25
3. Kelas C : sedang, skor = -11 sd -30 tercemar sedang 4. Kelas D :
buruk, skor ≥ -31 tercemar berat
Prosedur penggunaan: data pengamatan mengenai kualitas air dibandingkan dengan baku mutu yang sesuai dengan kelas air. Jika hasil pengukuran memenuhi
baku mutu air hasil pengukuran ≤ baku mutu maka diberi skor 0. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air hasil pengukuran baku mutu maka
diberi skor seperti pada Tabel 3. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang di dapat dengan menggunakan
sistem nilai lampiran 6. Tabel 3. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air pada Indeks
Storet berdasarkan Kepmen-LH No.115 tahun 2003
Jumlah Nilai
Parameter
Data Fisika
Kimia Biologi
10 Maksimum
-1 -2
-3 Minimum
-1 -2
-3 Rata-rata
-3 -6
-9 ≥ 10
Maksimum -2
-4 -6
Minimum -2
-4 -6
Rata-rata -6
-12 -18
Untuk penentuan indeks storet ini, data dikelompokkan menjadi tiga kelompok
data, yakni: 1.
Kelompok I yang terdiri dari stasiun 1 dan 2 2.
Kelompok II yang terdiri dari stasiun 3, 4, dan 5 3.
Kelompok III yang terdiri dari stasiun 6,7, dan 8 Pengelompokkan stasiun ini bertujuan untuk membandingkan status mutu perairan
dari stasiun yang relatif dekat pantai dan stasiun yang berada jauh dari pantai.
3.4.4. Penentuan status mutu air dengan Indeks Pencemaran
Indeks pencemaran Pollution Index merupakan indeks yang berkaitan dengan senyawa pencemaran yang digunakan untuk menentukan tingkat
pencemaran relatif terhadap parameter kualitas perairan yang diizinkan Nemerow 1974 in Kepmen-LH Nomor 115 tahun 2003. Pengelolaan kualitas air atas dasar
26
Indeks Pencemaran IP dapat memberi masukan pada pengambilan keputusan agar dapat menilai kualitas perairan untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan
untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar.
Jika L
ij
menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air
j
Lampiran 3 dan C
i
menyatakan konsentrasi parameter kualitas air
i
yang diperoleh dari hasil analisis, maka P
ij
adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan
j
yang merupakan fungsi dari C
i
L
ij
. P
ij
ditentukan dengan cara:
1. Memilih parameter yang terdapat dalam baku mutu
2. Menghitung nilai dari C
i
L
ij
untuk tiap parameter pada setiap stasiun. 3.
a. Jika nilai konsentrasi yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat misalkan DO, maka penentuan nilai maksimum C
im
misalkan untuk DO, maka C
im
merupakan nilai DO jenuh. Dalam kasus ini nilai C
i
L
ij
hasil pengukuran digantikan oleh nilai C
i
L
ij
hasil perhitungan,yaitu:
b. Jika nilai baku mutu L
ij
memiliki rentang, - untuk C
i
≤ L
ij
rata-rata
- untuk C
i
L
ij
rata-rata
c. Jika dua nilai C
i
L
ij
berdekatan dengan nilai acuan 1,0. Misalkan C
1
L
1j
= 0,9 dan C
2
L
2j
= 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misalkan C
3
L
3j
= 5,0 dan C
4
L
4j
= 10,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit untuk ditentukan. Cara untuk mengatasinya adalah:
- Penggunaan nilai C
i
L
ij
hasil pengukuran jika nilai ini 1,0 maka nilai C
i
L
ij baru
= C
i
L
ij hasil pengukuran
.
27
- Jika hasil C
i
L
ij hasil pengukuran
1,0 maka nilai C
i
L
ij baru
dapat diperoleh dari:
P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki
untuk suatu peruntukan biasanya digunakan nilai 5. 4. Menentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan C
i
L
ij
C
i
L
ij R
dan C
i
L
ij M
. 5. Sehingga nilai dari Indeks Pencemaran dapat diketahui dari persamaan:
√ Dari hasil perhitungan nilai Indeks Pencemaran, besarnya nilai atau skor
menggambarkan kondisi kualitas perairan sesuai dengan kriteria pada Tabel 4. berikut.
Tabel 4. Penentuan status mutu air berdasarkan Indeks Pencemaran
Skor Kriteria
0,0 ≤ P
Ij
≤ 1,0 Kondisi baik
1,0 P
Ij
≤ 5,0 Tercemar ringan
5,0 P
Ij
≤ 10 Tercemar sedang
P
Ij
10 Tercemar berat
4. HASIL DAN PEMBAHASAN