19
2003. Mukhtasor 2007 menyatakan bahwa kandungan Cu di wilayah samudera sekitar 1 mgL, akan tetapi di perairan yang tercemar dapat mencapai 11 mgL.
Kandungan tembaga di perairan dapat berasal dari buangan limbah industri dan dari atmosfer yang tercemar oleh asap pabrik tembaga, pelapisan logam, tekstil, serta
dari pengecatan anti foulling pada kapal. Di perairan alami, tembaga Cu terdapat dalam bentuk partikulat, koloid dan
terlarut. Fase terlarut merupakan Cu
2+
bebas dan ikatan kompleks, baik dengan ligan inorganik CuOH
+
, Cu
2
OH
2 2+
maupun organik. Selain dengan ligan OH
-
, Cu membentuk ikatan kompleks dengan ligan inorganik lainnya yaitu dengan:
karbonat CO
3 2-
, nitrat NO
3 -
, fosfat HPO
4 2-
, sulfat SO
4 2-
, sulfida SH
-
, kloridaCl
-
dan amonia NH
3
yang bersifat basa dengan stabilitas berbeda-beda. Ikatan Cu kompleks dengan amonia dan sulfida tergolong stabil Sanusi 2006.
2.3.11. Timbal Pb
Konsentrasi Timbal atau Pb di perairan dapat bersumber baik dari aktivitas manusia maupun akibat fenomena alami. Logam ini masuk ke perairan melalui
pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Selain itu, proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin juga merupakan salah
satu jalur sumber Pb yang dapat masuk ke perairan Palar 2004. Menurut Darmono 1995 logam berat Pb banyak dihasilkan dari pabrik pembuatan baterai, industri
percetakan, alat listrik, pelapis logam anti karat, industri kimia dan pabrik cat. Kandungan normal Pb di laut adalah sebesar 0,00003 ppm, sedangkan
pengamatan terhadap organisme laut konsentrasi Pb pada air laut tidak melebihi dari 0,01 ppm. Konsentrasi Pb sebesar 0,05 ppm dapat menimbulkan bahaya pada
lingkungan laut Waldichuk 1974 in Bahri 2003. Selain Hg, Pb merupakan salah satu logam yang sifatnya mengendap di perairan. Pengendapan logam berat di suatu
perairan dapat terjadi karena adanya senyawa H
2
S pada perairan yang tercemar
Bryan 1976.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 9 hari, dimulai pada tanggal 19 Maret hingga 27 Maret 2011. Seluruh kegiatan pengambilan sampel air dilakukan dengan
menggunakan kapal riset Baruna Jaya VIII milik PUSLIT Oseanografi LIPI. Titik pengambilan sampel air dilakukan pada posisi lintang antara 8,39-9,08 °LS dan
posisi bujur antara 114,14-115,39 °BT. Stasiun pengamatan dalam pengambilan sampel air dalam pendugaan kualitas
perairan Selat Bali terdiri 9 titik pengamatan yang melintang dari wilayah Grajagan, Jawa Timur sampai Jimbaran, Bali yang disesuaikan dengan rute pelayaran kapal
Baruna Jaya VIII. Letak koordinat, waktu pengambilan sampel dan kedalaman perairan tiap stasiun dapat dilihat pada Lampiran 4. Peta lokasi penelitian di
perairan Selat Bali dapat dilihat pada Gambar 2. Pengambilan sampel air dilakukan pada kedalaman yang berbeda, hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
karakteristik perairan pada beberapa kolom perairan permukaan, termoklin, dan dekat dasar perairan.
Gambar 3. Peta lokasi penelitian di bagian selatan Selat Bali