model struktural didapat nilai CFI sebesar 0.583, berarti model close fit. Untuk model struktural IFI dan RFI, jika keduanya memiliki nilai
semakin tinggi maka menunjukkan model fit. Dimana nilai dikatakan fit  adalah    0.90.  Pada  nilai  IFI,  menunjukkan  nilai  0.502  yang
berarti  model  close  fit,  begitu  juga  halnya  dengan  nilai  RFI  yaitu sebesar 0.456 dapat disimpulkan model cukup baik closed fti.
Nilai  RMR,  semakin  kecil  akan  semakin  baik,  yang menandakan  semakin  dekatnya  angka  pada  sampel  dengan
estimasinya.  Hasil  RMR  yang  diperoleh  dari  pengujian  model struktural,  yaitu 0.111, mengindikasikan bahwa model adalah  close
fit. Goodness of Fit Indices GFI merupakan suatu ukuran mengenai ketepatan model. Nilai GFI berkisar antara 0 dan 1.  Nilai yang lebih
besar dari 0.9 menunjukkan suatu model yang fit.  Sedangkan AGFI sama dengan GFI, tetapi setelah disesuaikan dengan rasio  degree of
freedom pada suatu model. Dari pengujian yang dilakukan dihasilkan nilai GFI dan AGFI sebesar 0.432 dan 0.337. Dapat dikatakan bahwa
nilai  diantara  0  dan  1  tetapi  tidak  melebihi  0.9  yang  berarti  model menunjukkan close fit cukup baik.
4.6.2.1 Analisis Pengaruh Antar Variabel
Untuk  menunjukkan  hubungan  kausal  atau  pengaruh  satu variabel laten dengan variabel laten terhadap variabel laten yang lain,
maka  perlu  dilakukan  analisis.  Menurut  Santoso  2007,  beberapa kriteria  yang  harus  dipenuhi  agar  pengaruh  antar  variabel  dapat
dinyatakan  signifikan  atau  berhubungan  positif  maka  harus memenuhi  beberapa  syarat.  Jika  nilai  probability    0.001  maka  H
diterima  dan  apabila  probability    0.001  maka H
ditolak.  Dimana hipotesisnya,  H
diterima  maka  H tidak  ada  hubungan  yang  nyata
signifikan. Sedangkan jika H ditolak maka H
ada hubungan yang nyata signifikan. AMOS menggunakan kriteria 0.001 dan bukannya
0.05. Namun jika nilai P adalah 0.03, maka tetap dapat disimpulkan H
ditolak, pada pengujian signifikansi 5 0.05. Dengan demikian, diterima  tidaknya  hipotesis  pada  pengujian  nilai  estimate  dapat
58
mengacu  pada  ketentuan  AMOS  0.001  atau  menggunakan  standar 0.05.
Dari  hasil  output  regression  weights  didapatkan  data  bahwa, persamaan  struktural  yang  pertama  adalah  nilai  P  dalam  hubungan
antara  F dengan B adalah , hal ini menunjukkan angka P adalah 0.000 dan dinyatakan H
ditolak, dapat dikatakan ada hubungan yang nyata  signifikan  diantara  keduanya.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa
variabel  pesan  iklan  F  es  krim  Wall’s  Magnum  berpengaruh langsung  terhadap  pengenalan  merek  B.  Informasi  yang  didapat
langsung  menambah  perbendaharaan  pikiran  konsumen  dan dievaluasi  apakah  pengenalan  merek  F  tersebut  sesuai  dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen. Untuk  persamaan  struktural  yang  kedua  yakni  hubungan
antara    F  terhadap  C  dengan  nilai  P  sebesar  0.502  menunjukkan bahwa  maka  H
diterima,  bahwa  sesungguhnya  tidak  ada  hubungan yang  nyata  signifikan  antara  variabel  F  pesan  iklan  dengan  C
kepercayaan  konsumen.  Dapat  dikatakan  bahwa  variabel  pesan iklan  F  es  krim  Wall’s  Magnum  tidak  berpengaruh  langsung
terhadap kepercayaan konsumen C. Persamaan  struktural  yang  ketiga  yaitu  F  terhadap  A,
memiliki  nilai  P  sebesar  0.501,  yang  berarti  H diterima,  atau
sesungguhnya  tidak  ada  hubungan  yang  nyata  signifikan  antara variabel  F  pesan  iklan  dengan  A  sikap  konsumen.  Dinyatakan
v ariabel pesan iklan F es krim Wall’s Magnum tidak berpengaruh
langsung  terhadap  sikap  konsumen  A.  Sehingga,  tidak  memiliki kontribusi  yang  signifikan  terhadap  sikap  konsumen  A  untuk
membeli es krim Wall’s Magnum. Persamaan  struktural  yang  keempat  adalah  B  terhadap  C,
dengan nilai  P 0.442, sehingga  H diterima dan tidak ada hubungan
yang  nyata  signifikan  antara  B  pengenalan  merek  dengan  C kepercayaan  konsumen.  Variabel  pengenalan  merek  yang
59
ditayangkan  di  televisi  tidak  mampu  merubah  kepercayaan konsumen C terhadap produk es krim Wall’s Magnum.
Persamaan  struktural  yang  kelima  yaitu  B  terhadap  A menunjukkan angka P adalah 0.453, dimana H
diterima, serta tidak ada hubungan yang nyata signifikan antara variabel B pengenalan
merek  terhadap  A  sikap  konsumen.  Variabel  pengenalan  merek B  tidak  memiliki  kontribusi  dan  tidak  dapat  merubah  perilaku,
tindakan,  serta  sikap  konsumen  terhadap  es  krim  Magnum. Hubungan  persamaan  struktural  yang    keenam  yaitu  C  dengan  I,
menunjukkan  nilai  P  sebesar  0.392,  yang  dapat  disimpulkan  H diterima,  jadi  bisa  dikatakan  bahwa  tidak  ada  hubungan  yang  nyata
signifikan  antara  C  kepercayaan  konsumen  dengan  I  niat  beli. Kurang  adanya  kepercayaan  konsumen  pada  atribut  dan  manfaat
suatu  merek  membuat  kecilnya  niat  konsumen  untuk  membeli produk.
Hubungan persamaan struktural yang  ketujuh adalah variabel A  terhadap  variabel  I,  didapati  angka  P  sebesar  0.033,  angka  ini
dibawah 0.05 dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan dikatakan ada
hubungan  yang  nyata  signifikan  antara  A  sikap  konsumen terhadap I niat beli. Adanya sikap konsumen yang positif terhadap
merek  ditunjukkan  dengan  niat  konsumen  untuk  membeli  produk. Untuk persamaan struktural  yang  kedelapan, menunjukkan variabel
I  niat  beli  terhadap  variabel  P  pembelian  nyata  dengan  nilai probabilitas  sebesar    yang  berarti  0.000,  maka  H
ditolak, sehingga  terlihat  ada  hubungan  yang  nyata  signifikan  antar  kedua
variabel.  Pembelian  nyata  muncul  karena  konsumen  sudah mempunyai  niat  untuk  membeli  suatu produk.  Dari  hasil  penelitian
bahwa  terdapat  pengaruh  antara  variabel  niat  beli  I  dengan pembelian  nyata  P.  Perhitungan  output  regression  weights  dapat
dilihat pada Tabel 12. 60
Tabel 12. Regression Weights
Estimate S.E
C.R. P
Label B   ---   F
1.245 0.256
4.853 C   ---   F
-7.834 11.657
-0.672 0.502
A   ---   F -7.823
11.627 -0.673
0.501 C   ---   B
7.126 9.262
0.769 0.442
A   ---   B 6.934
9.237 0.751
0.453
I    ---   C 0.174
0.204 0.855
0.392 I    ---   A
0.525 0.247
2.127 0.033
P   ---    I 1.273
0.271 4.699
Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011
4.7.  Modifikasi Model CDM dengan LISREL
Modifikasi terhadap CDM menunjukkan bahwa model sangat baik. Berdasarkan  modifikasi  CDM  diperoleh  hasil  bahwa  pesan  iklan  yang
disampaik an  oleh  produsen  es  krim  Wall’s  Magnum  melalui  iklan  televisi
menunjukkan  pengaruh  terhadap  pembelian  Magnum  oleh  konsumen. Melalui  jalur  pesan  iklan  F,  kepercayaan  konsumen  C,  niat  beli  I,
sampai  kepada  pembelian  nyata  P.  Hasil  modifikasi  CDM  terhadap
pengaruh pembelian Magnum dapat dilihat pada Lampiran 5. 4.7.1 Model Struktural
Pada  pengolahan  SEM  menggunakan  LISREL  versi  8.3 dilakukan  modifikasi  model  dari  CDM.  Hasil  model  struktural
menghasilkan  beberapa  output  yang  menunjukkan  kelayakan  model struktural  dengan  melihat  nilai  Goodness  of  Fit  Index  dan  disajikan
dalam Tabel 13 sebagai berikut.
Tabel 13. Hasil Pengujian Kelayakan Model Struktural
Goodness of Fit Index Cut of Value
Nilai Keterangan
Absolute-Fit Measures
Statistics Chi-Square Nilai kecil
273.75 0.05
p-value 0.038
Poor fit GFI
0.90 0.98
good fit sangat memenuhi RMR
0.05 0.077
good fit sangat memenuhi RMSEA
0.08 0.041
good fit sangat memenuhi ECVI
Nilai lebih kecil     7.43 good fit sangat memenuhi
61
Lanjutan Tabel 13.
dari nilai saturated model
Incremental Fit Measure
TLI atau NNFI 0.90
0.99 good fit sangat memenuhi
NFI 0.90
0.96 good fit sangat memenuhi
AGFI 0.90
0.95 good fit sangat memenuhi
RFI 0.90
0.93 good fit sangat memenuhi
IFI 0.90
0.99 good fit sangat memenuhi
CFI 0.90
0.99 good fit sangat memenuhi
Parsimonious Fit Measures
AIC Nilai lebih kecil     735.75
good fit sangat memenuhi dari nilai
saturated model CAIC
Nilai lebih kecil     1568.54  good fit sangat memenuhi dari nilai
saturated model
Sumber: Data diolah, per bulan November 2011 Berdasarkan  Tabel  13  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  terdapat  nilai
dari  Goodness  of  Fit  Index  yang  tidak  memenuhi  cut  of  value  tapi masih  bisa  ditolerir  dikarenakan  perbedaanya  tidak  terlalu  besar  dari
Goodness  of  Fit  Index.  Setelah  melihat  kombinasi  berbagai  ukuran kecocokan tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa kecocokan
keseluruhan  model  adalah  sangat  baik  dalam  mempresentasikan  data terhadap  model.  Modifikasi  dengan  model  baru  dapat  menghasilkan
nilai  yang  sangat  signifikan  dalam  kecocokan  antara  sampel  dengan model.  Hasil  model  struktural  dengan  nilai  standardized  estimate  dan
juga nilai t-value dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. B = , Errorvar.= 1.00,
C = 1.00B + 0.36F,, R² = 1.00 0.055  0.10
18.11    3.54 A = 0.81B + 0.13F, Errorvar.= 0.34, R² = 0.66
0.060  0.10 13.53    1.28
62
I = 0.31C + 0.54A, Errorvar.= 0.34, R² = 0.66 0.11   0.14
2.74     3.75 P = 1.00I,, R² = 1.00
0.078 12.85
Pada  persamaan  struktural  diatas,  terdapat  beberapa  nilai  yang berfungsi menjelaskan hubungan dan pengaruh antara pesan iklan F,
terhadap  pengenalan  merek  B,  kepercayaan  konsumen  C,  sikap konsumen  A,  niat  beli  I,  dan  pembelian  nyata  P.  Hubungan  dan
pengaruh  tersebut  dapat  dilihat  dari  nilai  koefisien  persamaan struktural dan juga  t-value. Nilai R
2
pada persamaan pertama sebesar 0 menunjukkan  bahwa  sebesar  0  persen  variabel  endogen  pengenalan
merek B tidak dapat menjelaskan keragaman variabel. Nilai R
2
pada persamaan kedua sebesar 1.00 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen
variabel  endogen  pengenalan  merek  B  dan  variabel  eksogen  pesan iklan  F  telah  dapat  menjelaskan  keragaman  variabel  endogen
kepercayaan  konsumen  C.  Nilai  R
2
pada  persamaan  ketiga  sebesar 0.66  menunjukkan  bahwa  sebesar  66  persen  variabel  endogen
pengenalan merek B dan variabel eksogen pesan iklan F telah dapat menjelaskan  keragaman  variabel  endogen  sikap  konsumen  A.
Sedangkan  variabel  sikap  konsumen  A  dijelaskan  oleh  variabel  lain di  luar  model  sebesar  34  persen.  Nilai  R
2
pada  persamaan  keempat sebesar 0.66 menunjukkan bahwa sebesar 66 persen variabel  endogen
sikap  konsumen  A  dan  kepercayaan  konsumen  C  telah  dapat menjelaskan  keragaman  variabel  endogen  niat  beli  I.  Sedangkan
variabel niat beli I dijelaskan oleh variabel lain di luar model sebesar 34 persen. Nilai R
2
pada persamaan kelima sebesar 1.00 menunjukkan bahwa  sebesar  100  persen  variabel  endogen  niat  beli  I  telah  dapat
menjelaskan  keragaman  variabel  endogen  pembelian  nyata  P.  Nilai koefisien  parameter  persamaan  struktural  dan  t-value  dapat  dilihat
pada Tabel 14. 63
Tabel 14. Koefisien Parameter dan t- value Model Struktural
Hipotesis Estimates
SE t
-value Keterangan
From To
F B
Tidak signifikan B
C 1
0.055 18.11
Signifikan F
C 0.36
0.1 3.54
Signifikan B
A 0.81
0.06 13.53
Signifikan F
A 0.13
0.1 1.28
Tidak signifikan C
I 0.31
0.11 2.74
Signifikan A
I 0.54
0.14 3.75
Signifikan I
P 1
0.078 12.85
Signifikan Sumber: Data diolah, per bulan November 2011
Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat pengaruh antara variabel laten bebas dan variabel laten terikat. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi
agar  pengaruh  antar  variabel  dapat  dikatakan  signifikanberpengaruh positif  maka  harus  memenuhi  beberapa  syarat.  Diantaranya  t-value
pada taraf nyata 5 harus  1,96 Wijayanto, 2008. Semakin besar t- value  maka  semakin  menunjukkan  bahwa  pengaruh  antar  variabel
laten  semakin  signifikan.  Untuk  persamaan  struktural  yang  pertama bahwa  pesan  iklan  F  tidak  mempengaruhi  secara  nyata  tidak
signifikan  pengenalan  merek  B.  Hal  ini  terlihat  dari  t-value  antara kedua  variabel  tersebut  sebesar  0.  Dalam  pesan  iklan  yang
disampaikan melalui televisi tidak berdampak pada pengenalan merek secara  siginifikan.  Maka  produsen  harus  menambahkan  informasi
mengenai atribut serta manfaat dalam produk Magnum. Variabel laten kedua  adalah  variabel  endogen  pengenalan  merek  B.  Berdasarkan
output  analisis  didapat  bahwa  variabel  pengenalan  merek  B mempunyai  pengaruh  positif  signifikan  terhadap  kepercayaan
konsumen  C  yang  dilihat  nilai  t-value  sebesar  18,11.  Hal  ini  berarti jika  kondisi  yang  mempengaruhi  pengenalan  merek  B  dinaikkan
sebesar  1  satuan  dan  sedangkan  kondisi  lain  diasumsikan  tetap,  maka 64
akan  berakibat  pada  meningkatnya  kepercayaan  konsumen  sebesar  1 satuan, begitu juga sebaliknya.
Variabel  laten  ketiga  adalah  variabel  iklan  eksogen  pesan  iklan F. Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel pesan iklan F
mempunyai  pengaruh  nyata  signifikan  terhadap  kepercayaan konsumen C yang dilihat dari t-value sebesar 3,54. Hal ini berarti jika
kondisi  yang mempengaruhi pesan iklan F  dinaikkan sebesar 1 dan sedangkan  kondisi  lain  diasumsikan  tetap,  maka  akan  berakibat  pada
meningkatnya kepercayaan konsumen sebesar 3,54 satuan, begitu juga sebaliknya.  Variabel  laten  keempat  adalah  variabel  endogen
pengenalan  merek  B.  Berdasarkan  output  analisis  didapat  bahwa variabel  pengenalan  merek  B  mempunyai  pengaruh  nyata
signifikan  terhadap  sikap  konsumen  A  yang  dilihat  dari  t-value sebesar  13,53.  Hal  ini  berarti  jika  kondisi  yang  mempengaruhi
pengenalan  merek  B  dinaikkan  sebesar  1  satuan  dan  sedangkan kondisi  lain  diasumsikan  tetap,  maka  akan  berakibat  pada
meningkatnya  sikap  konsumen  sebesar  13,53  satuan,  begitu  juga sebaliknya.
Variabel  laten  kelima  adalah  variabel  eksogen  pesan  iklan  F. Berdasarkan  output  analisis  didapat  bahwa  variabel  pesan  iklan  F
tidak  mempunyai  pengaruh  nyata  tidak  signifikan  terhadap  sikap konsumen  A  yang  dilihat  dari  t-value  sebesar  1,28.  Hal  ini  berarti
jika kondisi  yang mempengaruhi pesan iklan F  dinaikkan sebesar 1 satuan  dan  sedangkan  kondisi  lain  diasumsikan  tetap,  maka  akan
berakibat  pada  meningkatnya  kepercayaan  konsumen  sebesar  1,28 satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel  laten keenam  adalah variabel
endogen  kepercayaan  konsumen  C.  Berdasarkan  output  analisis didapat  bahwa  variabel  kepercayaan  konsumen  C  mempunyai
pengaruh  nyata  signifikan  terhadap  niat  beli  I    yang  dilihat  dari  t- value  sebesar  2,74.  Hal  ini  berarti  jika  kondisi  yang  mempengaruhi
kepercayaan konsumen C dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan 65
kondisi  lain  diasumsikan  tetap,  maka  akan  berakibat  pada meningkatnya niat beli sebesar 2,74 satuan, begitu juga sebaliknya.
Variabel  laten  ketujuh  adalah  variabel  endogen  sikap  konsumen A.  Berdasarkan  output  analisis  didapat  bahwa  variabel  sikap
konsumen  A  mempunyai  pengaruh  nyata  signifikan  terhadap  niat beli  I  yang  dilihat  dari  t-value  sebesar  3,75.  Hal  ini  berarti  jika
kondisi  yang mempengaruhi sikap konsumen A dinaikkan sebesar 1 satuan  dan  sedangkan  kondisi  lain  diasumsikan  tetap,  maka  akan
berakibat pada meningkatnya niat beli sebesar 3,75 satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel laten kedelapan adalah variabel endogen niat beli
I.  Berdasarkan  output  analisis  didapat  bahwa  variabel  niat  beli  I mempunyai pengaruh nyata signifikan terhadap pembelian nyata P
yang dilihat dari t-value sebesar 12,85. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi niat beli I  dinaikkan sebesar 1 dan sedangkan kondisi
lain  diasumsikan  tetap,  maka  akan  berakibat  pada  meningkatnya pembelian nyata sebesar 12,85 satuan, begitu juga sebaliknya.
4.7.2  Hubungan Variabel Indikator dengan Variabel Laten