Edisi : 4-10 Mei 2009 AKIBAT PESONA GADIS GOLF

g. Asosiasi-Disasosiasi, yaitu aktor ditampilkan sendiri atau aktor di tampilkan dengan menghubungkan kelompok lain yang lebih besar.

4.1 Data dan Analisis Majalah Mingguan Tempo

4.1.1 Edisi : 4-10 Mei 2009 AKIBAT PESONA GADIS GOLF

Ketua komisi pemberantasan korupsi, Antasari Azhar, diperiksa karena terkait kasus pembunuhan terhadap direktur PT. Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen. Selain dicekal, ia juga dinonaktifkan dari kpk. DUA kendaraan itu melaju ke Tangerang, Banten. Sore itu, Jumat pekan lalu, sekitar pukul 15.00, empat penumpangnya, para pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, memiliki janji bertemu dengan orang yang pekan-pekan ini paling banyak mendapat sorotan media: Antasari Azhar, ketua mereka sendiri. Tiba di rumah Antasari, di kompleks Giri Loka II di Jalan Gunung Bromo, Bumi Serpong, empat orang tersebut, Chandra Hamzah, Muhammad Yasin, Bibit Samad Riyanto, dan Haryono Umar, segera menuju salah satu ruang di lantai satu, tempat pertemuan itu digelar. Hari itu tuan rumah tengah terkena flu berat. Mengenakan kaus berkerah cokelat, Antasari segera memimpin pertemuan itu. Sesekali ia menyeka hidungnya. Matanya sembap. “Intinya, dia menyatakan untuk sementara tidak bisa meneruskan pekerjaannya di KPK,” ujar sumber Tempo yang mengikuti pertemuan itu. Sejumlah kerabat Antasari juga ikut dalam pertemuan. Wajah mereka terlihat tegang. Rapat itu tak berlangsung lama. Tak lebih dari dua jam. Para tamu itu juga menanyakan perihal keterlibatan Antasari dalam kasus pembunuhan terhadap Nasrudin Zukarnaen, Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran, anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia. “Tapi ketua membantah semua,” kata Johan Budi, juru bicara Komisi. Akhirnya rapat yang berlangsung sekitar dua jam sejak pukul 16.00 menyepakati penonaktifan Antasari sebagai ketua Komisi. Sore itu KPK langsung menggelar konferensi pers. Wakil Ketua KPK Chandra Hamzah mengumumkan, sejak hari itu Antasari berstatus nonaktif. “Pelaksana harian pimpinan KPK akan diemban oleh empat pimpinan KPK secara periodik,” ujar Chandra. Menurut Chandra, untuk sementara, Antasari tidak akan ikut dalam pengambilan keputusan dan kebijakan di KPK. “Apa yang menimpa Ketua KPK kami serahkan kepada penyidik kepolisian untuk mengungkapkan apa sebenarnya terjadi.” Sementara itu, sekitar satu jam sebelumnya, berita penting muncul dari juru bicara Kejaksaan Agung, Jasman Panjaitan. Kepada para wartawan, Jasman menyatakan status Antasari sudah menjadi tersangka. Kejaksaan, kata Jasman, telah menerima surat pemberitahuan bersifat rahasia dari Markas Besar Kepolisian, yang menyatakan polisi sedang melakukan penyidikan terhadap kasus pembunuhan Zulkar- naen, dengan salah satu tersangkanya Antasari Azhar. Jaksa Agung Muda Intelijen Wisnu Subroto juga menyatakan pihaknya, Universitas Sumatera Utara menurut permintaan polisi, sudah meminta Direktorat Imigrasi mencekal Antasari: Menurut Direktur Penindakan dan Penyidikan Keimigrasian, R. Muchdor, pencekalan Antasari dilakukan sejak Kamis pekan lalu. “Kami langsung memerintahkan petugas lapangan menutup semua check point,” kata Muchdor. Namun perihal status Antasari itu dibantah keras Ari Yusuf Amir, pengacara Antasari. “Status Antasari masih saksi,” ujarnya. Status itu, menurut Ari, tertera dalam surat panggilan Antasari ke Polda Metro Jaya untuk pemeriksaan pada Senin pekan ini. Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar M. Irawan, juga menyatakan hal serupa. “Masih saksi.” Tersangkutnya nama Antasari dalam kasus pembunuhan Nasrudin meruyak setelah polisi, pekan lalu, secara berturut-turut menangkap Sembilan tersangka pelakunya. Pembunuhan yang terjadi pada pertengahan Maret lalu itu diyakini polisi dilakukan para penembak jitu. Dua tembakan yang dimuntahkan di tengah keramaian di kawasan Modernland, Tangerang-saat Nasrudin baru pulang bermain golf tepat mengenai kepala pria 41 tahun itu. Tersangka pertama dibekuk di Tanjung Priuk, Rabu pekan lalu, ketika hendak pulang ke Ambon. Dari tangan pria berbadan gelap yang mengaku sehari- hari tukang ojek itu, polisi menemukan sepucuk pistol jenis revolver. Dari sinilah, terungkap anggota lain “tim” pembantai itu. Hari itu juga tim buru sergap Polda Metro membekuk empat tersangka lainnya. Mereka dua eksekutor yang mengendarai sepeda motor Yamaha Scorpio dan “tim penghalang” mobil Nasrudin yang mengendarai Toyota Avanza. Menurut sumber Tempo, dua eksekutor itu sudah sangat terlatih. Dari keterangan para pelaku lapangan inilah polisi memperoleh informasi siapa pemberi order dan dananya. Dari sanalah terendus peran sejumlah tokoh penting seperti Sigid Haryo Wibisono, Komisaris Utama PT Pers Indonesia Merdeka, yang menerbitkan harian Merdeka. Sigid ditangkap di kediamannya di Jalan Patiunus 16, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu dini hari pekan lalu. Menurut seorang polisi, pengusaha ini diduga sebagai penyandang dana. Selain menangkap Sigid, polisi kemudian juga memeriksa seorang perwira menengah yang diduga ikut berperan sebagai perekrut pelaku sekaligus pembagi dananya. Tapi sumber Tempo membantah pemberitaan yang menyebut perwira tersebut ditangkap. “Dia dipanggil dan menghadap,” ujarnya perihal perwira yang disebut-sebut pernah menjabat Kapolres Jakarta Selatan dan Tangerang itu. Menurut sumber itu, upah pembayarannya sebenarnya sekitar Rp 500 juta. “Tapi yang dibagikan Rp 250 juta.” Polisi sendiri tampaknya menutup mulut rapat-rapat perihal nama perwira ini. Ketika Tempo menyebut nama perwira berinisial W berpangkat komisaris besar itu. Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Inspektur Jenderal Oegroseno mengunci mulutnya. “Semua masih di Badan Reserse Kriminal,” katanya pendek. Selama dua hari polisi memeriksa para tersangka yang kini mendekam di tahanan Polda Metro itu. Dari sinilah, menurut seorang polisi, muncul nama “AA”: Antasari Azhar. SUMBER Tempo lain menyebut, nama “AA” sebenarnya sudah muncul pada Maret lalu, sekitar sepekan setelah tewasnya Nasrudin. “Itu dari pengakuan dalam berita acara pemeriksaan Rani Juliani,” ujar sumber Tempo yang dekat dengan polisi tersebut. “Polisi saat itu sudah mulai curiga, ini soal perempuan,” ujar sumber itu. Menurut sumber itu, pangkal terjadinya kasus itu lantaran kejengkelan An- Universitas Sumatera Utara tasari terhadap Nasrudin. Sebelumnya, Nasrudinlah yang memperkenalkan Tika, panggilan akrab Rani Juliani, perempuan yang sehari-hari sebagai caddy di Padang Golf Modernland ini, kepada Antasari. Antasari dan Nasrudin sama-sama member di sana. Belakangan Nasrudin marah karena Tika, perempuan yang sudah dinikahinya secara siri itu, dilecehkan Antasari. “Atas gangguan itu, Nasrudin berencana mem-blow up ke masyarakat,” ujar Jeffry Lumempouw, pengacara keluarga Nasrudin. Soal nikah siri ini, Andi Syamsudin, adik Nasrudin, mengata- kan dirinya tidak tahu. Menurut Jeffry, pada Februari lalu, Nasrudin menunjukkan sebuah SMS dari Antasari. Isinya meminta Nasrudin tidak melakukan hal itu. “Adanya SMS itu mengarah ke peringatan buat Nasrudin,” kata Jeffry. Anggota tim advokasi kasus Nasrudin, Boyamin Saiman, membenarkan soal perempuan sebagai pemicu perselisihan antara Antasari dan Nasrudin. Ia juga mengakui ada SMS yang dikirim Antasari. Isinya memang bernada ancaman. Di antaranya, “Jika dibeberkan, risiko tahu sendiri,” kata Boyamin mengutip bunyi SMS itu. Menurut dia, dari sini Antasari lantas mengeluhkan kelakuan Nasrudin ke temannya. Nah, di sini, menurut dia, ada dua kemungkinan: Antasari memang menyuruh melakukan pem- bunuhan itu atau temannya bertindak “terlalu jauh”. Tapi sumber Tempo lain menyatakan, sebenarnya pelecehan tersebut tidak ada. Menurutnya, pokok pangkalnya adalah pemerasan yang dilakukan Nasrudin. Nasrudin, yang mengetahui Antasari “berminat” terhadap Tika, justru. sengaja “mengumpankan” perempuan 22 tahun berkulit putih dan berhidung bangir ini ketika Antasari menginap di sebuah hotel. “Nasrudin mendobrak kamar itu dan menemukan bukti tentang mereka,” ujar sang sumber. Berbekal bukti inilah Nasrudin “mengganggu” Antasari. Selain meminta Antasari membantu menaikkan kariernya di Rajawali Nusantara Indonesia RNI, Nasrudin juga memeras Ketua KPK itu. Ini yang membuat Antasari jengkel dan mengeluhkan kelakuan Nasrudin kepada orang-orang dekatnya, termasuk Sigid. “Di situlah kemudian muncul rencana pembunuhan terhadap Nasrudin,” ujar sumber. Tapi sumber itu memastikan, sebenarnya dana operasi itu bukan dari Sigid. “Ada pengusaha lain yang memberinya.” Benarkah Antasari bakal terjungkal lantaran kasus seperti ini? Kepada wartawan yang menyerbu rumahnya pada Kamis malam pekan lalu, Antasari menegaskan semua itu tak benar. Ia menyebut sudah mengetahui tuduhan dirinya terlibat urusan perempuan dari Internet dan SMS. “Semua itu tidak benar,” ujarnya. Soal Nasrudin, ia mengakui mengenalnya sebagai sumber pemasok informasi kasus korupsi di RNI. “Kami justru melindunginya,”katanya. Pengacara. Antasari, Ari Yusuf Amir, juga menegaskan semua ini hanya fitnah. Dia juga membantah adanya SMS ancaman dari Antasari. “Itu bisa dikirim siapa saja.” Ari menduga ada upaya pihak tertentu di balik ini untuk melakukan pembunuhan karakter Antasari. “Mungkin ada orang yang merasa terusik atau terganggu dengan upayanya menegakkan hukum,” ujar Ari. Adapun Rani kini lenyap bak ditelan bumi. Saat Tempo mendatangi ke- diamannya di Kampung Kosong, Tangerang, Kamis pekan lalu, rumahnya kosong melompong. Menurut sejumlah tetangga, Rani dan orang tuanya sudah pindah ke Serang. Polisi sendiri masih menutup rapat-rapat perihal kaitan Antasari dalam pusaran kasus ini. Tapi Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Universitas Sumatera Utara RI, Komisaris Jenderal Susno Duaji, sudah memberikan tanda-tanda soal latar belakang kasus ini. “Berlatar belakang pribadi,” katanya. Polisi memang terlihat superhati-hati menangani kasus ini. Menurut sumber Tempo, Kepala Polri Bambang Hendarso Danuri baru memutuskan memeriksa dan mencekal Antasari setelah pekan lalu mengadakan pertemuan khusus dengan Kepala Polda Metro Jaya. Sumber Tempo di Markas Besar Kepolisian menyebutkan, kasus pem- bunuhan Nasrudin ini telah menjadi pertarungan sejumlah kepentingan. Sumber Tempo itu menyatakan, dalam hitungan hari aktor pembunuhan sebenarnya telah tercium polisi. Ini berkat informasi yang terekam dalam telepon genggam Nasrudin yang diamankan polisi. Namun kasus tersebut tak segera terungkap karena ada upaya pihak tertentu untuk meredamnya. Belakangan, menurut sumber itu, pihak yang selama ini mendapat bantuan dana dari Nasrudin mendesak pihak Polda Jaya agar mengungkap kasus ini. Mereka bahkan juga memasok informasi dan menerjunkan anggotanya membantu polisi, hingga akhirnya kasus ini pun berputar kencang kembali dan memunculkan kabar mengejutkan itu: Antasari tersangkut. Pekan lalu, tatkala Tempo menanyakan kebenaran informasi ini, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Pol. Abubakar Nataprawira, menggelengkan kepala. “Saya belum tahu soal itu,” katanya. Yang pasti, ujarnya, polisi tidak pernah berniat menghentikan kasus ini. LRB, Ramidi, Rini Kustiani, Ismi Wahid, Ukky Primatantyo, Munawaroh. Analisis Pada edisi ini Tempo memuat berita tentang Ketua komisi pemberantasan korupsi, Antasari Azhar, terkait kasus pembunuhan terhadap direktur PT. Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen. Narasumber pada pemberitaan tersebut yaitu juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi, Johan Budi, Jaksa Agung Muda Intelijen, Wisnu Subroto, Wakil Ketua KPK, Chandra Hamzah, juru bicara Kejak- saan Agung, Jasman Panjaitan, Direktur Penindakan dan Penyidikan Keimigrasian, R. Muchdor, pengacara Antasari, Ari Yusuf Amir, para pelaku lapangan, pengacara keluarga Nasrudin, Jeffry Lumempouw, Anggota tim advokasi kasus Nasrudin, Boyamin Saiman. Universitas Sumatera Utara Dalam berita ini terjadi beberapa proses inklusi yaitu : 1. Nominasi-Kategorisasi Nominasi Tersangka pertama dibekuk di Tanjung Priuk, Rabu pekan lalu, ketika hendak pulang ke Ambon. Dari tangan pria berbadan gelap yang mengaku sehari-hari tukang ojek itu, polisi menemukan sepucuk pistol jenis revolver. Kategorisasi Tersangka pertama dibekuk di Tanjung Priuk, Rabu pekan lalu, ketika hendak pulang ke Ambon. Dari tangan pria berbadan gelap yang mengaku sehari-hari tukang ojek itu, polisi menemukan sepucuk pistol jenis revolver. Pada kalimat pemberitaan diatas kedua kalimat tersebut memiliki arti yang sama, yakni seorang pria tersangka pertama yang dibekuk di Tanjung Priuk, ketika hendak pulang ke Ambon, mengaku sehari-hari tukang ojek. Pada kalimat kedua dengan pemberian kategori “berbadan gelap” sama sekali tidak memberikan tambahan informasi tentang siapa sebenarnya tersangka pertama tersebut. Tetapi secara tidak langsung berita itu mengasosiasikan ke dalam benak khalayak bahwa warga yang berbadan gelap memang identik dengan kekerasan. Universitas Sumatera Utara 2. Determinasi-Indeterminasi Indeterminasi Mereka dua eksekutor Daniel Daen dan Heri Santoso yang mengendarai sepeda motor Yamaha Scorpio dan “tim penghalang” mobil Nasrudin yang mengendarai Toyota Avanza. Determinasi Mereka dua eksekutor yang mengendarai sepeda motor Yamaha Scorpio dan “tim penghalang” mobil Nasrudin yang mengendarai Toyota Avanza. Dalam pemberitaan sering kali aktor atau peristiwa disebutkan secara jelas, tetapi sering kali juga tidak jelas anonim. Anonimitas ini bisa jadi karena wartawan belum mendapatkan bukti yang cukup untuk menulis siapa sebenarnya pelaku pembunuhan Nasrudin tersebut, sehingga lebih aman untuk menulis anonim. Bisa juga karena ada ketakutan struktural kalau kategori yang jelas dari seorang aktor sosial tersebut disebut dalam teks. Apa pun alasannya, dengan membentuk anonimitas ini ada kesan yang berbeda ketika diterima oleh khalayak. Hal ini karena anonimitas, menurut van Leeuwen, justru membuat suatu generalisasi, tidak spesifik. Pada pemberitaan diatas terlihat jelas terjadi proses Determinasi-Indeterminasi. Pada Indeterminasi, disebut nama yang jelas Daniel Daen dan Heri Santoso disana arti yang ditunjuk spesifik. Tetapi ketika disebut dua eksekutor justru tidak lagi spesifik. Universitas Sumatera Utara 3. Determinasi-Indeterminasi Indeterminasi Dari keterangan Daniel Daen dan Heri Santoso para pelaku lapangan inilah polisi memperoleh informasi siapa pemberi order dan dananya. Determinasi Dari keterangan para pelaku lapangan inilah polisi memperoleh informasi siapa pemberi order dan dananya. Pada pemberitaan diatas sama dengan pemberitaan Indeterminasi- Determinasi nomor 2, aktor tidak disebutkan dengan jelas anonim, siapa sebenarnya yang menjadi pelaku lapangan. Tetapi hanya disebutkan “para pelaku lapangan”. Efek dari generalisasi ini adalah bahwa aktor yang menjadi pelaku lapangan baik yang menyusun rencana maupun yang melaksanakan rencana tersebut dapat bersembunyi dari pemberitaan, khalayak tidak mengetahui dengan jelas siapa yang menjadi pelaku utama atau pemberi order dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen tersebut serta akan membuat khalayak bertanya-tanya siapakah yang menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan tersebut. 4. Nominasi-Identifikasi Nominasi Sebelumnya, Nasrudinlah yang memperkenalkan Rhani Juliani kepada Antasari. Identifikasi Sebelumnya, Nasrudinlah yang memperkenalkan Universitas Sumatera Utara Tika, panggilan akrab Rani Juliani, perempuan yang sehari-hari sebagai caddy di Padang Golf Modernland ini, kepada Antasari Strategi wacana ini hampir mirip dengan kategorisasi, yakni bagaimana suatu kelompok, peristiwa atau tindakan tertentu didefenisikan. Bedanya dalam identifikasi, proses pendefenisian itu dilakukan dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas. Pemberian kategorisasi terhadap seseorang atau sekelompok orang seringkali mensugestikan makna tertentu karena uraianya berupa penilaian atas seseorang, kelompok, atau tindakan tertentu. Ini merupakan strategi wacana di mana satu orang, kelompok atau tindakan diberi penjelasan yang buruk sehingga ketika diterima oleh khalayak akan buruk pula. Eriyanto, 2001. Pemakaian penjelas berupa anak kalimat itu seringkali bukan hanya berupa penilaian yang subjektif mengenai diri seseorang atau tindakan, tetapi seringkali memakai label-label yang diterima apa adanya. Dengan memberi anak kalimat perempuan yang sehari-hari sebagai caddy, Rhani digambarkan secara buruk karena identik dengan seorang perempuan yang bisa dibayar, meskipun pada dasarnya caddy adalah seseorang yang dibayar dengan tarif berkisar: Rp.500.000- Rp.1.000.000 dengan tugas utama membawa tas dan memungut bola, dapat disewa untuk menemani bermain golf, tetapi karena identik dengan wanita yang muda dan cantik ditambah dengan para pemain golf yang mayoritas adalah pengusahaorang kaya, hal tersebut juga akan mempersepsikan masyarakat bahwa Rhani terlibat dalam kasus pembunuhan Nasrudin karena mengenal Antasari yang diperkenalkan oleh Nasrudin. Posisi Rhani termarjinalkan oleh pemberitaan tersebut. Padahal Rhani menjadi caddy atau tidak bukanlah alasan utama terjadinya perkenalan yang Universitas Sumatera Utara berujung pembunuhan Nasrudin. Sebagai kalimat penjelas, ada atau tidak adanya kalimat itu sama sekali tidak mempengaruhi arti kalimat yang memberitahukan penyebab terjadinya pembunuhan tersebut. 5. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Polisi sendiri tampaknya menutup mulut perihal nama perwira ini. Abstraksi Polisi sendiri tampaknya menutup mulut rapat- rapat perihal nama perwira ini. Elemen wacana ini berhubungan dengan pertanyaan apakah informasi mengenai suatu peristiwa atau aktor sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret ataukah yang ditampilkan adalah abstraksi. Dalam kalimat pertama disebut bahwa polisi menutup mulut perihal nama perwira yang menjadi tersangka kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, sedangkan kalimat kedua dengan membuat suatu yang abstrak dengan kata ”rapat-rapat”. Khalayak akan mempersepsikan lain antara yang disebut kalimat pertama dengan kalimat kedua yang dibuat dalam bentuk abstraksi. Penyebutan kalimat dalam bentuk abstraksi tersebut akan memberi wacana kepada khalayak bahwa polisi berusaha untuk tidak memberitahukan kepada publik perihal nama perwira yang terlibat dalam kasus pembunuhan Nasrudin. Hal tersebut akan menggambarkan secara buruk mengenai keberadaan polisi menangani kasus pembunuhan Nasrudin yang seperti ditutup-tutupi. Universitas Sumatera Utara 6. Deferensiasi-Indeferensiasi Deferensiasi Nah, di sini, menurut dia, ada dua kemungkinan: Antasari memang menyuruh melakukan pem- bunuhan itu atau temannya bertindak “terlalu jauh”. Indeferensiasi Nah, di sini, menurut dia, ada dua kemungkinan: Antasari memang menyuruh melakukan pem- bunuhan itu atau temannya bertindak “terlalu jauh”. Suatu peristiwa atau seorang aktor sosial bisa ditampilkan dalam teks secara mandiri, sebagai suatu peristiwa yang unik atau khas, tetapi bisa juga dibuat kontras dengan menampilkan peristiwa atau aktor lain dalam teks. Hadirnya inclusion peristiwa atau kelompok lain selain yang diberitakan itu, menurut van Leeuwen, bisa menjadi penanda yang baik bagaimana suatu kelompok atau peristiwa direpresentasikan dalam teks. Penghadiran kelompok atau peristiwa lain itu secara tidak langsung ingin menunjukkan bahwa kelompok itu tidak bagus dibandingkan dengan kelompok lain. Ini merupakan strategi wacana bagaimana suatu kelompok disudutkan dengan menghadirkan kelompok atau wacana lain yang dipandang lebih dominan atau lebih bagus, dengan membuat garis batas antara pihak “kita” dengan pihak Universitas Sumatera Utara “mereka”, kita baik sementara mereka buruk. Menurut van Leeuwen, penggambaran kita dan mereka itu adalah strategi wacana tertentu untuk menampilkan kenyataan bagaimana lewat strategi wacana tertentu satu kelompok dikucilkan, dimarjinalkan, dianggap buruk. Dalam kalimat pertama jelas dikatakan bahwa kemungkinan Antasari memang menyuruh melakukan pembunuhan, kalimat kedua temannya bertindak terlalu jauh. Kalimat yang kedua ini secara tidak langsung membedakan sikap Antasari dengan temannya. Teks ini memarjinalkan posisi temannya, dengan menampilkan seakan temannya bertindak terlalu jauh sehingga terjadi pembunuhan terhadap Nasrudin. 7. Nominasi- Kategorisasi Nominasi Nasrudin, yang mengetahui Antasari “berminat” terhadap Tika, justru. sengaja “mengumpankan” perempuan 22 tahun ini ketika Antasari menginap di sebuah hotel. Kategorisasi Nasrudin, yang mengetahui Antasari “berminat” terhadap Tika, justru. sengaja “mengumpankan” perempuan 22 tahun berkulit putih dan berhidung bangir ini ketika Antasari menginap di sebuah hotel. Dalam suatu pemberitaan mengenai aktor seseorang kelompok atau mengenai suatu permasalahan, sering kali terjadi pilihan apakah aktor tersebut Universitas Sumatera Utara ditampilkan apa adanya, ataukah yang disebut adalah kategori dari aktor sosial tersebut. Kategori ini bisa bermacam-macam, yang menunjukkan ciri penting dari seseorang: bisa berupa agama, status, bentuk fisik, dan sebagainya. Kategori itu sebetulnya tidak penting, karena umumnya tidak akan mempengaruhi arti yang ingin disampaikan kepada khalayak. Dalam pemberitaan kalimat diatas, kalimat pertama dengan kalimat kedua memiliki arti yang sama, yakni Nasrudin, yang mengetahui Antasari “berminat” terhadap Tika, justru sengaja “mengumpankan” seorang perempuan berusia 22 tahun ketika Antasari menginap di sebuah hotel. Kategori “perempuan 22 tahun, berkulit putih dan berhidung bangir” sama sekali tidak merupakan tambahan informasi yang berguna siapa sebetulnya Tika tersebut, secara tidak langsung berita itu mengasosiasikan ke dalam benak khalayak bahwa perempuan 22 tahun, berkulit putih, dan berhidung bangir identik dengan penggoda para pria sehingga seseorang akan melakukan apa saja untuk mendapatkan wanita tersebut, dan kalimat tersebut juga seolah menggambarkan cikal bakal terjadinya pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen yaitu asmara segitiga Antasari-Rhani-Nasrudin. Kategorisasi diatas jelas memarjinalkan Rhani, yang ditampilkan dengan perempuan 22 tahun berkulit putih dan berhidung bangir, padahal dengan diberi penjelasan tersebut atau tidak belum dapat dipastikan kebenarannya apakah benar Rhani merupakan penyebab terjadinya pembunuhan tersebut. Universitas Sumatera Utara 8. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Polisi memang menangani kasus ini. Abstraksi Polisi memang terlihat superhati-hati menangani kasus ini. Kalimat diatas hampir berhubungan dengan pertanyaan apakah informasi mengenai suatu peristiwa atau aktor sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret ataukah yang ditampilkan adalah abstraksi. Dalam kalimat pertama disebut bahwa polisi memang menangani kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, sedangkan kalimat kedua dengan membuat suatu yang abstrak dengan kata ”terlihat super hati-hati”. Pada dasarnya khalayak akan mempersepsikan bahwa polisi dalam mengusut kasus ini sangat hati-hati, tetapi dengan munculnya kalimat “terlihat super hati-hati”, muncul keraguan dalam benak khalayak mengenai kebenaran polisi dalam menangani kasus tersebut, karena pernyataan tersebut mengasosiasikan hal yang tidak spesifik, kelihatan hati-hati tetapi secara nyata belum dapat dipastikan kebenaran bahwa polisi memang mengusut kasus tersebut dengan hati-hati sampai berakhirnya kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen tersebut. Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Edisi : 4-10 Mei 2009 Kisah Tragis Jaksa Necis