23
berbeda ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kualitas air pada masing- masing kolom perairan.
Pengambilan sampel air untuk keperluan analisis ex-situ, dengan memindahkan air sampel dari tabung Niskin ke dalam botol sampel polyethylene
beserta pengawetnya yang disesuaikan untuk keperluan analisis tertentu Lampiran 2. Botol yang diberi label biru yang memiliki kapasitas satu liter digunakan untuk
keperluan analisis parameter fisika seperti kekeruhan dan TSS. Botol biru ini tidak menggunakan pengawet apapun untuk keperluan analisis. Botol polyethylene yang
diberi label warna merah muda memiliki kapasitas sebesar 500 ml digunakan untuk keperluan analisis parameter logam terlarut, seperti Hg, Pb, Cd, dan Cu diberi
pengawet berupa HNO
3
, sedangkan untuk keperluan analisis parameter seperti total P, NH
3
, dan NO
2
digunakan botol polyethylene 500 ml yang diberi label warna jingga dengan bahan pengawet H
2
SO
4
. Botol BOD yang terbuat dari gelas bening yang memiliki kapasitas sebesar 125 ml digunakan untuk inkubasi. Beberapa
sampel untuk analisis parameter seperti BOD, nitrat, amonia dan fosfat disimpan pada suhu 4 °C. Pengawetan atau penanganan sampel mengacu pada APHA 2005.
Parameter fisika-kimia yang diamati dan alatmetode analisisnya selengkapnya disajikan pada Tabel 2.
3.4. Analisis Data
Data yang diperoleh terlebih dahulu dikelompokkan ke dalam parameter dan stasiunnya masing-masing. Kemudian dalam menganalisis data, hasil pengolahan
lebih lanjut ditampikan dalam bentuk grafik sehingga perbedaan mengenai karakteristik fisika dan kimia perairan dapat terlihat.
3.4.1. Sebaran menegak
Profil sebaran menegak dibuat untuk melihat pola pelapisan stratifikasi massa air pada setiap stasiun. Nilai parameter fisika-kimia perairan diletakkan pada
sumbu x sedangkan kedalaman m diletakkan pada sumbu y. Parameter yang dianalisis secara vertikal adalah semua parameter in-situ pada proses pengoperasian
CTD yang terekam secara kontinu setiap 1 meter suhu, salinitas, pH, dan DO.
24
Profil ini dapat digunakan untuk melihat kedalaman, sebaran maksimum dan minimum nilai parameter fisika kimia pada kedalaman tiap stasiun serta pola
distribusi secara vertikal parameter-parameter tersebut.
3.4.2. Sebaran melintang
Sebaran melintang dibuat untuk mengetahui perbedaan secara spasial karakteristik fisika-kimia perairan berdasarkan tiga lapisan perairan, yaitu lapisan
permukaan, termoklin, dan dekat dasar perairan Lampiran 5. Lapisan termoklin tiap stasiun berada pada kedalaman yang berbeda. Penentuan lapisan termoklin
dilihat dari perbedaan suhu yang signifikan yang dapat terlihat pada saat CTD diturunkan yang dikendalikan dengan komputer yang mengukur kedalaman, suhu,
salinitas, DO secara kontinu tiap satu meter. Nilai dari parameter fisika-kimia perairan yang ditampilkan pada sebaran melintang dapat melihat kisaran maksimum
dan minimum pada titik stasiun yang telah ditentukan serta melihat perbedaan antara stasiun yang relatif dekat dengan daratan sampai ke laut lepas. Sebaran melintang
diolah dan disajikan dengan menggunakan software ODV Ocean Data View versi 3.0.1-2005. Pola sebaran warna yang ditampilkan dalam ODV didasarkan atas data
parameter fisika-kimia perairan di setiap stasiun yang dianalisis dan pendekatan interpolasi pada wilayah diluar stasiun pengamatan.
3.4.3. Penentuan status mutu air dengan Metode Storet
Metode Storet merupakan metode yang umum digunakan untuk menentukan status mutu perairan. Secara prinsip, Metode Storet membandingkan data kualitas
perairan dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya. Penelitian analisis kualitas perairan ini disesuaikan dengan Kepmen-LH nomor 51 tahun 2004
tentang baku mutu air laut untuk biota perairan Lampiran 3. Cara menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari
US-EPA United
States Enviromental
Protection Agency
dengan mengklasifikasikan air ke dalam 4 kelas, yaitu:
1. Kelas A : baik sekali, skor = 0
memenuhi baku mutu 2. Kelas B : baik, skor = -1 sd -10
tercemar ringan
25
3. Kelas C : sedang, skor = -11 sd -30 tercemar sedang 4. Kelas D :
buruk, skor ≥ -31 tercemar berat
Prosedur penggunaan: data pengamatan mengenai kualitas air dibandingkan dengan baku mutu yang sesuai dengan kelas air. Jika hasil pengukuran memenuhi
baku mutu air hasil pengukuran ≤ baku mutu maka diberi skor 0. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air hasil pengukuran baku mutu maka
diberi skor seperti pada Tabel 3. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang di dapat dengan menggunakan
sistem nilai lampiran 6. Tabel 3. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air pada Indeks
Storet berdasarkan Kepmen-LH No.115 tahun 2003
Jumlah Nilai
Parameter
Data Fisika
Kimia Biologi
10 Maksimum
-1 -2
-3 Minimum
-1 -2
-3 Rata-rata
-3 -6
-9 ≥ 10
Maksimum -2
-4 -6
Minimum -2
-4 -6
Rata-rata -6
-12 -18
Untuk penentuan indeks storet ini, data dikelompokkan menjadi tiga kelompok
data, yakni: 1.
Kelompok I yang terdiri dari stasiun 1 dan 2 2.
Kelompok II yang terdiri dari stasiun 3, 4, dan 5 3.
Kelompok III yang terdiri dari stasiun 6,7, dan 8 Pengelompokkan stasiun ini bertujuan untuk membandingkan status mutu perairan
dari stasiun yang relatif dekat pantai dan stasiun yang berada jauh dari pantai.
3.4.4. Penentuan status mutu air dengan Indeks Pencemaran