Kekeruhan Total padatan tersuspensi TSS

7 fenomena-fenomena yang terjadi di laut seperti front, arus, upwelling dan sebaran suhu permukaan laut secara horizontal. Dalam proses upwelling, terjadi penurunan suhu permukaan laut dan tingginya kandungan zat hara dibandingkan daerah sekitarnya. Menurut Nontji 1987, suhu permukaan laut di perairan Indonesia berkisar antara 28-31 °C, sedangkan di lokasi terjadi upwelling suhu permukaan dapat turun hingga 25 °C. Lapisan dingin deep layer di lapisan dalam biasanya memiliki nilai suhu kurang dari 5 °C pada kedalaman lebih dari 1.000 meter. Menurut Saragih 2002 suhu di permukaan perairan selatan Selat Bali yang berbatasan dengan Samudera Hindia pada bulan Agustus 2.000 berkisar antara 26,82-27,18 °C. Lapisan termoklin merupakan lapisan yang mengalami perubahan nilai suhu yang cepat terhadap kedalaman. Kedalaman lapisan termoklin yang besar dapat menjadi pemisah antara lapisan di bagian atas dan bagian bawahnya yang terdapat perbedaan baik dari sifat fisik, kimia maupun biologi. Kedalaman lapisan termoklin dan homogen berbeda-beda tergantung pada musim. Selain penurunan suhu, lapisan termoklin juga ditandai dengan penurunan oksigen terlarut dan penaikan yang cepat dari kadar zat hara. Pada saat terjadinya penaikan massa air, lapisan termoklin bergerak ke atas dan gradiennya menjadi tidak terlalu tajam sehingga massa air yang kaya akan zat hara dari lapisan dalam naik ke lapisan atas. Fluktuasi jangka pendek dari kedalaman termoklin dipengaruhi oleh pergerakan permukaan, pasang surut, dan arus. Di bawah lapisan termoklin, suhu menurun secara perlahan dengan bertambahnya kedalaman. Kedalaman dari lapisan termoklin di Samudera Hindia mencapai 120 meter dan semakin ke arah selatan di daerah ekuator kedalaman mencapai 140 meter Wyrtki 1961.

2.2.2. Kekeruhan

Parameter fisika lain yang tidak kalah penting adalah kekeruhan. Kekeruhan biasanya dinyatakan dengan satuan NTU. Kekeruhan merupakan gambaran sifat optik air oleh adanya bahan padatan terutama yang tersuspensi dan sedikit dipengaruhi oleh warna perairan. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut misalnya lumpur dan pasir halus, 8 maupun bahan anorganik dan organik berupa plankton dan mikroorganisme air Eaton 2005. Faktor yang mempengaruhi nilai kekeruhan suatu perairan diantaranya adalah material organik maupun anorganik, run off dari daratan, pengadukan perairan yang disebabkan oleh badai, aktivitas gelombang, musim dan buangan akibat aktivitas manusia seperti pertanian, industri dan lain sebagainya. Kekeruhan tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya penetrasi cahaya ke dalam air yang berdampak pada menurunnya produktivitas primer seperti fitoplankton Sverdrup et al. 1946. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar 2008, diketahui bahwa nilai kekeruhan suatu perairan dipengaruhi pula oleh kedalaman suatu perairan. Pada perairan laut nilai dari kekeruhan akan semakin berkurang dengan seiring bertambahnya kedalaman, sebaliknya semakin meningkat seiring berkurangnya kedalaman. Secara spasial nilai kekeruhan akan semakin meningkat ke arah estuari atau ke arah daratan. Hal ini diakibatkan masih besarnya pengaruh dari aliran sungai dan air limpasan dari darat run off. Di wilayah laut lepas nilai kekeruhan suatu perairan relatif rendah dan konstan. Kekeruhan di perairan Selat Bali relatif rendah karena masukan dari daratan sedikit yang ditandai dengan sedikitnya jumlah sungai yang bermuara ke Selat Bali Priyono et al. 1992.

2.2.3. Total padatan tersuspensi TSS

Zat padat tersuspensi atau TSS adalah semua zat padat pasir, lumpur, dan tanah liat atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen biotik seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri maupun komponen abiotik detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain dipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat 9 melalui aliran sungai, ataupun dari udara dan perpindahan karena suspensi endapan akibat pengikisan Permana et al. 1994 in Tarigan Edwar 2003. Menurut Sanusi 2006 sumber utama padatan tersuspensi di perairan laut adalah dari proses pelapukan batuanrock weathering aloton yang ditransport melalui sungai dan udara serta berasal dari dalam laut itu sendiri autoton. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarigan Edwar 2003 diketahui bahwa nilai kandungan TSS di wilayah Raha, Sulawesi Tenggara berkisar antara 74,9-78,9 ppm. Nilai ini tergolong tinggi akibat masih adanya pengaruh aliran sungai dan run off dari daratan. 2.3. Parameter Kimia Perairan 2.3.1. Salinitas