Edisi : 11-17 Mei 2009 Golf Penghabisan

tersebut akan mengakibatkan, pertama aktorpelaku utama hilang dari pemberitaan. Wartawan dan khalayak pembaca lebih memperhatikan dan tertarik untuk melihat korban daripada pelaku. Padahal, seperti dalam berita penembakan tersebut, pelaku utamaotak pembunuhan adalah hal yang sangat penting, yang sebetulnya layak diketahui oleh pembaca. Kedua, bentuk kalimat pasif yang menghilangkan pelaku dari kalimat juga bisa membuat khalayak pembaca tidak kritis. Orang hanya terpikir kepada pelaku eksekusi yang merupakan korban daripada pelaku utama pembunuhan Nasrudin. Kalimat diatas juga memarjinalkan para tersangka pelaku pembunuhan dengan menghilangkan para pelaku yang menjadi otak pembunuhan tersebut.

4.1.5. Edisi : 11-17 Mei 2009 Golf Penghabisan

Pada edisi ini majalah mingguan Tempo memaparkan mengenai gambaran kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Bermula dari Padang Golf Meodernland, Kota Tangerang, Banten, sampai dengan penangkapan para tersangka. Dapat dilihat dari awal kejadian sebagai berikut: Sabtu pertengahan Maret lalu, Nasrudin Zulkarnaen, 41 tahun, menghabiskan siang seperti biasa: main golf di Padang Golf Modernland, Kota Tangerang, Banten. Itulah olahraga golfnya yang terakhir. 1. Sekitar pukul 14.00, Nasrudin keluar dari padang golf dengan BMW abu- abu metalik B-191-E. la duduk di kursi belakang kiri. 2. Di Jalan Hartono Raya, laju kendaraan melambat karena terhadang polisi tidur. Sopir Nasrudin, Parmin, tahu betul. 3. Menjelang polisi tidur ketiga, sekitar 900 meter atau lima menit dari gerbanggolf, Parmin kembali memperlambat mobilnya. Lalu... Universitas Sumatera Utara 4. Dor, dor Ketika ban depan BMW menaiki po lis i t idur, dari sisi kiri, Daniel Daen yang dibonceng Heri Santoso di atas Yamaha Scorpio melepaskan dua tembakan: satu mengenai kepala, satu lagi leher. 5. Parmin menengok ke arah majikannya setelah mendengar tembakan itu. Nasrudin terkulai dengan kepala bersimbah darah. Parmin melihat sebuah motor melesat di sebelah kiri mobilnya. la keluar dari mobil dan berteriak minta tolong. Karena saat itu jalan sepi, is masuk lagi ke mobil. 6. Parmin balik arah menuju Rumah Sakit Mayapada, 200-an meter dari lokasi penembakan. Setiba di Mayapada, majikannya sudah tak sadar. Keesokan harinya, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, Nasrudin Zulkarnaen meninggal. Order Mengalir Terlalu Jauh TIM pembunuh Nasrudin Zulkarnaen dibuat dengan sistem sel. Tak kurang dari sepuluh nama diduga terlibat. Inilah rantai komando tim ini: Nasrudin Zulkarnaen, 41 tahun merupakan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, cucu PT Rajawali Nusantara Indonesia RNI. Pernah berteman, lalu bermusuhan gara-gara memergoki Rhani bersama Antasari. Kemudian menikah siri dengan Rhani Juliani, 22 tahun dengan perkenalan saat bermain golf, jauh sebelum Rhani jadi istri Nasrudin. Antasari Azhar, 56 tahun Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, diduga sebagai pemberi perintah pembunuhan Nasrudin. Wiliardi Wizar, 49 tahun diduga sebagai pencari eksekutor, polisi berpangkat komisaris besar ini mantan Kepala Polres Jakarta Selatan. Sigid Haryo Wibisono, 43 tahun diduga menjadi penyandang dana, sarjana ekonomi ini adalah Komisaris Utama PT Pers Indonesia Merdeka. la memberikan uang Rp 500 juta kepada Wiliardi. Jerry Hermawan LA, 52 tahun pendidikan SMA, pekerjaan swasta, diduga mempertemukan Wiliardi dengan Eduardus di Hailai, Ancol, Jakarta Utara. Eduardus Ndopo Mbete, 38 tahun berasal dari Ende, Lio, Flores, sarjana ini diduga menjadi ujung tombak Wiliardi dengan para tersangka eksekutor. Wiliardi menyerahkan Rp 500 juta kepada Eduardus di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan. Eduardus tidak mencampuri dan mengenal para eksekutor. Sebaliknya, para eksekutor juga tidak mengenal Eduardus. Hendrikus Kia Walen, 37 tahun sarjana ekonomi asal Flores Timur. Sekuriti toko ini diduga pemberi order kepada Fansiskus. Dibayar Rp 180 juta. FranslskusTadon Kerans, 38 tahun Sekuriti PT Yasun Litex kelahiran Flores Timur. Dia diduga menjadi koordinator lapangan serta pembeli senjata api. Dibayar Rp 50 juta. Sei, Buron. Dibayar Rp. 30 juta. Heri Santoso, 34 tahun Pengangguran kelahiran Bogor dan lulusan STM penerbangan. Diduga menjadi joki motor yang dinaiki Daniel. Dibayar Rp. 70 juta. Daniel Daen, Lulusan SD yang menjadi sekuriti toko buah ini diduga menjadi penembak Nasrudin. Pria kelahiran Flores Timur ini dibayar Rp. 70 juta. Dalam berita ini terjadi beberapa proses inklusi yaitu : 1. Nominasi- Kategorisasi Universitas Sumatera Utara Nominasi Daniel Daen diduga menjadi penembak Nasrudin. Kategorisasi Daniel Daen, lulusan SD yang menjadi sekuriti toko buah ini diduga menjadi penembak Nasrudin. Kalimat pemberitaan diatas, memiliki arti yang sama yaitu Daniel Daen diduga menjadi penembak Nasrudin. Kalimat kedua dengan kategori “lulusan SD yang menjadi sekuriti toko buah ini ”, secara tidak langsung mengasosiasikan ke dalam benak khalayak bahwa seorang yang berpendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar identik dengan kriminalitas. 2. Nominasi-Kategorisasi Nominasi Heri Santoso, diduga menjadi joki motor yang dinaiki Daniel. Dibayar Rp. 70 juta. Kategorisasi Heri Santoso, 34 tahun Pengangguran kelahiran Bogor dan lulusan STM penerbangan. Diduga menjadi joki motor yang dinaiki Daniel. Dibayar Rp. 70 juta. Pada kalimat diatas memiliki kesamaan dengan kalimat yang ada pada pembahasan nomor satu, yaitu kalimat yang diberi kategorisasi. Dalam pembahasan berikut kita dapat melihat kalimat kedua yang memiliki kategorisasi dengan kalimat “34 tahun, Pengangguran kelahiran Bogor dan lulusan STM Universitas Sumatera Utara penerbangan”. Kalimat tersebut memberikan suatu persepsi kepada khalayak bahwa seorang pengangguran yang memiliki pendidikan hanya sampai pada tingkat STM memiliki kecendrungan atau dekat sekali untuk melakukan tindak kriminalitas.

4.1.6. Edisi : 11-17 Mei 2009