machines, methods, dan market Wikipedia, 2007:135.
Kendatipun anasir manajemen terdiri atas berbagai elemen, akan tetapi elemen manusia men merupakan unsur yang paling menentukan dalam
manajemen. Manajemen timbul karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang
melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja Rachman,
2007:142. Unsur uang money merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan dalam manajemen. Besar kecilnya hasil kegiatan diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan, karena uang merupakan pengukur nilai
sebuah organisasi. Oleh karena itu, uang merupakan sarana yang penting untuk mencapai tujuan organisasi.
Selanjutnya unsur material merupakan bahan yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu kegiatan. Dalam dunia usaha, untuk mencapai hasil
yang baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus menggunakan bahanmateri sebagai salah satu sarana. Manusia dan materi
tidak dapat dipisahkan, tanpa materi organisasi sulit mencapai tujuan. Sedangkan unsur mesin merupakan sarana yang dapat membawa kemudahan
dalam mencapai keuntungan. Dalam sebuah perusahaan, mesin sangat diperlukan agar terjadi efisiensi kerja. Selanjutnya unsur metode methode
merupakan cara-cara kerja. Metode ini digunakan dalam penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas yang memberikan berbagai pertimbangan
kepada sasaran, fasilitas, waktu, dan uang dalam kegiatan usaha. Dari seluruh anasir manajemen, pada akhirnya unsur manusia yang
menjadi core dari proses-proses manajemen. Begitu juga dalam konteks
manajemen pendidikan, anasir manusia menjadi pusat dari seluruh kegiatan manajemen pendidikan. Hal ini disebabkan karena manusia adalah salah satu
bidang garapan manajemen, dan sekaligus juga menjadi sasaran bidang pendidikan. Oleh karena itu, di dalam proses pendidikan manusialah yang
menjadi fokus garapannya guna mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Menurut Mulyasa 2004:48 manajemen pendidikan adalah suatu proses pengembangan kegiatan kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengembangan kegiatan tersebut mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan; sebagai
suatu proses untuk mewujudkan visi menjadi aksi. Oleh karena itu kerangka kerja manajemen secara umum diterapkan juga dalam manajemen pendidikan,
baik anasir maupun fungsi-fungsinya. Oleh karena manajemen merupakan serangkaian kegiatan dalam
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya untuk mengatur dan mendayagunakan sumber
daya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan Handoko, 1998; Hersey dan
Blanchard, 1996; Stoner, 1986; Sugiyono, 2002; Sudjana, 2004, maka begitu juga halnya dengan manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan
merupakan penataan, pengelolaan, pengaturan, dan kegiatan-kegiatan lain sejenisnya yang berkenaan dengan lembaga pendidikan beserta segala
komponennya dan dalam kaitannya dengan pranata dan lembaga lain
Sudjana, 2004:137. Dengan demikian, manajemen pendidikan adalah proses untuk mencapai tujuan pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Manajemen pembelajaran di kelas yang merupakan fokus kajian dalam
penelitian ini, merupakan salah satu aspek kajian dalam manajemen pendidikan, khususnya adalah manajemen persekolahan. Sekolah merupakan
ujung tombak pelaksanaan kurikulum, yang diwujudkan melalui proses pembelajaran, guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Agar proses
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien, dengan memberdayakan potensi yang ada di sekolah, maka diperlukan kegiatan
manajemen program pembelajaran. Yaitu keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pembelajaran
terlaksana secara efektif dan efisien. Menurut Susilo 2007:32, terdapat tiga dimensi penting dalam
manajemen persekolahan, yaitu dimensi organisasi, dimensi komponen pendidikan, dan dimensi proses. Dimensi organisasi berkenaan dengan
struktur, kultur, dan teknologi, dimensi komponen pendidikan mencakup pendidik, peserta didik, kurikulum, biaya, sarana, dan sejenisnya, sedangkan
dimensi proses berkenaan dengan proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas, termasuk di dalamnya proses pembimbingan, pelatihan, dan
semacamnya. Secara substansial manajemen pembelajaran ini terjadi pada dimensi proses pendidikan di dunia persekolahan.
Sebagai sebuah proses manajemen, pembelajaran di dalam kelas haruslah terbangun dari seluruh pentahapan secara komprehensif, mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, sampai pada evaluasi pengendalian; yang merupakan pilar-pilar dari manajemen
pendidikan. Dalam kajian ini, mainstream-nya adalah bagaimana pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat dijadikan wahana
Pembangunan Karakter bagi peserta didik.
2.2 Pembelajaran sebagai Suatu Sistem