34
4.3.1. Parameter fisika
A. Desa Pangetahan
Tabel 7. Parameter fisika stasiun I Pangetahan
No. Parameter Kisaran
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
1 Suhu
o
C 30 30
30 2 Kecerahan
82 84
81 3 Salinitas
‰ 31
32 31
4 TSS mgL
9 19
15 5 Kedalaman
m 4.1
4.2 4.05
B. Desa Jelerangan
Tabel 8. Parameter fisika stasiun II Jelerangan
No. Parameter Kisaran
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 1 Suhu
oC 30
30 30
2 Kecerahan 82
84 83
3 Salinitas ‰
31 31
31 4 TSS
mgL 9
15 10
5 Kedalaman m
4.1 4.2
4.15
Berdasarkan parameter fisika untuk masing-masing desa dengan 3 tiga stasiun yang berbeda dapat dijelaskan hasilnya sebagai berikut :
A. Suhu Suhu atau temperatur merupakan salah satu parameter kualitas air yang
penting bagi organisme perairan. Pescod 1973 in Lukfiana 1999 menyatakan bahwa suhu air mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi perairan. Pengaruh
suhu secara langsung menentukan kehadiran dari spesies akuatik, mempengaruhi pemijahan, penetasan, aktifitas, dan pertumbuhan. Suhu suatu badan air
dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, serta aliran dari kedalaman air. Peningkatan
suhu berpengaruh pada proses fisika, kimia, dan biologi badan air Effendi 2003.
35 Kecepatan metabolisme dan respirasi dari suatu organisme juga meningkat seiring
dengan naiknya suhu yang selanjutnya meningkatkan konsumsi oksigen. Terjadinya peningkatan suhu ini bersamaan dengan menurunnya kadar oksigen
terlarut di perairan sehingga oksigen di perairan terkadang tak mampu memenuhi peningkatan oksigen yang dibutuhkan oleh organisme.
Dari tabel 7 parameter fisika Desa Pangetahan dan tabel 8 parameter fisika Desa Jelerangan terlihat bahwa pada tiap stasiun desa tersebut memiliki
nilai kisaran suhu yang sama yaitu sebesar 30
o
C. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20
o
C – 30
o
C. Perairan di Pangetahan dan Jelerangan masih berada pada nilai baku mutu aman dan ini menandakan
bahwa suhu di perairan tersebut optimum bagi perikanan dan bagi organisme akuatik di dalamnya karena fitoplankton masih hidup dan aktif di dalam perairan
tersebut. B.
Kecerahan Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara
visual dengan menggunakan secchi disk. Kecerahan perairan berhubungan erat dengan jumlah intensitas sinar matahari yang masuk ke suatu perairan.
Kemampuan daya tembus sinar matahari ke perairan sangat ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan-bahan organik maupun anorganik yang tersuspensi
dalam perairan, kepadatan plankton, jasad renik, dan detritus Wardoyo 1975 in Lukfiana, 1999. Nilai kadar alamiah untuk kecerahan adalah sebesar 50-90 cm
Effendi 2003. Nilai kecerahan Desa Pangetahan pada stasiun 1, 2, dan 3 memiliki nilai
82, 84, 81. Nilai kecerahan dari ketiga stasiun tersebut masih termasuk dalam kadar alamiah kecerahan perairan. Pada Desa Jelerangan nilai kecerahan stasiun 1,
2, dan 3 adalah 82, 84, 83. Ketiga nilai kecerahan stasiun tersebut masih berada dalam kisaran kadar alamiah kecerahan perairan. Kecerahan perairan Desa
Pangetahan dan Desa Jelerangan tergolong baik dan cocok untuk kegiatan wisata snorkeling
dan diving.
36 C.
Salinitas Salinitas adalah konsentrasi semua ion-ion terlarut dalam air yang
dinyatakan dalam gramliter atau bagian perseribu atau promil Boyd 1979 in Nurlatifah, 1999. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air setelah
semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida telah digantikan klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi Effendi 2003.
Nilai kadar alamiah dari salinitas sebesar 0,5 ‰ untuk perairan tawar, 0,5 - 30 ‰ untuk perairan payau, dan 30 - 40 ‰ untuk perairan laut Effendi 2003.
Pada pengambilan contoh air Desa Pangetahan hasil yang diperoleh dari stasiun 1, 2, dan 3 secara berurutan yaitu 31‰, 32‰, 31 ‰. Nilai dari ketiga
setasiun tersebut masih berada dalam kisaran kadar alamiah dari perairan laut sebesar 30 – 40 ‰. Pada pengambilan contoh air Desa Jelerangan hasil yang
diperoleh dari stasiun 1, 2, dan 3 yaitu sama sebesar 31‰. Nilai dari ketiga stasiun tersebut masih berada dalam kisaran kadar alamiah dari perairan laut yaitu
sebesar 30 - 40‰. D.
Total Suspended Solid TSS Total Suspended Solid TSS
atau padatan tersuspensi total adalah bahan – bahan tersuspensi diameter 1 µm yang tertahan pada saringan miliopore
dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad – jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang
terbawa ke badan air Effendi 2003. Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan terutama TSS
dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses
fotosintesis di perairan. Kisaran nilai TSS pada ketiga stasiun pada Desa Pangetahan secara berurutan yaitu 9 mgL, 19 mgL, 15 mgL. Berdasarkan tabel
kepentingan perikanan, maka kisaran nilai TSS pada ketiga stasiun tersebut masih dalam kisaran aman dan tidak memberikan pengaruh terhadap kepentingan
perikanan. Untuk Desa Jelerangan nilai TSS pada ketiga stasiun secara berurutan yaitu 9 mgL, 15 mgL, 10 mgL. Nilai TSS pada ketiga stasiun tersebut masih
37 berada dalam kisaran aman dan tidak memberikan pengaruh terhadap kepentingan
perikanan. E.
Kedalaman Berdasarkan pengukuran, kedalaman di Perairan Pangetahan berkisar pada
4.05 m – 4.2 m, sedangkan kedalaman di Perairan Jelerangan berkisar pada 4.1 m – 4.2 m. Kedalaman yang relatif dangkal dari perairan di Pangetahan dan
Jelerangan mendukung untuk kegiatan wisata selam dan snorkeling.
4.3.2. Parameter Kimia