11 dibatasi hanya di daerah dimana gerakan air yang kuat mengangkut partikel-
partikel yang halus dan ringan dan terendap pada daratan pantai yang landai. Partikel yang kasar dari pantai berpasir ini menyebabkan hanya sebagian
kecil permukaanya yang menyerap bahan organic baik yang terlarut maupun yang berukuran sangat kecil, serta yang tersedia untuk bakteri. Total bahan organik dan
organisme hidup di pantai berpasir jauh lebih sedikit dibandingkan jenis pantai lainnya. Sedimen yang kasar tidak dapat menahan air dengan baik, akibatnya
lapisan permukaan bias menjadi kering sampai sedalam beberapa centimeter di bagian atas pantai yang terbuka terhadap matahari pada saat air surut. Begitu juga
dengan organisme yang hidup di habitat pasir sangat sedikit karena tempat tinggalnya tidak stabil dan makanan yang tersedia sedikit. Hal ini menyebabkan
kesuburan perairan pantai berpasir sangat rendah dibandingkan habitat lainnya di wilayah pesisir. Meskipun demikian tempat ini merupakan tempat beberapa biota
untuk meletakkan telurnya sebelum menetas dan berenang dalam air. Parameter utama yang menonjol di daerah pantai berpasir adalah 1 pola arus yang dinamis,
2 gelombang yang akan melepaskan energinya di pantai, 3 angin yang juga merupakan pengangkut pasir, 4 kisaran suhu yang luas, 5 kekeringan, 6
partikel yang padat kekeruhan, dan 7 substrat yang tidak stabil.
2.5. Kualitas Air
2.5.1. Suhu
Suhu atau temperatur merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting bagi organisme perairan. Pescod 1973 in Lukfiana 1999 menyatakan
bahwa suhu air mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi perairan. Pengaruh suhu secara langsung menentukan kehadiran dari spesies akuatik, mempengaruhi
pemijahan, penetasan, aktifitas, dan pertumbuhan. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam
hari, sirkulasi udara, penutupan awan, serta aliran dari kedalaman air. Peningkatan suhu berpengaruh pada proses fisika, kimia, dan biologi badan air Effendi 2003.
Kecepatan metabolisme dan respirasi dari suatu organisme juga meningkat seiring dengan naiknya suhu yang selanjutnya meningkatkan konsumsi oksigen.
Terjadinya peningkatan suhu ini bersamaan dengan menurunnya kadar oksigen
12 terlarut di perairan sehingga oksigen di perairan terkadang tak mampu memenuhi
peningkatan oksigen yang dibutuhkan oleh organisme. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20
o
C – 30
o
C. 2.5.2.
Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Kecerahan perairan berhubungan erat
dengan jumlah intensitas sinar matahari yang masuk ke suatu perairan. Kemampuan daya tembus sinar matahari ke perairan sangat ditentukan oleh warna
perairan, kandungan bahan-bahan organik maupun anorganik yang tersuspensi dalam perairan, kepadatan plankton, jasad renik, dan detritus Wardoyo 1975 in
Lukfiana, 1999. Nilai kadar alamiah untuk kecerahan adalah sebesar 50-90 cm Effendi 2003.
2.5.3. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi semua ion-ion terlarut dalam air yang dinyatakan dalam gramliter atau bagian perseribu atau promil Boyd 1979 in
Nurlatifah 1999. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida telah
digantikan klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi Effendi 2003. Nilai kadar alamiah dari salinitas sebesar 0,5 ‰ untuk perairan tawar, 0,5 - 30
‰ untuk perairan payau, dan 30 - 40 ‰ untuk perairan laut Effendi 2003
2.5.4. Total Suspended Solid TSS