Dalam kalimat diatas, pemberian kategori apa pun tidak menambah informasi khalayak mengenai siapa Antasari sebenarnya, hal menarik justru
bagaimana kategori yang dipakai oleh wartawan dapat menunjukkan hendak dibawa kemana berita mengenai kasus pembunuhan Nasrudin.
Informasi seperti “pria yang gemar tampil berjas atau berkemeja batik warna cerah” secara tidak langsung mengasosiasikan kedalam benak khlayak
bahwa setiap pria yang gemar tampil berjas atau berkemeja batik warna cerah identik dengan hal yang baik penuh dengan Nasionalisme, seolah menggambarkan
bahwa tidak mungkin Antasari melakukan perbuatan yang sangat tidak manusiawi dengan melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen.
Dilihat dari penampilan yang menunjukkan rasa Nasionalisme dan cinta tanah air dengan mengenakan batik yang merupakan kain khas bangsa Indonesia,
bukan merupakan jaminan bagi siapapun bahwa seorang yang mengenakan kain khas dari pulau Jawa tersebut merupakan orang yang baik..tidak ada
mencerminkan sesuatu yang buruk.
4.1.3. Edisi : 4-10 Mei 2009 Terimbas Misi Pelenyapan
Dikenal dekat dengan Antasari Azhar, Sigid Haryo Wibisono ditangkap karena diduga terlibat pembunuhan Nasrudin. Diduga ia penyedia dana.
Ruang kerja di lantai tiga Graha Merdeka di Jalan Ampera Raya 6, Jakarta Selatan, itu tak lagi disentuh pemiliknya. Rabu pekan lalu, Sigid Haryo Wibisono,
si empunya, ditangkap sejumlah aparat Kepolisian Daerah Metro Jaya di rumah- nya, di Jalan Patiunus, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ini sangat mengejutkan,
saya tidak menduga sama sekali, ujar Mulyana W. Kusumah, kriminolog yang kini menjadi pemimpin redaksi harian Merdeka, portal berita Merdeka News, dan
majalah Maestro.
Universitas Sumatera Utara
Semua penerbitan itu berada di bawah payung PT Pers Indonesia Merdeka. Inilah perusahaan anyar milik Sigid. Di perusahaan yang berdiri sejak pertengahan
April 2008 itu, Sigid menjadi komisaris utama. Di sini bergabung pula mantan wartawan Kompas Julius Pourwanto, sebagai komisaris dan wakil pemimpin
umum harian Merdeka. Jika datang ke kantornya-Graha Merdeka-Sigid lebih kerap mengendarai Land Rover hijaunya. Di belakangnya, dua pengawal
membuntutinya dengan Nissan Terrano.
Sebelum mendirikan PT Pers Indonesia Merdeka, Sigid memiliki sejumlah perusahaan, seperti PT Multi Primarasa Sejatidan PT Mulya Sentra Eka Mandiri
Jakarta. Perusahaan itu antara lain bergerak di bidang perdagangan dan industri. Dilahirkan di Semarang 43 tahun silam, Sigid datang dari keluarga militer.
Ayahnya, Mardiyo, pernah menjabat Kepala Staf Kodam Diponegoro dengan pangkat terakhir brigadir jenderal. Ibunya, Tatik Mardiyo, masih kerabat Tien
Soeharto, istri mantan presiden Soeharto. Sigid adalah bungsu dari tujuh anak pasangan Mardiyo-Tatik.
Nama Sigid mencuatpada 2007 ketika ia meloncat dari Partai Golkar ke Partai
Kebangkitan Bangsa. Ia pernah menjabat Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Jawa Tengah. Di Partai Kebangkitan Bangsa, ia sempat
duduk di jajaran Dewan Syura. Kepada wartawan, saat itu, Gus Dur menyatakan dirinyalah yang merekomendasikan sarjana ekonomi dari Universitas Diponegoro
itu masuk PKB.
Sigid juga pernah menjadi Wakil Ketua Sementara PKB Jawa Timur. Ke- hadirannya memantik kontroversi. Ia dianggap otak pembekuan PKB Jawa Timur.
Tapi, saat itu, Wakil Ketua PKB Niam Salim menolak tudingan tersebut. Ada yang menyebutkan Sigid cepat mencuat di PKB karena kedekatannya dengan
putri Gus Dur, Yenny Wahid. Tapi, kepada Tempo, saat itu, Yenny menyatakan hubungannya dengan Sigid murni profesional dan untuk urusan kepartaian.
Keluwesannya bergaul membuat Sigid tak hanya memiliki jaringan di ka- langan politikus, tapi juga dengan pengusaha dan pejabat pemerintah. Alumnus
Lembaga Ketahanan Nasional ini juga tereatat sebagai anggota staf khusus Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah. Ia kerap mewakili Menteri memberikan
bantuan sosial di sejumlah daerah.
Perkenalannya dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar, menurut sumber Tempo, sudah terjadi jauh hari sebelum Antasari masuk
Komisi. Kedua orang ini, ujar sumber Tempo, kerap bertemu di Hotel Grand Mahakam, Jakarta Selatan. Sumber Tempo menduga kuat Sigid terlibat
pelenyapan Nasrudin dalam urusan penyediaan dana operasi. Karena selama ini dia juga banyak mendapat bantuan dari Antasari, ujar sumber tersebut. Antasari
juga mengaku mengenal Sigid. Komisi Pemberantasan Korupsi, kata Antasari, pernah menerima tawaran dari harian Merdeka untuk membuat kerja sama yang
berkaitan dengan kinerja Komisi.
Kepada Tempo pekan lalu, Sigid E.S. Mardeo, kakak Sigid, meragukan adiknya terlibat pembunuhan Nasrudin. Kendati demikian, Sigid Mardeo namanya
memang sama dengan sang adik mengakui adiknya itu sudah lama mengenal Antasari. “Persisnya sejak kapan saya tidak tahu, tapi sudah lama.”Penangkapan
Sigid tak pelak membuat keluarga besar Mardiyo terkejut. “Ibu syok,” ujar Sigid Mardeo.
Universitas Sumatera Utara
Kasus berat yang membelit Sigid bisa jadi akan berdampak terhadap nasib bisnis persnya yang baru seumur jagung. “Karena beliau owner, tentu akan
berpengaruh pada Merdeka ke depannya,” kata Mulyana. L.R. Baskoro
Analisis
Pada edisi ini Tempo memuat berita tentang Sigid Haryo Wibisono Komisaris utama PT Pers Indonesia Merdeka mengenai keterlibatan dengan kasus
pembunuhan Nasrudin. Narasumber pada pemberitaan tersebut yaitu Mulyana W. Kusumah pemimpin redaksi harian Merdeka, portal berita Merdeka News, dan
majalah Maestro, sumber Tempo, dan Sigid E.S. Mardeo, kakak Sigid.
Dalam berita ini terjadi satu proses inklusi yaitu :
1. Indiferensiasi-Deferensiasi
Indiferensiasi Sumber Tempo menduga kuat Sigid terlibat
pelenyapan Nasrudin dalam urusan penyediaan dana operasi.
Deferensiasi Sumber Tempo menduga kuat Sigid terlibat
pelenyapan Nasrudin dalam urusan penyediaan dana operasi. “Karena selama ini dia juga banyak
mendapat bantuan dari Antasari,”
Dalam Pemberitaan diatas, dilihat dari kalimat pertama jelas dikatakan Sumber Tempo menduga kuat Sigid terlibat pelenyapan Nasrudin dalam urusan
penyediaan dana operasi, sementara kalimat kedua ditampilkan fakta mengenai
Universitas Sumatera Utara
Antasari yang banyak memberi bantuan kepada Sigid. Kalimat kedua ini secara tidak langsung membedakan antara Antasari dan Sigid, dimana Sigid lebih kepada
orang yang dimarjinalkan dengan kalimat “Karena selama ini dia juga banyak mendapat bantuan dari Antasari,” sedangkan Antasari ditampilkan secara baik
dimana Antasari merupakan seorang yang dermawan dan banyak membantu orang sekitarnya dengan demikian khalayak akan menerima bahwa Sigid yang tidak
jarang mendapat bantuan dari Antasari terlibat dalam pelenyapan Nasrudin dalam urusan penyediaan dana operasi.
4.1.4. Edisi : 11-17 Mei 2009 Bukan Sekadar Gadis Caddy