perluasan dan pelestarian ‘kepatuhan aktif’ dari kelompok-kelompok yang didominasi oleh kelas berkuasa lewat kepemimpinan intelektual, moral, dan
politik yang mewujud dalam bentuk-bentuk kooptasi institusional dan manipulasi sistematis atas teks dan tafsirnya.
Dalam proses tersebut media dapat menjadi sarana dimana suatu kelompok mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain, dalam hal tersebut
berlangsung secara wajar, apa adanya, dan dihayati bersama. Singkatnya publik tidak merasa terbodohi atau dimanipulasi oleh media. Eriyanto, 2001: 103.
Sobur menambahkan bahwa media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan, sekaligus juga bisa menjadi instrumen perjuangan
bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan. Sobur, 2004:103.
II.3 Analisis Wacana Versi Theo Van Leeuwen
Menurut Van Leeuwen, istilah wacana sering digunakan sebagai bidang yang merupakan perluasan dari tuturan atau tulisan yang berhubungan, yaitu
sebuah teks. la juga menegaskan bahwa wacana adalah pengetahuan yang dibangun oleh masyarakat dari berbagai aspek realitas.
Model analisis wacana versi Theo Van Leeuwen digunakan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan
posisinya dalam pemberitaan. Dan bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa atau pemaknaan, sementara
kelompok lain hanya menjadi objek dari pemaknaan dan selalu digambarkan secara buruk.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kesimpulan utama mengenai wacana menurut Van Leeuwen Van Leeuwen: 2005:
• Wacana merupakan sumber utama representasi, pengetahuan tentang
beberapa aspek dari realitas, yang dapat digunakan ketika aspek realitas tersebut harus ditampilkan. Wacana tidak dapat membatasi apa yang ingin
disampaikan mengenai aspek tertentu dari realitas, sebaliknya kita juga tidak akan menampilkan apa pun tanpa wacana. Kita memerlukan wacana
sebagai ‘frameworks’ untuk membuat kesan atas berbagai hal. •
Wacana bersifat jamak plural. Bisa jadi terdapat perbedaan wacana, perbedaan dalam menciptakan kesan atas aspek yang sama dari realitas,
yang memasukkan dan mengeluarkan hal-hal yang berbeda, serta menyajikan minat yang berbeda pula.
• Fakta untuk keberlangsungan atas wacana tertentu berasal dari teks, dari
apa yang telah dikatakan dan ditulis sebelumnya. Lebih khusus lagi, fakta tersebut berasal dari kesamaan antara hal-hal dikatakan dan ditulis dalam
teks yang berbeda mengenai aspek yang sama tentang realitas. Sebagaimana halnya Fairclough dan Wodak, Leeuwen juga beranggapan
bahwa wacana merupakan perwujudan atau realisasi dari praktik sosial. Menurutnya, wacana dan pengetahuan kita tentang dunia secara mutlak diperoleh
dari apa yang kita kerjakan. Dengan kata lain, tindakan-tindakan kita memberikan kita alat untuk memahami dunia disekeliling kita.
Leeuwen memaparkan elemen-elemen yang ‘harus’ terdapat dalam setiap praktik sosial, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
• Tindakan; yaitu hal-hal yang dikerjakan oleh orang-orang, atau kegiatan
yang menyusun praktik sosial atau urutan kronologisnya. •
Sikap, yaitu cara bagaimana suatu tindakan dipertunjukkan, misalnya: dengan ramah, secara tepat guna, penuh energi, dsb.
• Aktor pelaku, orang atau kadang-kadang hewan yang terlibat dalam
praktik sosial, dan peran-peran berbeda dimana mereka terlibat, apakah peran aktif maupun pasif.
• Presentasi; cara bagaimana para aktor atau pelaku ‘dikemas’ atau
‘didandani’. Setiap praktik sosial memiliki aturan presentasi, meskipun mereka berbeda dalam jenis dan derajat kekerasannya.
• Sumber; yaitu peralatan dan material yang diperlukan dalam membuat
praktik sosial. •
Waktu; praktik sosial yang tidak dapat dihindari adalah waktu yang pasti, dan bertahan untuk sejumlah waktu yang pasti pula.
• Ruang; elemen nyata yang paling akhir dari sosial praktik adalah ‘ruang’
dimana tindakan mengambil tempat, termasuk cara bagaimana mereka harus disusun untuk membuat praktik tersebut menjadi mungkin.
Dalam realitasnya, elemen-elemen diatas harus terdapat dalam sebuah praktik sosial. Tetapi, teks-teks khusus mungkin hanya memasukkan beberapa
elemen saja. Pengetahuan bersifat selektif, apa yang diseleksi tergantung pada maksud dan keinginan institusi yang membantu perkembangan pengetahuan
tersebut. Kemudian bagaimana suatu realitas diubah ke dalam sebuah wacana?
Leeuwen mengajukan 4 tipe dasar transformasi, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Ekslusi: wacana dapat mengeluarkan unsur-unsur praktik sosial, misalnya
beberapa jenis pelaku aktor. Hal ini dapat menimbulkan efek distorsi. Misalnya dalam wacana tentang perang, yang mengeluarkan atau tidak
menyebutkan para, korbannya. 2.
Penyusunan kembali: wacana dapat menyusun elemen-elemen dari praktik sosial. Misalnya, ketika wacana mengadakan atau memaksakan urutan
khusus dalam suatu tindakan, padahal dalam realitasnya tindakan tersebut tidak diperlukan.
3. Penambahan: wacana dapat menambahkan elemen-elemen kedalam
representatif. 4.
Subtitusi penggantian: substitusi merujuk kepada fakta bahwa wacana, dapat mengantikan konsep bagi elemen nyata dari praktik sosial. Dalam
prosesnya, konkret dapat diubah menjadi abstrak dan hal-hal khusus diubah kedalam hal-hal umum.
Dalam analisisnya, Van Leeuwen memusatkan perhatian pada dua. hal,
yaitu eksklusi dan inklusi. Eksklusi, melihat apakah dalam suatu teks ada
kelompok atau aktor yang dikeluarkan dari pemberitaan dan strategi wacana apa yang dipakai dalam melakukan hal tersebut. Inklusi, melihat bagaimana masing-
masing pihak atau kelompok dimunculkan dalam pemberitaan atau bagaimana cara penggambarannya.
• Eksklusion, yaitu apakah dalam suatu teks berita ada kelompok atau aktor
yang dikeluarkan dalam pemberitaan. a.
Pasivasi, yaitu suatu cara menghilangkan aktor pelaku dengan pemakaian kalimat pasif.
Universitas Sumatera Utara
b. Nominalisasi, yaitu menghilangkan aktor dengan cara mengubah kata
kerja verbal menjadi kata benda nominal yaitu dengan memeberi imbuhan pe-an.
c. Penggantian anak kalimat, yaitu penggantian subjek dengan memakai anak
kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai pengganti aktor. •
Inklusion, yaitu bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan lewat pemberitaan.
a. Diferensiasi-Indeferensiasi, yaitu bagaimana aktor sosial bila ditampilkan
dalam teks secara mandiri – Suatu kelompok disudutkan dengan menghadirkan kelompok atau wacana lain yang dipandang lebih dominan
atau lebih bagus. b.
Objektivasi-Abstraksi, yaitu bagaimana aktor sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret dan aktor sosial di tampilkan dengan
memberi petunjuk yang abstrak. c.
Nominasi-Kategorisasi, yaitu bagaimana aktor tersebut ditampilkan apa adanya - yang ditampilkan adalah kategori yang menunjukkan ciri penting
dan seseorang. d.
Nominasi-Identifikasi, yaitu bagaimana aktor ditampilkan apa adanya dengan memberi anak kalimat sebagal penjelas.
e. Determinasi-Indeterminasi, yaitu apakah aktor disebutkan secara jelas atau
aktor disebutkan secara anonim. f.
Asimilasi-Individualisasi, yaitu adanya kategori aktor sosial yang spesifik, disebut dalam berita-komunitas atau kelompok sosial dimana seseorang itu
berada.
Universitas Sumatera Utara
g. Asosiasi-Disasosiasi, yaitu apakah aktor ditampilkan sendiri atau aktor di
tampilkan dengan menghubungkan kelompok lain yang lebih besar.
II.4 Berita