Uji lipat Uji fisik sensori .1 Uji gigit

1.1.3.2 Uji lipat

Nilai rata-rata uji lipat pada empek-empek dengan formulasi kitosan 0.3 EC 2 sebagai pembentuk gel dan pelapis edible coating mendapatkan jumlah tertinggi yaitu 124 dengan skor rata-rata 4.1 dengan rataan spesifikasi produk tidak retak jika dilipat ½ lingkaran sampai tidak retak jika dilipat ¼ lingkaran, tetapi berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsentrasi pemberian kitosan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap uji lipat pada empek- empek α= 0.563 dengan selang kepercayaan 0.05. Nilai uji gigit empek-empek pada penggunaan kitosan 1 dan 2 lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunaan kitosan 1.5. Hal ini dapat dijelaskan bahwa gel yang dapat menahan air disebut hidrogel Wang et al., 2004. Air dalam gel ini merupakan tipe air ambibisi, yaitu air yang masuk ke dalam suatu bahan dan menyebabkan pengembangan volume, tetapi bukan merupakan komponen penyusun bahan tersebut. Berger et al., 2004 menyebutkan, bahwa hidrogel merupakan jaringan makromolekul yang dapat membengkak dalam air atau larutan biologis. Keuntungan hidrogel adalah hidrofasilitas, permeabilitas yang selektif, dapat membengkak, kapasitas air yang relatif tinggi, kekentalan seperti karet yang lunak dan ketegangan antar muka yang rendah dan berpengaruh secara lansung terhadap penilaian pelipatan pada empek-empek, namun hal ini merupakan ukuran subjektif dan tergantung kepekaan sensitivitas pengukuran panelis. Gambar 20 Nilai rata-rata pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kekuatan produk empek-empek melalui uji lipat 4,1 4 4,1 3,5 4 4,5 K 0,3 EC 1 K 0,3 EC 1,5 K 0,3 EC 2 S k o r rat a -r at a u ji l ip at Konsentrasi Kitosan Penilaian pelipatan 2. Penelitian Lanjutan 2.1 Analisis mikroba total Total plate count Uji TPC Total Plate Count bertujuan untuk mengetahui jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Uji ini dilakukan selama 2 hari 9 jam 57 jam dan 3½ hari 84 jam dalam penentuan titik kritis jumlah koloni bakteri yang tumbuh melewati standar SNI pada empek-empek kontrol tanpa penambahan kitosan dan empek-empek terpilih K 0.3 EC 1.5, dalam penentuan titik kritis empek- empek kontrol dilakukan setiap 3 jam sekali dan empek-empek terpilih dilakukan setiap 12 jam sekali. Nilai TPC yang telah melewati dari jumlah koloni yang diperbolehkan tumbuh pada pangan ≥1 x 10 6 cfug merupakan indikasi adanya kerusakan oleh mikroba dalam jumlah yang sudah tidak aman lagi dikonsumsi oleh manusia. Secara keseluruhan nilai TPC empek-empek kontrol dan terpilih mengalami peningkatan setiap jam yang telah ditentukan. Gambar 21 dan 22 menunjukkan bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap peningkatan jumlah mikroba yang tumbuh. Hal ini dikarenakan mikroba selalu tumbuh memperbanyak dirinya dengan mengikuti fase adaptasi, fase pertumbuhan awal lag phase, fase logaritmik log phase, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan statis, fase menuju kematian, dan fase kematian dead phase. Pada masing-masing fase, kecepatan pertumbuhan mikroba pada bahan pangan sangat dipengaruhi faktor internal, antara lain jenis medium, kandungan nutrien protein, karbohidrat, lemak,asam amino, pH keasaman, a w water activity, kandungan air bebas dan faktor eksternal, antara lain kadar oksigen, suhu, kelembapan udara. Oleh sebab itu, sel mikroba membutuhkan energi yang selalu meningkat pada setiap fase hingga persediaan energi dalam bahan pangan habis memasuki fase pertumbuhan statis. Berikut adalah kurva hasil analisis TPC dalam penentuan titik kritis sampel kontrolK 0 dan sampel terpilihK 0.3 EC 1.5 pada suhu ruang36.5 - 37.5 C, tersaji pada Gambar 21 dan Gambar 22.