Daya cerna pati Analisis kimia dan daya cerna

pencernaan. Langkah awal pencernaan protein di dalam tubuh adalah denaturasi protein oleh enzim proteolitik yaitu yang terjadi di dalam lambung oleh enzim enzim pepsin dan asam klorida HCl. Dengan demikian denaturasi merupakan faktor yang mengguntungkan dalam sistem pencernaan protein meskipun hal ini tidak berlaku secara umum.

2.2.7 Daya cerna pati

Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati untuk dapat dihidrolisis oleh enzim pemecah pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana. Penentuan daya cerna pati dilakukan secara in vitro dengan meggunakan metode yang dikemukakan oleh Muchtadi et al. 1992. Dalam metode ini sampel dihidrolisisi oleh enzim α-amilase menjadi unit-unit sederhana seperti maltosa. Daya cerna pati dihitung sebagai persentase relatif terhadap pati murni soluble starch. Pati murni diasumsikan dapat dicerna dengan sempurna dalam saluran pencernaan. Menurut Mahadevamma et al. 2003, proses pencernaan pati dipengaruhi oleh dua faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang menyebabkan pati lambat dicerna di dalam usus halus yaitu jika bentuk fisik makanan menggangu pengeluaran amilase pankreatik, khususnya jika granula pati terhalang oleh material lain. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi daya cerna pati adalah transit time, bentuk makanan, konsentrasi amilase pada usus, kadar tanin, jumlah pati, dan keberadaan komponen pangan lainnya. Berikut adalah kurva pengaruh kitosan terhadap daya cerna pati empek-empek selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 30. Gambar 30 Kurva pengaruh kitosan terhadap nilai daya cerna pati protein empek-empek selama penyimpanan 83,299 71,597 81,14 76,539 65 70 75 80 85 Penyimpanan hari ke-0 Penyimpanan hari ke-4 D a y a C e rn a P a ti Penyimpanan K 0 K 0,3 EC 1,5 Berdasarkan gambar 30, terlihat bahwa nilai daya cerna pati pada sampel empek-empek kontrol K 0 lebih besar daripada sampel empek-empek terpilih K 0.3 EC 1.5 yaitu 83.30 pada sampel kontrol dan 81.14 pada sampel terpilih. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wolf et al. 1999 dan Guraya et al. 2001 menyatakan bahwa pati yang dicerna secara lambat dapat diproduksi dengan perlakuan fisik, kimia maupun enzimatis dan menunjukkan bahwa modifikasi kimia secara signifikan mengurangi tingkat pencernaan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan pencernaan, sehingga empek-empk dengan penambahan kitosan memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan diantaranya berkaitan dengan stabilitas metabolisme glukosan dan manajemen diabetes karena memiliki tingkat kecernaan pati yang lebih rendah dibanding tanpa perlakuan dengan kitosan. Nilai daya cerna pati awal pada empek-empek kontrol dan terpilh mengalami penurunan, tetapi penurunan lebih besar terjadi pada empek-empek kontrol yaitu sebesar 11.7 dan 4.6 pada empek-empek terpilih setelah masa penyimpanan pada suhu ruang selama empat hari. Hal ini dikarenakan penggunaan pati sebagai sumber energi bagi mikroba pada sampel empek- empek kontrol lebih besar sehingga mempengaruhi nilai kecernaannya selama masa penyimpanan, hal tersebut juga sejalan dengan jumlah dan kecepatan pertumbuhan mikroba yang lebih cepat pada empek-empek kontrol dan hal ini sejalan juga dengan fungsi kitosan sebagai bakteristatik menghambat pertumbuhan mikroba, berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsentrasi pemberian kitosan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai daya cerna pati empek- empek kontrol dan terpilih α = 0.003 dengan selang kepercayaan 0.05. 2.3 Uji perbandingan produk 2.3.1 Penampakan