10
sedangkan di bagian utara, adanya massa air yang datang dari mulut utara Selat Bali bersama-sama dengan massa air yang relatif tawar di pantai Bali yang berasal dari
mulut sungai dari pulau Bali. Di bagian utara, salinitas permukaan berkisar antara 32,753-32,770 PSU, sedangkan di bagian selatan nilainya berkisar antara 32,888-
33,068 PSU. Selain suhu, salinitas pun dapat dijadikan sebagai indikator fenomena
upwelling di perairan. Saragih 2002 mengemukakan bahwa pada bulan Agustus 2000, di perairan Selat Bali bagian selatan terjadi upwelling. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya massa air dengan salinitas tinggi pada lapisan permukaan dibandingkan dengan lapisan dibawahnya yang diduga disebabkan adanya penaikan
massa air di perairan sebelah selatan Selat Bali.
2.3.2. pH
Nilai pH digunakan untuk mengukur sifat asam dan basa suatu larutan solution. Semakin rendah nilai pH, maka akan semakin besar sifat asamnya, dan
sebaliknya semakin tinggi pH maka akan semakin besar nilai basanya. Suatu zat dikatakan asam apabila zat tersebut mengeluarkan releasing satu atau lebih proton,
sementara dikatakan basa apabila zat tersebut mengikat combining satu atau lebih proton Compton 1976 in Sanusi 2006. Menurut Langmuir 1997 menganalisis
kandungan pH dalam suatu perairan sangatlah penting, hal ini diakibatkan karena: 1. Derajat keasaman suatu perairan menyebabkan peningkatan kapasitas untuk
merusak segala hal yang berhubungan dengan material geologi perairan. 2. Peningkatan konsentrasi pH suatu perairan meningkatkan daya larut dari zat-zat
yang berbahaya seperti logam, korosif dan toksisitas yang dapat berdampak negatif terhadap biota perairan didalamnya.
Derajat keasaman suatu perairan sangat penting untuk dianalisis karena sifatnya yang mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air.
Selain itu, ikan dan organisme akuatik lainnya dapat hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH dapat diketahui apakah air tersebut sesuai
atau tidak untuk menunjang kehidupan suatu organisme.
11
Pada dasarnya, air laut memiliki kemampuan penyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan
memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO
2
yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. Derajat keasaman pH air laut permukaan di Indonesia umumnya
bervariasi dari lokasi ke lokasi dengan kisaran nilai sebesar 6,0-8,5. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung
maupun tidak langsung Romimohtarto 1991 in Anwar 2008.
2.3.3. Oksigen terlarut DO
Oksigen atau O
2
merupakan salah satu gas yang terlarut di perairan. Kadar kelarutan oksigen ini bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan
tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer maka kadar oksigen terlarut akan semakin kecil Jeffris et al. in Effendi
2003. Sverdrup et al. 1946 menyatakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut relatif lebih tinggi di lapisan permukaan karena adanya penambahan oksigen melalui
proses fotosintesis dan difusi udara. Selain dalam proses respirasi, oksigen dibutuhkan dalam proses oksidasi
bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil
fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Odum 1971 menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin
rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas perairan. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi dibanding dengan lapisan
dibawahnya, hal ini diakibatkan oleh adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Semakin bertambahnya kedalaman akan
terjadi penurunan kadar oksigen terlarut karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen akan banyak digunakan untuk proses respirasi dan
oksidasi bahan-bahan organik maupun anorganik. Menurut Schmittner 2007, kandungan oksigen di laut sangatlah bervariatif khususnya di lapisan termoklin.
Pada lapisan permukaan kandungan oksigen terlarut cenderung lebih tinggi, hal ini
12
berkaitan dengan penetrasi cahaya yang masuk ke badan perairan yang menjadi sumber utama bagi fitoplankton untuk melakukan fotosintesis dalam hubungannya
dengan produktivitas primer di perairan. Dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun toksik
kandungan oksigen terlarut minimum adalah sebesar 2 ppm. Kandungan oksigen terlarut ini sudah cukup untuk mendukung kehidupan organisme akuatik di
dalamnya, sedangkan idealnya kandungan oksigen terlarut tidak kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70
Swingle 1968 in Salmin 2005. Kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Kehidupan organisme akuatik dapat bertahan jika ada
kandungan oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mgL selebihnya tergantung kepada ketahanan organisme, derajat aktivitas, kehadiran pencemar, suhu air, dan
sebagainya Anwar 2008. Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan karena
oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik maupun anorganik. Pada kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan
organik dan anorganik, sedangkan pada kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk
nutrien dan gas. Kramer 1987 menjelaskan bahwa konsentrasi oksigen terlarut di dalam air merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme akuatik khususnya
ikan. Di perairan Selat Bali, pengaruh dari proses upweling sangat tinggi akan
penyebaran kelarutan oksigen di perairan. Illahude 1974 menjelaskan bahwa terjadinya upwelling pada musim tenggara tercermin dari pola penyebaran vertikal
kelarutan oksigen. Nilai rata-rata oksigen pada kedalaman 50 meter pada bulan Juli 1973 adalah 3,50 mgL, sedangkan pada bulan Maret 1973 adalah sebesar 4, 20
mgL. Rendahnya kadar oksigen pada bulan Juli merupakan indikasi lain mengenai terjadinya upwelling di perairan Selat Bali yang bersumber dari massa air berkadar
oksigen rendah dari lapisan lebih dalam. Pada lapisan permukaan keadaan sebaliknya yang terlihat, kadar oksigen di permukaan pada musim tenggara lebih
tinggi daripada musim barat laut. Hal ini disebabkan sebagian karena difusi oksigen
13
dari udara dan sebagian lagi yang tak kurang pentingnya ialah besarnya sumbangan oksigen sebagai hasil fotosintesis dari fitoplankton.
2.3.4. Biocemical Oxygen Demand BOD