Hegemoni Analisis Wacana versi Theo Van Leeuwen

Analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam tiap proses bahasa. Oleh karena itu dapat digunakan untuk membongkar masalah ketidakseimbangan yang terjadi dalam masyarakat.

I.5.2 Hegemoni

Mengenai hegemoni, Gramsci Roger, 1999: 19 menyebutkan bahwa hegemoni bukan merupakan suatu hubungan dominasi antara penguasa dan yang dikuasai dengan menggunakan kekuasaan, melainkan suatu hubungan persetujuan yang dilakukan melalui kepemimpinan politik dan ideologis. Hegemoni tak dapat dilakukan dengan menggunakan coercive power, tapi dilakukan melalui wacana sistematik bahasa yang terarah dan berkelanjutan untuk memenangkan penerimaan dan persetujuan publik mengenai suatu ide atau gagasan tertentu secara sukarela. Dalam hal ini publik diarahkan untuk melakukan penilaian terhadap suatu realitas sosial tertentu dalam kerangka yang telah ditentukan oleh penguasa. Menurut Latif dan Ibrahim 1996, 16, Gramsci memperhadapkan antara istilah hegemoni sebagai satu kebalikan dari kekuasaan, yaitu jika kekuasaan diartikan sebagai penggunaan daya paksa untuk membuat orang banyak mengikuti dan mematuhi syarat-syarat dan cara produksi tertentu, maka hegemoni berarti perluasan dan pelestarian ‘kepatuhan aktif’ dari kelompok-kelompok yang didomisili oleh kelas berkuasa lewat kepemimpinan intelektual, moral, dan politik yang mewujud dalam bentuk-bentuk kooptasi institusional dan manipulasi sistematis atas teks dan tafsirannya. Dalam proses tersebut media dapat menjadi sarana dimana suatu kelompok Universitas Sumatera Utara mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain, dalam hal tersebut berlangsung secara wajar, apa adanya, dan dihayati bersama. Singkatnya publik tidak terbodohi atau dimanipulasi oleh media. Eriyanto, 2001: 103.

I.5.3 Analisis Wacana versi Theo Van Leeuwen

Menurut Van Leeuwen, istilah wacana sering digunakan sebagai bidang yang merupakan perluasan dari tuturan atau tulisan yang berhubungan, yaitu sebuah teks. la juga menegaskan bahwa wacana adalah pengetahuan yang dibangun oleh masyarakat dari berbagai aspek realitas. Penelitian ini menggunakan model analisis wacana Theo Van Leeuwen. Model ini dapat digunakan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam pemberitaan. Dan bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa atau pemaknaan, sementara kelompok lain hanya menjadi objek dari pemaknaan dan selalu digambarkan secara buruk. Dalam analisisnya, Van Leeuwen memusatkan perhatian pada dua hal, yaitu eksklusi dan inklusi. Eksklusi melihat apakah dalam suatu teks ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dari pemberitaan dan strategi wacana apa yang dipakai dalam melakukan hal tersebut. Tataran eksklusi meliput i ; a. Pasivasi, yaitu suatu cara menghilangkan aktor pelaku dengan pemakaian kalimat pasif. b. Nominalisasi, yaitu menghilangkan aktor dengan cara mengubah kata kerja verbal menjadi kata benda nominal yaitu dengan memberi imbuhan pe-an. Universitas Sumatera Utara c. Penggantian anak kalimat, yaitu penggantian subjek dengan memakai anak kalimat yang sekaligus bertungsi sebagai pengganti aktor. Sementara inklusi, melihat bagaimana masing-masing pihak atau kelompok dimunculkan dalam pemberitaan atau bagaimana cara penggambarannya. lnklusi meliputi beberapa indikator yaitu; a. Diferensiasi-Indeferensiasi, yaitu bagaimana aktor sosial bila ditampilkan dalam teks secara mandiri - Suatu kelompok disudutkan dengan menghadirkan kelompok atau wacana lain yang dipandang lebih dominan atau lebih bagus. b. Objektivasi-Abstraksi, yaitu bagaimana aktor sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret dan aktor sosial di tampilkan dengan memberi petunjuk yang abstrak. c. Nominasi-Kategorisasi, yaitu bagaimana aktor tersebut ditampilkan apa adanya - yang ditampilkan adalah kategori yang menunjukkan ciri penting dari seseorang. d. Nominasi-Identifikasi, yaitu bagaimana aktor ditampilkan apa adanya dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas. e. Determinasi-Indeterminasi, yaitu apakah aktor disebutkan secara jelas atau aktor disebutkan secara anonim. f. Asimilasi-Individualisasi, yaitu adanya kategori aktor sosial yang spesifik yang disebut dalam berita-komunitas atau kelompok sosial dimana seseorang itu berada. g. Asosiasi-Disasosiasi, yaitu apakah aktor ditampilkan sendiri atau aktor di tampilkan dengan menghubungkan kelompok lain yang lebih besar. Universitas Sumatera Utara

I.5.4 Berita