18 komunitas karang yang dijumpai sepanjang 20 meter transek garis pada
kedalaman 6 meter.
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder yang digunakan antara lain Profil Pulau Puhawang yang berasal dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Pesawaran 2010,
data dari penelitian sebelumnya, dan buku-buku yang terkait dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan meliputi keadaan umum fisik Pulau Puhawang,
kebijakan pemerintah Lampung Selatan yang saat ini sudah mengalami pemekaran menjadi Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Pesawaran,
keadaan sosial masyarakat Pulau Puhawang, dan isu-isu yang berkembang di masyarakat.
3.4.3. Metode wawancara
Penentuan responden untuk wawancara digunakan metode purposive sampling,
yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku didasari semata-mata dari
judgement peneliti yakni sampel yang diambil diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan, digunakan untuk situasi dimana persepsi orang pada
sesuatu sudah terbentuk Fauzi 2001 in Nancy 2008. Pertimbangan yang diambil terhadap responden adalah berdasarkan
hubungan para stake holder tersebut dengan Pulau Puhawang secara langsung maupun tidak langsung. Pengumpulan data diperolah dari hasil pengisian
kuesioner,wawancara langsung, observasi. Jumlah sampel yang diambil terdiri dari 30 orang pengunjung dan 30 orang masyarakat setempat.
3.5. Analisis Data
3.5.1. Indeks kesesuaian wisata
Analisis kesesuaian wisata dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kawasan bagi pengembangan wisata. Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata
IKW berdasarkan Yulianda 2007:
19
IK W = ∑ [ NiNmaks] x 100
Keterangan: IKW
= Indeks Kesesuaian Wisata Ni
= Nilai parameter ke-i Bobot x Skor Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Nilai dari indeks kesusuain wisata yang di dapat kemudian disesuaikan dengan kategori berikut:
S1 = Sangat Sesuai, dengan IKW 83 – 100 S2 = Sesuai bersyarat, dengan IKW 50 - 83
N= Tidak bersyarat, dengan IKL 50 Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang
diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter.
Kategori wisata yang akan dikaji di Pulau Puhawang ini meliputi wisata selam dan wisata snorkeling yang masing-masing disajikan pada Tabel 2 dan
Tabel 3. Tabel 2. Matriks kesesuaian area untuk ekowisata bahari kategori wisata selam
No Parameter Bobot Kategori
S1 Skor Kategori S2
Skor Kategori S3
Skor Kategori N
Skor 1. Kecerahan
perairan 5
80 3
50 - 80 2
20 - 50
1 20 0
2. Tutupan komunitas karang
5 75 3 50-75
2 25-50
1 25
3. Jenis life form
3 12
3 7 - 12
2 4 - 7
1 4
4. Jenis ikan karang
3 100
3 50 - 100
2 20 - 50
1 20
5. Kecepatan arus
cmdt 1
0-15 3
15 - 30 2
30 - 50 1
50 6. Kedalaman
terumbu karang m
1 6 - 15
3 15 - 20
3 - 6 2
20 – 30 1
30 3
Sumber: Yulianda 2007
20 Tabel 3. Matriks kesesuaian area untuk ekowisata bahari kategori wisata snorkling
No Parameter Bobot Kategori
S1 Skor Kategori S2
Skor Kategori S3 Skor Kategori
N Skor
1. Kecerahan perairan
5 100
3 80 - 100
2 20 - 80
1 20
2. Tutupan komunitas
karang
5 75 3 50-75
2 25-50 1 25 3.
Jenis life form 3
12 3
7 - 12 2
4 - 7 1
4 4. Jenis ikan
karang 3
50 3
30 - 50 2
10 - 30 1
10 5. Kecepatan
arus cmdt
1 0-15
3 15 - 30
2 30 - 50
1 50
6. Kedalaman terumbu karang
m
1 1 - 3
3 3 - 6
2 6 – 10
1 10
1 7 Lebar
hamparan datar karang m
1 500
3 100-500
2 20 - 100
1 20
Sumber: Yulianda 2007
3.5.2. Daya dukung kawasan DDK
Daya Dukung Kawasan
DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu
tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK menurut Yulianda 2007 dalam bentuk rumus:
DDK = K x LpLt x WtWp
Keterangan: DDK = Daya dukung kawasan
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu
Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka diperoleh nilai potensi ekologis pengunjung K seperti disajikan pada Tabel 4.
21
Tabel 4. Potensi ekologis pengunjung K dan luas area kegiatan Lt
Jenis Kegiatan ∑ Pengunjung orang
Unit Area Lt Keterangan
Selam 2
2000 m
2
Setiap 2 org dalam 200 m x 10 m Snorkling
1 500 m
2
Setiap 1 org dalam 100 m x 5 m
Sumber: Yulianda 2007
Daya dukung kawasan disesuaikan dengan karakteristik sumberdaya dan peruntukkan. Untuk wisata selam dan snorkeling ditentukan oleh sebaran dan
kondisi terumbu karang. Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh
pengunjung lainnya. Berdasarkan PP No.181994 maka luas areal yang dikembangkan adalah
10 dari luas zona pemanfaatan, Sehingga daya dukung kawasan dalam kawasan konservasi perlu dibatasi dengan Daya Dukung Pemanfaatan DDP dengan
rumus: DDP = 0.1 x DDK Yulianda 2007 3.6.
Analisis SWOT
Untuk mendapatkan arahan dalam menentukan strategi pengelolaan yang tepat, maka data primer dan data sekunder yang telah didapatkan selanjutnya
dievaluasi dengan menggunakan analisis swot. Menurut Rangkuti 1997 analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strength dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman threats. Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisa SWOT adalah
sebagai berikut: 1.
Analisa dan pembuatan matriks IFE Internal Factor Evaluation 2.
Analisa dan pembuatan matrik EFE External Factor Evaluation 3.
Pembuatan matriks SWOT 4.
Pembuatan table ranking alternative strategi
22
3.7. Analisa dan Pembuatan Matriks Eksternal Factor Evaluation EFF