5 Ekowisata harus mampu menciptakan keselarasan hubungan antar
kepentingan dan perlindungan konsumen. Ekowisata mampu memberikan kontribusi pembangunan ekonomi daerah dan nasional.
2.3. Penerapan Ekowisata di Pulau-pulau Kecil
Pulau-pulau kecil didefinisikan berdasarkan dua kriteria utama yaitu luasan
pulau dan jumlah penduduk yang menghuninya. Definisi pulau-pulau kecil yang dianut secara nasional adalah pulau yang berukuran kurang atau sama dengan
10.000 km
2
, dengan jumlah penduduk kurang atau sama dengan 200.000 jiwa Kep. Menteri Kelautan dan Perikanan No.412000 Jo Kep. Menteri Kelautan dan
Perikanan No.672002. Disamping kriteria utama tersebut, beberapa karakteristik pulau-pulau kecil adalah secara ekologis terpisah dari pulau induknya mainland
island , memiliki batas fisik yang jelas dan terpencil dari habitat pulau induk,
sehingga bersifat insular; mempunyai sejumlah besar jenis endemic dan keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi; tidak mampu mempengaruhi
hidroklimat; memiliki daerah tangkapan air relatif kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut serta dari segi sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat pulau-pulau kecil bersifat khas dibandingkan dengan pulau induknya.
Berdasarkan tipenya, pulau-pulau kecil dibedakan menjadi pulau benua, pulau vulkanik dan pulau karang. Masing-masing tipe pulau tersebut memiliki
kondisi lingkungan biofisik yang khas, sehingga perlu menjadi pertimbangan dalam kajian dan penentuan pengelolaanya agar berkelanjutan.
2.3.1. Prinsip konservasi bahari
Pengembangan ekowisata bahari harus bertanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya serta melaksanakan usaha
yang secara ekonomi dapat dirasakan kemanfaatannya bagi masyarakat lokal serta berkelanjutan. Memiliki kepedulian-kepedulian, tanggung jawab dan komitmen
terhadap pelestarian alam serta harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis sebagai berikut:
6 1.
Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan Daerah Tujuan Ekowisata DTE melalui zonasi.
2. Mengelola dan menciptakan kegiatan wisata yang berdampak negatif
rendah dan ramah lingkungan. 3.
Menyisihkan hasil keuntungan untuk kegiatan konservasi DTE dan meningkatkan sumberdaya manusia SDM setempat.
4. Menjaga kualitas DTE melalui pengelolaan penunjang, sarana dan
fasilitas. 5.
Mengembangkan kegiatan interpretasi untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi para pelaku dan pengunjung terhadap lingkungan alam
dan budaya. 6.
Melakukan monitoring untuk meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan.
7. Mengelola usaha secara sehat.
Pengelolaan ekowisata bahari di kawasan konservasi laut disesuaikan dengan Pedoman Pengembangan Wisata Bahari Berbasis Masyarakat di Kawasan
Konservasi Laut.
2.3.2. Prinsip partisipasi masyarakat
Pengembangan ekowisata harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan menghormati nilai-nilai sosial
budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat di sekitar kawasan pulau- pulau kecil yaitu:
1. Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak yang terkait
dalam proses perencanaan dan pengembangan ekowisata. 2.
Membuka kesempatan dan mengoptimalkan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan keuntungan dan berperan aktif
dalam kegiatan ekowisata. 3.
Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dampak
negatif yang ditimbulkan.
7 4.
Meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam bidang- bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.
5. Mengutamakan peningkatan ekonomi lokal serta meningkatkan
pendapatan masyarakat. Contoh terdapatnya terwujudnya suatu aliran perekonomian yang berbasis masyarakat dan berpola
kemitraan.
2.3.3. Prinsip ekonomi