I.2. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan penelitian yang dapat disimpulkan dari uraian latar belakang masalah adalah sebagai berikut :
” Bagaimana pemberitaan kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen ditampilkan dalam majalah mingguan Tempo ?”
I.3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar penelitian lebih fokus terhadap permasalahan yang sedang diteliti, maka perlu
dibuat pembatasan permasalahan sebagai berikut : 1.
Penelitian hanya dilakukan pada majalah mingguan Tempo. 2.
Penelitian hanya dilakukan pada pemberitaan mengenai kasus Pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.
3. Penelitian dilakukan pada majalah mingguan Tempo yang terbit pada
tanggal 5 Mei - 7 Juni 2009.
I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
I.4.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis isi teks berita dalam pemberitaan
kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen di majalah mingguan Tempo. 2.
Untuk mengetahui makna yang tersirat atau laten yang tidak ditampilkan secara nyata dalam pemberitaan kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.
3. Untuk melihat posisi media dalam memberitakan kasus pembunuhan
Nasrudin Zulkarnaen.
Universitas Sumatera Utara
I.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas atau
menambah khasanah penelitian komunikasi dan menambah pengetahuan dan pengalaman ilmu bagi peneliti tentang bidang jurnalistik.
2. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang didapat selama menjadi
mahasiswa Ekstensi Ilmu Komunikasi FISIP USU. 3.
Secara praktis, menjadi bahan masukan untuk perbaikan serta meningkatkan kualitas isi berita majalah sebagai objek penelitian.
I.5. KERANGKA TEORI
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori, kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk
menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Menurut Singarimbun 1995, Teori adalah serangkaian asumsi, konsep,
kontrak, defenisi dan posisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan merumuskan hubungan antara konsep.
Sedangkan Kerlinger dalam Jalaludin Rakhmat 2002, 6 menyebutkan teori adalah himpunan konstruk konsep, detenisi, dan proposisi yang
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
Dalam penelitian ini, bebarapa teori yang digunakan antara lain adalah : I.5.1 Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana discourse analysis merupakan bagian dari paradigma oleh karena itu disebut dengan istilah analisis wacana kritis critical discourse
Universitas Sumatera Utara
anlysis. Melalui analisis wacana kita bukan hanya melihat bagaimana isi teks berita tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frasa, kalimat
metafora macam apa suatu berita disampaikan Eriyanto, 2001:xv. Paradigma kritis melihat bagaimana media dijadikan sebagai alat bagi
kelompok dominan untuk melegitimasikan kekuasaannya. Oleh karena itu wacana tidak hanya dipahami sebagai studi bahasa, tetapi harus dikaitkan dengan konteks
yang berada disekitarnya ketika wacana itu dibentuk. Paradigma ini memandang bagaimana media, dan pada akhirnya berita harus dipahami dalam keseluruhan
proses produksi dan konstruk sosial Eriyanto, 2001:21 Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh
yang beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stephen d.Reese, meringkas berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan.
Lima faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi adalah faktor individual, level rutinitas media, level organisasi, level ekstramedia diantaranya sumber berita,
sumber penghasilan media, pihak eksternal seperti pemerintah dan juga ideologi dari media tersebut.
Menurut A.S Hikam, analisis wacana dalam paradigma kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
Individu tidak dianggap sebagai subjek bebas dan netral dalam menafsirkan makna, tetapi dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.
Begitu juga, bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema wacana tertentu, serta strategi
didalamnya Eriyanto 2001:6
Universitas Sumatera Utara
Analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam tiap proses bahasa. Oleh karena itu dapat digunakan untuk membongkar masalah
ketidakseimbangan yang terjadi dalam masyarakat.
I.5.2 Hegemoni
Mengenai hegemoni, Gramsci Roger, 1999: 19 menyebutkan bahwa hegemoni bukan merupakan suatu hubungan dominasi antara penguasa dan yang
dikuasai dengan menggunakan kekuasaan, melainkan suatu hubungan persetujuan yang dilakukan melalui kepemimpinan politik dan ideologis. Hegemoni tak dapat
dilakukan dengan menggunakan coercive power, tapi dilakukan melalui wacana sistematik bahasa yang terarah dan berkelanjutan untuk memenangkan
penerimaan dan persetujuan publik mengenai suatu ide atau gagasan tertentu secara sukarela. Dalam hal ini publik diarahkan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu realitas sosial tertentu dalam kerangka yang telah ditentukan oleh penguasa.
Menurut Latif dan Ibrahim 1996, 16, Gramsci memperhadapkan antara istilah hegemoni sebagai satu kebalikan dari kekuasaan, yaitu jika kekuasaan
diartikan sebagai penggunaan daya paksa untuk membuat orang banyak mengikuti dan mematuhi syarat-syarat dan cara produksi tertentu, maka hegemoni berarti
perluasan dan pelestarian ‘kepatuhan aktif’ dari kelompok-kelompok yang didomisili oleh kelas berkuasa lewat kepemimpinan intelektual, moral, dan politik
yang mewujud dalam bentuk-bentuk kooptasi institusional dan manipulasi sistematis atas teks dan tafsirannya.
Dalam proses tersebut media dapat menjadi sarana dimana suatu kelompok
Universitas Sumatera Utara
mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain, dalam hal tersebut berlangsung secara wajar, apa adanya, dan dihayati bersama. Singkatnya publik
tidak terbodohi atau dimanipulasi oleh media. Eriyanto, 2001: 103.
I.5.3 Analisis Wacana versi Theo Van Leeuwen
Menurut Van Leeuwen, istilah wacana sering digunakan sebagai bidang yang merupakan perluasan dari tuturan atau tulisan yang berhubungan, yaitu
sebuah teks. la juga menegaskan bahwa wacana adalah pengetahuan yang dibangun oleh masyarakat dari berbagai aspek realitas.
Penelitian ini menggunakan model analisis wacana Theo Van Leeuwen. Model ini dapat digunakan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu
kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam pemberitaan. Dan bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan
suatu peristiwa atau pemaknaan, sementara kelompok lain hanya menjadi objek dari pemaknaan dan selalu digambarkan secara buruk.
Dalam analisisnya, Van Leeuwen memusatkan perhatian pada dua hal,
yaitu eksklusi dan inklusi. Eksklusi melihat apakah dalam suatu teks ada
kelompok atau aktor yang dikeluarkan dari pemberitaan dan strategi wacana apa yang dipakai dalam melakukan hal tersebut. Tataran eksklusi meliput i ;
a. Pasivasi, yaitu suatu cara menghilangkan aktor pelaku dengan pemakaian
kalimat pasif. b.
Nominalisasi, yaitu menghilangkan aktor dengan cara mengubah kata kerja verbal menjadi kata benda nominal yaitu dengan memberi imbuhan pe-an.
Universitas Sumatera Utara
c. Penggantian anak kalimat, yaitu penggantian subjek dengan memakai anak
kalimat yang sekaligus bertungsi sebagai pengganti aktor. Sementara inklusi, melihat bagaimana masing-masing pihak atau
kelompok dimunculkan dalam pemberitaan atau bagaimana cara penggambarannya. lnklusi meliputi beberapa indikator yaitu;
a. Diferensiasi-Indeferensiasi, yaitu bagaimana aktor sosial bila ditampilkan
dalam teks secara mandiri - Suatu kelompok disudutkan dengan menghadirkan kelompok atau wacana lain yang dipandang lebih dominan atau lebih bagus.
b. Objektivasi-Abstraksi, yaitu bagaimana aktor sosial ditampilkan dengan
memberi petunjuk yang konkret dan aktor sosial di tampilkan dengan memberi petunjuk yang abstrak.
c. Nominasi-Kategorisasi, yaitu bagaimana aktor tersebut ditampilkan apa
adanya - yang ditampilkan adalah kategori yang menunjukkan ciri penting dari seseorang.
d. Nominasi-Identifikasi, yaitu bagaimana aktor ditampilkan apa adanya dengan
memberi anak kalimat sebagai penjelas. e.
Determinasi-Indeterminasi, yaitu apakah aktor disebutkan secara jelas atau aktor disebutkan secara anonim.
f. Asimilasi-Individualisasi, yaitu adanya kategori aktor sosial yang spesifik
yang disebut dalam berita-komunitas atau kelompok sosial dimana seseorang itu berada.
g. Asosiasi-Disasosiasi, yaitu apakah aktor ditampilkan sendiri atau aktor di
tampilkan dengan menghubungkan kelompok lain yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
I.5.4 Berita
Berita adalah elemen utama yang terdapat dalam media massa dalam hal ini khususnya media massa cetak yaitu harian atau Surat kabar. Beberapa defenisi
berita diungkapkan oleh beberapa ahli diantaranya menurut Henshall dan Ingram berita adalah susunan kejadian setiap hari, sehingga masyarakat menerimanya
dalam bentuk yang tersusun dan dikemas rapi menjadi cerita, pada hari yang sama di radio atau televisi dan keesokan harinya di berbagai media.
Unsur yang harus terdapat dalam sebuah berita adalah adanya konflik, kemajuan dan bencana, konsekuensi, kemasyuran dan terkemuka, saat yang tepat
dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks dan aneka nilai. Unsur ini kemudian akan menentukan apakah suatu berita dinilai layak atau tidak untuk
dimuat dalam media. Pada awalnya pekerjaan pers atau wartawan lebih mengedepankan prinsip,
objektivitas dalam penulisan beritanya. Yaitu bagaimana wartawan memandang dan menulis berita seperti apa yang di lihat, bukan yang diinginkannya. Namun
pada akhirnya pandangan ini bergeser ke arah prinsip interpretasi. Sebab objektivitas dapat melahirkan kedangkalan tentang berita itu sendiri sementara
pembaca menginginkan kedalaman agar mereka mampu mengetahui dan memahami kejadian-kejadian yang ada di belakang setiap peristiwa.
1.5.5 Idiologi
Ideologi menurut James Lull Abadi, 1998 : 1-1 adalah pikiran yang terorganisir, yakni nilai, orientasi, dan kecenderungan yang paling melengkapi,
sehingga membentuk persepektif-persepektif ide yang diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antar pribadi. Ideologi
Universitas Sumatera Utara
bisa jadi berlandaskan pada fakta yang dapat di cek kebenarannya dalam sejarah atau secara empiris, tetapi bisa juga tidak. Ideologi bisa tersusun ketat, bisa
juga longgar. Ideologi banyak dipengaruhi dari asal-usulnya, asosiasi kelembagaannya maupun tujuannya.
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Greek, terdiri dari atas kata idea dan logia. Idea berasal kata idein yang berarti melihat. Idea dalam Websters
New Colligiate Dictionary berarti somethinng existing in the mind as a result of the formulation of an opinion, a plan or the like sesuatu yang ada di
dalam pikiran sebagai hasil perumusan sesuatu pemikiran atau rencana. Sedangkan logis berasal dari kata logos yang berarti word. Kata ini berasal dari
legein yang berarti speak berbicara. Selanjutnya kata logia berarti science pengetahuan atau teori.
Ideologi atau level suprastruktur dalam konsep Althusser adalah dialektika yang dikarakteristikkan dengan kekuasaan yang tidak seimbang atau dominasi.
Althusser lebih jauh mendefenisikan konsep ideologi sebagai praktik ketimbang ide atau gagasan.
Ideologi merupakan konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari
praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Oleh karena itu, analisis wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tatapi hares memiliki
konteks terutaina bagaimana ideologi dari kelompok-kelompok yang ada tersebut berperan dalam membentuk wacana. Dalam teks berita misalnya, dapat dianalisis
apakah teks yang muncul tersebut pencerminan dari ideologi seseorang, apakah dia feminis, antifeminis, kapitalis, sosialis, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
I.6. KERANGKA KONSEP
Dalam menyusun kerangka konsep diperlukan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan
dicapai Nawawi 2001:40. Menurut Jallaludin Rakhmat, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Rakhmat, 2002.12
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis dengan memakai model analisis Theo Van Leewen. Model ini secara umum
digunakan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana serta menggambarkan
bagaimana aktor ditampilkan dalam pemberitaan.Eriyanto, 2001 Menurut Van Leeuwen, ada 2 haI yang perlu diperhatikan ketika kita
memeriksa aktor sosial dalam pemberitaan tersebut. Pertama, eksklusi : apakah
dalam teks berita itu aktor sosial dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan? kalau ya, bagaimana strategi yang dilakukan oleh media dalam
menyembunyikan atau mengeluarkan aktor sosial tersebut? pengeluaran penghilangan aktor ini berakibat macan-macam diantaranya dapat melindungi
subjekpelaku dalam satu proses pemberitaan. Kedua, inklusi : bagaimana aktor
yang disebut itu ditampilkan dalam pemberitaan. Dalam inklusi, aktor seseorangkelompok dimasukkan disebut dalam pemberitaan, lalu bagaimana
cara penggambarannya? Meskipun aktor tidak dihilangkan, proses marjinalisasi seseorang atau kelompok tertentu tetap bisa dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
I.7. MODEL TEORITIS