Oksigen terlarut DO Parameter Kimia Perairan 1. Salinitas

49

4.2.3. Oksigen terlarut DO

Sebaran menegak kandungan oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen DO di perairan Selat Bali pada bulan Maret 2011 dapat dilihat pada Gambar 22, sedangkan sebaran horizontal pada tiap stasiun pada lapisan permukaan, termoklin, dan dekat dasar perairan disajikan pada Gambar 23, 24 dan 25. Seperti halnya suhu dan salinitas, penyajian grafik nilai DO secara vertikal dikelompokkan berdasarkan kedalaman maksimum tiap stasiun. Grafik pertama, pengelompokkan berdasarkan kedalaman stasiun yang kurang dari 100 meter. Grafik kedua adalah stasiun yang memiliki kedalaman antara 100-1.000 m. Sedangkan grafik ketiga adalah pengelompokan stasiun yang memiliki kedalaman lebih dari 1.000 m. Gambar 22. Sebaran menegak DO tiap stasiun di bagian selatan Selat Bali pada bulan Maret 2011 50 Konsentrasi DO di laut sangat bervariasi terutama di lapisan termoklin. Pada lapisan permukaan kandungan oksigen terlarut cenderung lebih tinggi, hal ini berkaitan dengan penetrasi cahaya yang masuk ke badan perairan yang menjadi sumber energi utama bagi fitoplankton untuk melakukan fotosintesis dalam hubungannya dengan produktivitas primer di perairan. Schmittner et al. 2007. Kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran umtuk menentukan mutu air. Kehidupan organisme akuatik dapat bertahan jika ada kandungan oksigen terlarut minimum sebanyak 5mgL selebihnya tergantung kepada ketahanan organisme, derajat aktivitas, kehadiran pencemar, suhu air, dan sebagainya Anwar 2008. Hasil analisis diketahui bahwa sebaran rata-rata konsentrasi oksigen terlarut di lapisan permukaan adalah sebesar 6,15 mgL sedangkan pada lapisan termoklin dan dekat dasar perairan nilainya secara berurutan adalah sebesar 5,83 mgL dan 4,36 mgL. Menurut Swingle 1968 in Salmin 2005 kandungan oksigen terlarut minimum yang dibutuhkan untuk organisme akuatik dalam menjaga kelangsungan hidupnya adalah sebesar 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun toksik. Gambar 22 memperlihatkan bahwa kandungan oksigen terlarut tiap kedalaman perairan cenderung berfluktuatif. Secara umum, pada lapisan permukaan, kisaran kandungan oksigen terlarut cenderung lebih tinggi dibanding dengan lapisan dibawahnya. Hal ini disebabkan karena adanya proses difusi anatara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Semakin bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut karena proses fotosintesis semakin berkurang dan oksigen yang ada banyak digunakan untuk proses respirasi dan oksidasi organik maupun anorganik. Salmin 2005 menyebutkan bahwa kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air, arus, gelombang dan pasang surut. Pada kedalaman tertentu kandungan oksigen dalam air akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Odum 1971 menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tinggnya salinitas. Jika dibandingkan dengan distribusi vertikal suhu di perairan Selat Bali yang telah dibahas sebelumnya fenomena ini sesuai, ketika pada 51 kedalaman yang lebih dalam yang memiliki kandungan suhu rendah terlihat bahwa kandungan oksigen akan semakin tinggi. Gambar 23. Sebaran melintang DO lapisan permukaan di bagian selatan Selat Bali pada bulan Maret 2011 Pada lapisan permukaan, terlihat bahwa secara spasial nilai kandungan oksigen terlarut cenderung lebih tinggi ke arah timur. Stasiun 1-5 yang berada pada wilayah 114-114,5 °BT sebaran konsentrasi oksigen terlarut pada lapisan permukaan cenderung lebih rendah jika dibanding dengan stasiun 6-8 yang terletak pada 114,5- 115°BT. Nilai kandungan oksigen terlarut pada stasiun 1-5 berkisar antara 5,7-6,1 mgL dengan rataan sebesar 6,07. Pada stasiun 6-8 kandungan oksigen terlarut berkisar antara 5,6-6,5 mgL dengan rata-rata sebesar 6,13 mgL. Semakin ke arah timur yaitu pada stasiun 9 konsentrasi oksigen terlarutnya menjadi semakin tinggi, hal ini terlihat dari gradien warna merah yang semakin dominan ke arah atau wilayah sebelah timur dengan nilai mencapai 6,6 mgL. 52 Gambar 24. Sebaran melintang DO lapisan termoklin di bagian selatan Selat Bali pada bulan Maret 2011 Kedalaman lapisan termoklin yang berbeda-beda pada tiap stasiun menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut terlihat bervariatif. Pada Stasiun 1-5 yang berada pada wilayah 114-114,5° BT, sebaran konsentrasi DO termoklin cenderung lebih tinggi 5,64-6,13 mgL dibanding konsentrasi DO pada stasiun 6-8 yang berada pada wilayah 114,5-115 °BT 5,20-5,89 mgL. Konsentrasi oksigen ini semakin meningkat ke arah timur yaitu teramati pada stasiun 9 yang memiliki nilai konsentrasi oksigen sebesar 6,37 mgL. Kramer 1987 menjelaskan bahwa konsentrasi oksigen terlarut di dalam air merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme akuatik khususnya ikan. Jika dibandingkan dengan baku mutu air untuk biota air laut, maka secara keseluruhan kandungan oksigen di lapisan termoklin masih memenuhi baku mutu yang disyaratkan yaitu kandungan oksigen terlarut harus lebih dari 5 mgL. 53 Gambar 25. Sebaran melintang DO lapisan dekat dasar di bagian selatan Selat Bali pada bulan Maret 2011 Secara keseluruhan konsentrasi oksigen terlarut pada lapisan dekat dasar perairan memiliki nilai rata-rata sebesar 4,3 mgL. Warna ungu pada gambar menunjukkan nilai kandungan oksigen terlarut berkisar antara 2-4 mgL. Pada stasiun 1-5 nilai kandungan DO memiliki nilai rata-rata sebesar 3,99 sedangkan pada stasiun 6-8 yang memiliki kedalaman lebih dari 1.000 meter, nilai konsentrasi oksigen lebih tinggi yaitu sebesar 4,30 mgL. Tingginya konsentrasi DO pada stasiuun 6-8 mengindikasikan bahwa semakin bertambahnya kedalaman nilai dari konsentrasi oksigen terlarut akan semakin meningkat. Pada stasiun 9 terlihat kandungan oksigen lebih tinggi dibanding stasiun yang lainnya yaitu sebesar 6,37 mgL. Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik maupun anorganik. Dalam kondisi aerobik peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik maupun anorganik, sedangkan pada kondisi anaerobik oksigen yang 54 dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas Salmin 2005.

4.2.4. Biocemical Oxygen Demand BOD